7

233 15 2
                                    

Happy Reading🌻
sorry for typo

"Kau darimana saja hah?" sang ayah meneriakinya tepat didepan wajahnya,membuat seluruh badan Ton bergetar ketakutan.

"Aku..aku..pergi bekerja po" jawab Ton terbata bata,ia menunduk tidak berani menatap manik lelaki didepannya itu,yang sudah pasti akan menatapnya tajam.

"Bekerja?"

"I..iya"

"Kalau begitu,kau pasti memiliki uang bukan?" Senyum terbit dari wajah keriputnya,tetapi bukan senyum kehangatan melainkan senyum yang menurut Ton menakutkan.

Yang ditanya hanya diam saja,membuat amarah Tuan Tom semakin meningkat.

"Jawab aku,apa kau tuli hah?" Diraihnya dagu sang anak,agar Ton melihat ke arahnya.

"Tidak ada po"cicit Ton pelan.

"Bagaimana mungkin tidak ada,kau bilang kau bekerja,tentu kau menghasilkan uang.Cepat berikan aku uang" tangannya terulur seakan meminta Ton untuk segera memberinya uang.

Ton diam ditempatnya,tanpa ada niatan memberi atau apapun.Karena memang benar,gajinya selama satu bulan sudah ia berikan pada sang ayah sepenuhnya,
ia hanya mengambil untuk biaya bis saja.

"Dasar anak pelit" tuan Tom beranjak menuju kamar,Ton dengan gerakan cepat menghalangi jalan ayahnya.

"Po..sungguh tidak ada po.."

"Minggir,dikamar,kau pasti menyimpannya dikamar bukan?" dihempaskannya tubuh sang anak yang berdiri menghalanginya.

Seisi ruangan kamar sudah tidak lagi berada sesuai pada tempatnya,tuan Tom mengacak acak mencari dimana Ton meletakan uangnya.

"Dimana kau letakkan uangnya anak sialan?" matanya yang gelap menatap menusuk tepat ke arah obsidian milik Ton.

"Kau mau kuhajar hah?" Kesal karena Ton tak kunjung memberi tahu dimana tempatnya.

plak

Gerakannya cepat,telapak tangan besar milik tuan Tom mendarat tepat di sebelah pipi mulus Ton,meninggalkan bekas merah di kulit pipinya yang putih.

Ton memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan sang ayah,air matanya sudah turun membasahi kedua pipinya.

"Kau membuatku emosi saja,dasar anak tidak berguna.Jangan lagi pergi bekerja,jika kau tidak memberikan uangnya padaku"

Tuan Tom berlalu,menyenggol sebelah bahu Ton keras.Tubuhnya yang terasa lelah,ambruk seketika ketika mendengar sang ayah meneriakinya sebagai anak yang tidak berguna.

-

Sudah beberapa hari Ton tidak berangkat bekerja.Hal itu membuat nyonya Jin atau pun bi Mai merasa khawatir.

"Bi Mai,apa Ton tidak datang lagi?"

nyonya Jin menghampiri bibi Mai yang tengah membersihkan ruang tengah bersama beberapa maid yang lain.

"Eum,Iya nyonya."

Saat sarapan tadi,nyonya Jin juga menanyakan hal serupa.Ia berpikir mungkin Ton datang terlambat,tapi ini sudah pukul sepuluh pagi,dan Ton masih belum datang juga.Terlebih sudah tiga hari Ton tidak bekerja.

"Bi Mai,apa ada masalah dengan Ton?"

"Maksudnya nyonya?"  bi Mai balik bertanya,dengan dahi yang berkerut.

"Apa bibi Mai mengetahui sesuatu tentang Ton,yang tidak saya ketahui"

"Anu..eum begini nyonya.." bi Mai ragu mengatakannya,sebab ia telah berjanji pada Ton untuk tidak memberi tahukan hal ini pada orang lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESTINY - YOONTONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang