C H A P T E R -1 :

3 2 0
                                    


-Los Angeles, 00.31 PM

Di dalam bar yang bernama Star Club, cahaya neon memancar menerangi ruangan dengan suasana yang hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di dalam bar yang bernama Star Club, cahaya neon memancar menerangi ruangan dengan suasana yang hidup. Aroma whiskey dan minuman alkohol lainnya bergabung dengan musik mengalun, menciptakan atmosfer yang memikat.

Para pengunjung menikmati minuman mereka sambil tertawa, berbincang, atau menari di tengah hiburan live musik untuk menghiburkan diri. Di balik setiap gelas yang diangkat, tersembunyi cerita-cerita yang tak terlupakan.

Riana datang ke bar malam itu bersama dua orang. Raffael dan Edith, yang merupakan abang kedua dan ibunda nya. Mereka mendekati meja bartender lalu Edith dan Raffael berpisah dengan Riana untuk melakukan kesibukan mereka sendiri. Riana duduk di salah satu kursi yang tersedia, menatap kerumunan orang-orang yang mencari hiburan ditengah kesunyian malam.

Riana memanggil bartender untuk memesan minum. Namun, siapa sangka ternyata bartender tersebut adalah kenalannya, yaitu Kaluna—sang aunty. Mereka berbincang sembari Kaluna membuat minuman pesanan Riana. Kaluna juga menanyakan dengan siapa Riana datang dan dijawab baik oleh keponakannya, bahwa ia datang bersama ibunda dan abang kedua nya.

Mereka terus berbincang sambil menyaingi suara musik yang semakin menggelegar. Ditengah perbincangan mereka, datanglah seorang wanita yang bergabung. Ia memperkenalkan diri sebagai Evellyn.

"Execuse me, can i join in this conversation?" tanya seorang wanita dengan gaun ketat hitam glamour.

"Sure, of course." Riana tersenyum.

"I am Eve. Evelyn Marcus," ucap wanita itu seraya menjulurkan tangan untuk berkenalan.

Riana membalas uluran tangan itu, mereka berdua pun berjabat tangan sejenak. Kemudian, Riana memperkenalkan dirinya. "I am Riana, Eriana Darma Wijaya."

Di sudut sofa, Kaluna hanya tersenyum manis, lalu berkata "I am Luna, Kaluna Della Wijaya."

Setelah memperkenalkan diri, mereka bertiga berbincang sejenak hingga Evellyn menanyakan apakah Riana memiliki kekasih yang dibalasnya dengan gelengan kepala. Tiba-tiba saja Evellyn menawarkan putra miliknya untuk menjadi pasangan Riana.

Belum sempat Riana menjawab pertanyaan Evellyn, seseorang yang memotong pembicaraan mereka, yaitu Deano—abang pertamanya, datang. Ia ada disini untuk membawa pulang Riana, Raffael, dan Edith. Riana dibawa pulang dengan 'paksa' begitu pula kedua pasangan criminal crime nya malam itu.

"Fuck!" teriak Deano di pintu masuk bar.

Matanya terbelalak melihat pakaian kurang bahan yang dikenakan orang-orang disana. Aroma minuman dan alkohol yang sangat menyengat diikuti dengan musik menggelegar menjadi penyiksa bagi dirinya yang sudah lama tidak memasuki tempat haram itu.

"Eriana Darma Wijaya! Pulang atau gua seret lo, anjing!" ancam Deano.

Deano kemudian berteriak lagi dan mengatakan, "Raffael Sagara Wijaya! Bangsat lo anjing! ngapain ajak adek dan buna ke tempat haram seperti ini!?"

Emosi Deano kala itu memuncak. Sorot matanya mengarah ke Raffael yang tengah asik bergoyang riah di tengah kerumunan wanita penghibur. Siapa sangka, salah satu dari gerombolan wanita penghibur itu ternyata adalah Edith—sang Ibunda.

Dengan langkah yang tergesa gesa. Deano membuka setengah dari kancing bajunya, melonggarkan gerakkan lengan dan bersiap untuk memukuli sang adik yang tidak menghiraukan teriakkannya.

Bruk!

Pukulan kini tepat mengenai pipi mulus Raffael.

"Anjing!" geram Deano, memukuli berkali-kali muka sang adik hingga cipratan darah mengenai bajunya. Raffael pun tak sadarkan diri. Orang-orang disekitar hanya menyaksikan dengan sorot mata yang nampak kaget, beberapa diantaranya cukup panik hingga lari berhamburan. Namun, tak satupun dari mereka yang berani menghentikan Deano. Siapa juga yang ingin berurusan dengan singa beserta  kawanannya?

Setelahnya, Deano bergegas beranjak meninggalkan sang adik yang tak sadarkan diri menuju ketempat Ibunda.

shesh!

Tebasan tangan Deano mengenai leher Edith hingga sang Ibunda jatuh dalam dekapannya. Dengan gaya bridal style, ia membawa tubuh Edith berjalan menuju pintu keluar bar. Sebelum benar-benar keluar dari bar, Deano menatap tajam ke arah Riana lalu kembali berjalan pergi membawa Edith. Tak lama kemudian, dua orang dengan pakaian serba hitam menyeret Riana dengan kasar, membawanya mengikuti sang abang pertama yang kini berjalan keluar bar. Ia tau betul kedua orang yang membawanya itu adalah bodyguard pribadi milik keluarganya, Wijaya.

"Lepasin gua!" teriak Riana. Ia mencoba melepas paksa genggaman tangan dari kedua orang tersebut. Karena tindakan cerobohnya itu ia terpaksa dibius hingga tak sadarkan diri.

Edith dan Riana di masukkan kedalam mobil pribadi milik keluarga Wijaya. Tubuh Raffael yang tak sadarkan diri juga diangkut kedalam mobil oleh bodyguard dengan pakaian serba hitam tadi. Mereka bertiga pun di bawa pulang.

***

/Sesampainya di kediaman Wijaya

Masih dengan amarah yang memuncak, Deano turun dari mobil. Di sambut dengan beberapa asisten rumah dan bodyguard lainnya, menunduk 45 derajat.

Ketiga criminal crime yang sedari tadi berada didalam mobil pun ikut di turunkan. Mereka di bawa kedalam ruangan keluarga. Bodyguard yang membawa mereka kini melangkah keluar ruangan menyisakan Deano yang tengah duduk disofa beserta Raffael, Riana dan Edith yang masih tak sadarkan diri.

 Bodyguard yang membawa mereka kini melangkah keluar ruangan menyisakan Deano yang tengah duduk disofa beserta Raffael, Riana dan Edith yang masih tak sadarkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan keluarga Wijaya, merupakan ruangan megah. Dengan nuansa vintage, menambah kesan elegan pada ruangan tersebut.

Suasana di ruangan itu terasa mencekam tetapi sunyi. Hanya terdengar helaan napas panjang dari Deano. Ia benar-benar di buat gila karena lalai akan kelakuan dua adik dan ibundanya malam itu.

Brak!!

"ARGHHH!!!"

Deano berkali-kali memukul meja di hadapannya itu hingga darah di kepalan tangannya terlihat dan mengucur sedikit demi sedikit. Ia kemudian mengacak-acak rambut, terlihat seperti orang stres.

Beberapa saat kemudian, pintu ruangan itu terbuka. Terlihat wanita dengan gaun merah ketat pendek berjalan santai kearah sofa.

Wanita itu duduk tanpa di suruh, menyalakan rokok dan menghembuskan asapnya keatas, lalu berkata "Lagi-lagi membuat keributan, cih." Tatapan matanya terlihat sedikit sinis. "Mereka sudah dewasa, mereka tau mana yang benar dan mana yang salah. Apa susahnya percaya pada mereka? Toh, mereka tidak akan macam-macam," sambungnya.

"Aunty Luna? Huh..." Deano menghela napasnya kembali. "Tapi, bukan berarti mereka bisa seenaknya masuk ketempat haram itu. Mereka bukan Aunty. Mereka belum terbiasa dengan dunia malam," tegasnya.

Kaluna hanya bisa menggeleng pelan dan menghembuskan asap rokoknya keatas lagi. Ia lalu berkata, "Mereka pandai jaga diri kok, lo nya aja yang ketakutan mereka terjerumus pergaulan bebas." Lagi-lagi Kaluna hanya menyinisi Deano dengan malas.

"Udah ya Aunty, gua capek. gua mau istirahat," ketus Deano. "Pokoknya, besok mereka harus pulang ke indonesia. Disini mereka terlalu bebas," sambung deano seraya berjalan keluar dari ruangan keluarga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

-E R I A N A-    'one situationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang