ILY (SIALAN)

38 3 0
                                    

⚠️100% FIKSI
⚠️HANYA UNTUK HIBURAN & KONSUMSI PRIBADI
⚠️TIDAK UNTUK DISALIN APALAGI DI TULIS ULANG UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI
⚠️ CERITA LENGKAP BERUPA AU, SILAHKAN KUNJUNGI 'X'


Merasa sudah cukup lama menongkrong di dalam bilik toilet, Jesslyn memutuskan mengunci layar ponselnya sembari tertawa kecil usai membaca reaksi sang kakak perempuan yang marah karena pesan yang ia kirimkan.

Ponselnya ia simpan ke dalam saku, ia buka pintu bilik toilet yang sejak tadi ia gunakan. Tak langsung keluar, perempuan itu membuka kran wastafel untuk mencuci tangan sekaligus bercermin memeriksa apakah masih ada bekas merah menempel di hidungnya.

Setelah memastikan tak ada apa-apa di wajahnya, barulah Jesslyn keluar. Selangkah dia keluar dari toilet, sosok pria tiba-tiba muncul dan berdiri menghalangi jalannya.

"Permisi pak, saya mau lewat" ucap Jesslyn, sopan kepada Harsa.

Namun, yang diajak bicara tak mengindahkan. Pria itu meraih telapak tangannya lalu mulai menuntun dia berjalan ke suatu ruangan.

"Ikut saya sebentar"

Sesaat Jesslyn terdiam, dia tatap sepasang mata itu dengan tatapan 'lawas'. Jantungnya berdetak tak karuan, sesuatu dalam dirinya kembali membuncah menumpuk kata rindu di puncak gunung perasaan.

"Maaf pak, kerjaan saya masih banyak" tolak Jesslyn, menarik tangannya. Meskipun tak lepas tapi setidaknya ia berhasil menahan langkah mereka agar diam di tempat.

Perempuan menjawab sambil sebisa mungkin mengendalikan ekspresi wajahnya agar tak kentara terlihat bahwa ia sudah memaksa dirinya untuk menolak.

"Sebentar Jesslyn"

"Maaf pak, saya nggak mau jadi bahan gosip anak-anak. Bapak juga pasti nggak mau kan?" kali ini dia menarik paksa tangannya yang Harsa genggam.

Harsa menghela nafas, pandai sekali perempuan satu ini mengembalikan kalimat yang ia katakan kemarin. Membalik badannya, Harsa berjalan dengan langkah kaki yang lebar mengejar perempuan di depan. Cukup satu kali gerakan, ia berhasil 'memaksa' perempuan itu untuk mengikutinya sampai ke sebuah ruangan.

Pintu ditutup, nampak di belakang dua orang itu ada sabun-sabun tersusun rapi di beberapa rak, ada juga pel, sapu dan barang-barang lain yang dibutuhkan para petugas kebersihan untuk menjaga kebersihan kantor.

"Bapak apa-apaan? Kenapa maksa saya?! Saya bisa laporin bapak ya! Kakak ipar saya pengacara!" ancam Jesslyn. Namun Harsa tak peduli, ada apa dengan seorang pengacara? Dia pun juga punya pengacara, tinggal panggil saja -Jesslyn ingin apa? Ingin melaporkan dia? Coba saja kalau perempuan itu tega.

Pria itu melepaskan tangan Jesslyn, lalu menyodorkan bungkusan plastik berisi botol vitamin baik dalam bentuk minuman dan kaplet

"Minum" suruh Harsa.

Jesslyn tak memberi reaksi apapun, dia menatap pria di depannya dengan seribu pertanyaan yang menggema di dalam kepalanya. Sedangkan Harsa? Merasa aneh ditatap sebegitunya, dia kembali berucap

"Bukan racun, ini vitamin, minum" tambahnya.

Dalam hitungan detik, ekspresi wajah Jesslyn berubah, sudut bibirnya terangkat, bola matanya memutar jengah mendengar ucapan Harsa barusan

"Nggak perlu, saya bisa beli sendiri. Permis-"

"Cuma sekali ini, tolong mengerti saya. Saya khawatir, Jesslyn. Saya minta maaf, seharusnya kamu tidak perlu memaksakan diri untuk menunjukkan hasil kerja kamu hari ini" potong Harsa.

Dia minta maaf, seharusnya kemarin dia tak berbuat demikian. Dia hanya ingin Jesslyn tak pergi bersama pria yang bernama Hakim, pikirnya jika dia meminta Jesslyn untuk mengumpulkan tugas tersebut lebih awal, Jesslyn pasti tak jadi pergi bersama Hakim, nyatanya ia salah.

"Saya hanya mengikuti kata bapak, lebih cepat lebih baik" jawab perempuan itu.

Tangan bergerak memegang knop pintu, Jesslyn dengar lagi pria di belakangnya bicara.

"Saya masih sayang sama kamu. Dari dulu cuma kamu, nggak pernah berubah sedikit pun"

Seketika pegangan pada knop pintu tersebut melonggar. Jesslyn meneguk air liurnya, dia tarik nafasnya dalam-dalam untuk mengendalikan hatinya yang tiba-tiba nyeri hingga tak lama matanya bereaksi nyaris mengeluarkan air. Langsung saja Jesslyn melanjutkan aksinya membuka pintu, tapi sebelum keluar ia sempat berucap

"Kita nggak lebih dari masa lalu pak, jadi mohon kerjasamanya" katanya, dia meninggalkan Harsa sambil menghapus air yang nyaris turun dari kelopak mata.

I LOVE YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang