ILY (HONEYMOON AVENUE)

73 3 0
                                    

⚠️100% FIKSI
⚠️HANYA UNTUK HIBURAN & KONSUMSI PRIBADI
⚠️TIDAK UNTUK DISALIN APALAGI DI TULIS ULANG UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI
⚠️ CERITA LENGKAP BERUPA AU, SILAHKAN KUNJUNGI 'X'


Lima menit berlalu, tak ada sepatah pun kata yang keluar dari mulut Jesslyn atau Harsa. Mereka sama-sama diam, Jesslyn yang pura-pura tidur lalu Harsa yang fokus menatap jalan. Ralat -tidak sepenuhnya fokus, melainkan ragu ingin mengajak Jesslyn bicara sebab perempuan itu nampak diam seperti tidak ingin diajak bicara.

Harsa mengerti, dia sangat mengerti bahwa Jesslyn mungkin sudah sangat kecewa atas apa yang sudah dia lakukan sehingga perempuan itu berusaha menutup komunikasi meski mereka bekerja di gedung yang sama.

Harsa tau dia salah, dia mengakuinya. Dia tak seharusnya serta merta percaya kepada Helena mentang-mentang Helena adalah sepupunya. Sekali lagi, Harsa mengakui dia salah, ikatan keluarga tak seharusnya membuat dia berpihak tanpa memeriksa kebenarannya, sebab itu dia minta maaf.

Dia sudah mengucapkan kata maaf, bahkan lebih dari sepuluh kali. Namun apa yang ia lakukan mungkin sudah sangat mengecewakan Jesslyn.

Harsa tak akan menyangkal, jangankan Jesslyn, dia sendiri bahkan kecewa pada dirinya karena bisa dengan begitu mudah percaya pada tuduhan halus Helena. Demi Tuhan, tuduhan itu dibuat dengan sangat halus, saking halusnya bukan hanya dia yang percaya tapi beberapa karyawan kantor lain. Syukurnya sekarang dia sudah sadar tepat setelah ia putus dengan Jesslyn lalu tak lama Helena mengatakan bahwa perempuan itu memiliki perasaan kepada dirinya.

Tidak waras!! Drama apa ini?! Gila. Harsa kira jebak-jebakan seperti ini hanya terjadi di sinetron, tapi ternyata di dunia nyata juga ada? Dia pula yang harus mengalami -SUDAH GILA!

Mendengar ungkapan tersebut, bagaimana reaksinya? Tentu dia terkejut, Helena suka dia? -tidak, terima kasih! Dia tak suka perempuan licik pembuat konflik, dia juga tak suka perempuan menye-menye yang selalu mengadu kepada orang tua.

SADAR!,,, umurmu sudah dua puluh enam, Helena. Jangan mengadu orang hanya untuk keuntungan pribadi -kesal Harsa.

Dia kesal, sangat! Bisa-bisanya sepupu nya menggunakan kepercayaan yang ia berikan untuk menghancurkan kebahagiaan yang ia miliki. Tentu dia tidak terima, dia memarahi Helena usai mengetahui semua yang terjadi dan meski sudah dimarahi, kalian tahu apa jawaban Helena? Dia bilang masih akan menyukai Harsa dan akan mengadukan Harsa kepada orang tuanya.

DIH?! Itu suka atau obsesi?!

Bodo! Harsa tak peduli. Adukan saja sesuka hati, dia pastikan tak akan ada yang bisa mengatur pilihan hidupnya. Ibu dan ayah nya saja tidak pernah mengatur hidupnya, lalu perempuan itu ingin agar paman dan bibi mengatur dia? Terus saja berMIMPI

"Saya tau kamu pura-pura tidur"

"Mau kamu betulan tidur atau enggak, saya harap kamu bisa dengar penjelasan saya. Saya minta maaf, saya sudah tau semuanya. Saya sadar saya terlambat, kita sudah bukan siapa-siapa, tapi saya nggak bercanda waktu saya bilang masih sayang kamu"

Pria itu berucap jujur sebagaimana adanya, dia ingin Jesslyn tahu bahwa seujung kuku pun dia tak pernah bercanda saat beberapa jam lalu mengatakan bahwa ia masih memiliki perasaan pada mantannya. Jangankan bercanda masalah perasaan, dia sendiri bahkan tak pernah benar-benar menganggap hubungan mereka berakhir. Karena menurut Harsa, ketika itu dia terpaksa mengiyakan karena melihat Jesslyn yang minta putus sambil menangis. Pikirnya dia dan Jesslyn masih bisa bersama seperti hubungan orang-orang yang putus nyambung, nyatanya sampai sekarang malah sebaliknya. Lebih parahnya, muncul seorang pria yang cukup membuat Harsa resah.

Hakim -haruskan dia mendeskripsikan pria 'pengancam' tersebut?

Harsa menilai wajah pria itu cukup rupawan, sikapnya ramah, ditambah pembawaannya yang hangat membuat nama Hakim sering terdengar di kuping Harsa. Awalnya dia acuh, sekedar mendengar dan terkesan tak ingin tahu. Namun saat mengetahui bahwa nama Hakim disebut oleh salah satu kawan Jesslyn, dia baru dibuat penasaran.

Hakim? Siapa Hakim? -oh rupanya pria itu adalah pria yang beberapa hari ini sering dibicarakan orang-orang dan apa? Jesslyn dekat dengan Hakim?!! Serius?! Seberapa sibuk dirinya sampai dia tak tahu informasi seperti ini?

"Saya nggak pernah menganggap kita betulan putus, karena itu saya pikir nggak salah kalau saya masih berharap kita bisa kembali seperti dulu. Saya sadar kesempatan saya masih abu-abu karna kamu yang sudah sangat kecewa kepada saya, ditambah ada pria lain yang dekat dengan kamu"

"Saya akui, saya cemburu setiap melihat interaksi kamu dengan dia, saya marah, tapi saya bisa apa? Saya mau cegah kamu supaya nggak dekat dengan dia juga nggak mungkin karna kita sudah nggak punya hubungan apapun selain atasan dan bawahan"

"Jesslyn, bisa nggak kamu izinkan saya untuk marah ke dia? Saya nggak memaksa, kalau sebenarnya kamu punya perasaan untuk dia, saya akan mundur. Tapi kalau nggak, biarkan saya menempati tempat saya seperti sebelumnya" ucap pria itu panjang lebar.

Seperti yang dikatakan oleh Jesslyn, dia dan perempuan itu tak lagi memiliki hubungan spesial kecuali sebatas atasan dan bawahan. Dia tak punya hak apapun, tak memiliki status khusus untuk marah dan mengungkapkan seberapa cemburunya dia atas kedekatan dua karyawannya. Maka dari itu, tak bisakah Jesslyn kembali menerimanya agar ia bisa melakukan hal tersebut? Dia ingin sekali cemburu sekedar memberi tatapan tajam pada pria yang berani mendekati perempuannya.

Dia ingin, sangat malahan. Namun dia tak bisa memaksa, dia bukan Helena yang memaksakan perasaan orang lain hanya agar diri sendiri bahagia. Jadi apabila Jesslyn memiliki perasaan yang sama untuk Hakim dan sebaliknya, dia akan menyerah.

Pikirnya simple, mungkin Jesslyn bukan takdirnya, tapi kalau tidak, bisakah Jesslyn memberinya kesempatan untuk mencoba 'menduduki' kembali tepatnya di hati perempuan itu seperti ketika dulu?

Roda mobil berhenti di depan rumah bernuansa modern, Jesslyn membuka matanya,

"Makasih tumpangannya pak, saya duluan" ucap Jesslyn sembari melepas sabuk pengaman, sedangkan Harsa hanya menatap.

Saat pintu mobil ditutup, Harsa lihat Jesslyn tak masuk. Perempuan itu berdiri di depan pintu membalas tatapannya selama beberapa detik hingga dirinya bingung.

Kenapa? Apa perempuan itu menyuruhnya pergi lebih dulu baru akan masuk? Tapi dia ingin melihat Jesslyn masuk dulu baru kemudian ia pergi.

"Pak," perempuan itu memanggilnya, dia bicara tenang dengan tatapannya yang dalam

"Saya terima permintaan maaf bapak" katanya.

Usai berucap demikian, Jesslyn berbalik, perempuan itu masuk ke dalam rumah meninggalkan Harsa yang diam lalu melipat bibirnya dan tersenyum puas atas keputusannya yang tadi sudah berhasil mengungkapkan isi hatinya.

I LOVE YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang