Hayy
Cerita ini up lagii
Jangan lupa tekan bintangnyaa
Emoji untuk hari ini?Happy reading
***
"Jadi?" tanya Merica langsung stelah tangannya dilepaskan Rian. Wajah galaknya menyorot tajam laki-laki yang hanya diam sejak tadi, kedua tangan gadis itu menyilang angkuh.
Rian hanya memerhatikan Merica, menatap mata gadis itu dengan intens, membuat Merica sedikit salah tingkah.
"Kalau lo gak ngomong, gue cakar lo!" gertak Merica sembari menahan kegugupan nya.
Sudut bibir Rian sedikit naik, "Pedes banget, " gumamnya, melihat pelototan dari Merica lagi, wajah laki-laki itu langsung kembali datar, lalu berdehem.
"Jadi, sekolah ini memilih 8 pemimpin untuk bersaing menjadi pemimpin terbaik selama tiga tahun. Setiap tahun akan ada pemilihan Raja pimpinan atau bisa dibilang ketua dari semua pemimpin kelas, setiap tahun akan ada pergantian Raja pimpinan, dan ada juga pengunduran diri dari pimpinan lain kalau mereka ga kuat ngejalanin, sampai sini paham?"
Merica mengerjap, mendengar Rian menjelaskan lumayan panjang membuatnya tak bisa berkata-kata.
"Paham gak?" ulang Rian sembari menjitak kening gadis didepannya.
Merica merenggut, wajah galaknya kembali terlihat. "Ya paham. " Mereka bertatapan, Merica mengalihkan pandangan ke arah lain. "Kalau gitu, gue mau ngundurin diri aja tahun ini. "
Rian berdecak, mengacak rambutnya sejenak, lalu kembali menatap Merica.
"Gak bisa, gue bakal jadi Raja pimpinan tahun ini. ""Ya trus?"
"Lo otomatis jadi ratunya. "
Terkejut, tentu saja. Gadis itu menipiskan bibir, menatap kembali ke arah murid-murid yang tengah bermain bola sepak tak jauh dari mereka.
"Trus tugas gue apa?"
Rian tak menjawab, laki-laki itu membuka ponselnya dan tengah mengetik sesuatu di sana. Merica yng melihatnya merasa kesal.
"Hey! Gue na- Aw!"
Merica jatuh, merasakan sakit di kakinya, karena bola sepak yang membentur kaki gadis itu. Rian kembali menatap Merica, dan terkejut begitu melihat kaki gadis itu memar dan tergores bebatuan. Rian menoleh ke arah murid-murid yang bermain bola, menatap mereka tajam, mereka yang ditatap langsung membungkuk meminta maaf, lalu berlari pergi.
"Aduh-aduh, " Merica mencoba menggerakan kakinya untuk bangun, Rian membungkuk.
"Sakit?" tanya Rian, sehari melihat kaki wakil ketunya itu.
"Ya sakit lah!"
Rian hampir saja tersenyum, melihat gadis berambut kemerahan ini misuh-misuh membuatnya merasa sedikit terhibur.
"Bawa gue ke uks cepet!" sorat jengkel itu membuat Rian menahan senyum kembali.
"Lo minta tolong atau apa?" tanya Rian iseng, ingin melihat reaksi gadis itu.
"Ya gue minta tolong! CEPET!" teriak Merica di akhir, membuat Rian reflek mengusap telinganya.
Merica duga, Rian akan membantunya dengan cara merapat, tapi tanpa di prediksi Rian malah mengangkat tubuhnya dengan dua tangan.
"Eh-eh, ngapain lo! Turunin gak!"
Rian tak menghiraukan, laki-laki itu berjalan dengan santai ke uks sembari memangku gadis itu.
"Lo bener-bener ya!" setelahnya gadis itu diam, menutup wajahnya dengan telapak tangan, agaknya gadis itu baru sadar sudah menjadi pusat perhatian orang-orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty of the Heart
Teen Fiction~Kisah ini tertulis karena sebuah tugas yang di bebankan pada mereka. Rian Sa Alvian, seorang cowok malas bicara dan seolah tidak tertarik dengan dunia malah di tugaskan menjadi pemimpin sebuah kelas amburadul bersama Merica Almera yang cerewet dan...