BAB 2

232 20 5
                                    


°°°°

°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°

Bel istirahat berbunyi membuat semua siswa-siswi berseru senang. Akhirnya pelajaran yang membosankan seperti sejarah berakhir. Segera mereka mengemas buku dan alat tulis mereka.

"Baiklah, pelajaran kita akhiri sampai di sini. Sampai jumpa di pertemuan berikutnya," ujar guru tersebut sebelum melangkah keluar kelas.

Semua siswa-siswi berbondong-bondong keluar dari kelas setelah guru yang mengajar sudah pergi. Menyisakan beberapa siswa yang masih betah di dalam kelas.

Ravindra memasukkan buku dan alat tulis miliknya ke dalam tas. Namun, ia tak beranjak dari tempatnya. Ia malah melipat kedua lengannya di atas meja dan menenggelamkan wajahnya di sana.

Sayup-sayup terdengar sudara dari beberapa siswa yang masih ada di dalam kelas bersama dirinya. Mereka tampak asik mengobrol sambil tertawa sebentar sebelum memutuskan untuk keluar kelas.

Kini, hanya tersisa dirinya seorang di kelas. Pemuda itu menghela napas sesaat, sendirian lagi, batinnya.

Ya.., di sekolah tidak ada satupun siswa maupun siswi yang mau berteman dengannya. Ia selalu dikucilkan dan abaikan seolah ia tak pernah ada. Lagi pula, siapa yang akan mau berteman dengan si bodoh yang selalu mendapatkan peringkat terakhir?

Mereka menjauh karena takut akan ketularan bodoh jika berdekatan dengannya. Walaupun ia tidak mempermasalahkan hal itu. Tetapi, jujur dalam hati kecilnya ia sangat ingin memiliki teman meski itu hanya seorang. Asal ia punya.

Kruucukk krucukk

Sial. Padahal ia berniat untuk tidak datang lagi ke kantin hari ini selain tadi pagi. Tapi, perutnya tidak bisa dikondisikan. Ia merasa lapar sekarang.

"Hei, kenapa kau lapar disaat yang tidak tepat sih?" keluhnya pelan sembari memegangi perut. Apalagi dirinya tidak memegang uang, bagaimana ia akan membeli jika uang saja ia tidak punya.

Ravindra menegakkan tubuhnya, menatap kelas yang benar-benar sepi. Tiba-tiba ia teringat jika dirinya sempat menyelipkan sejumlah uang di tasnya beberapa waktu yang lalu. Tangannya bergerak mengambil tas dan membuka lesreting lalu merogohnya. Jari-jemarinya bergerak mencari sejumlah uang yang tersimpan di beberapa tempat.

Setelah beberapa menit, hap! Ia mendapatkannya!

Senyumnya mengembang melihat lembaran uang sepuluh ribu dan juga dua ribu dari dalam tasnya. Ia sangat bersyukur, ia selalu menyelipkan uang di dalam tas untuk berjaga-jaga.

𝐃𝐞𝐚𝐫 𝐑𝐚𝐯𝐢𝐧𝐝𝐫𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang