BAB 3

202 23 5
                                    

°°°°

°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°

Di kantin, tempat yang kini paling ramai dengan siswa-siswi dari berbagai angkatan berada. Semua tampak sibuk memesan makanan dan minuman bahkan sampai berdesak-desakan. Menambah ricuh suasana kantin.

Di salah satu meja paling pojok, dua pemuda sedang duduk tenang sembari menikmati makanan yang mereka pesan. Keduanya juga mengabaikan tatapan gadis-gadis yang duduk di sekitarnya.

"Bang Dewa, Bang Jaka kemana? Tumben gak bareng sama Abang?" tanya salah satu dari dua pemuda itu sembari memasukan pentol dalam mulutnya.

"Di ruang guru," jawab yang paling tua diantara kedua pemuda itu.

Dia adalah Sadewa Adyatma, pemuda berparas tampan yang mampu membuat banyak gadis tergila-gila dengannya. Selain itu, Sadewa dikenal dengan julukan ice prince karena menjadi salah satu atlet ice skating yang sudah mengikuti berbagai macam lomba dan kompetensi.

"Kenapa Bang Jaka kesana?" Pemuda itu kembali bertanya.

"Mana Abang tau, Juna. Kamu tanya aja nanti kalo dia kesini," sahut Sadewa sembari meneguk es teh.

Arjuna Handaru, saudara kembar Seano Herdian. Meski kembar, Arjuna lebih muda dari Seano meski mereka berdua lahir dengan jarak waktu lima belas menit saja. Banyak pula orang yang tidak percaya jika Arjuna dan Seano adalah saudara kembar karena wajah mereka tidak mirip, namun jika dilihat sekilas mirip. Kembar tidak selalu identik, bukan?

"Lalu, Sean mana? Kenapa dia juga tidak ikut denganmu?" Kini, Sadewa yang bertanya.

"Dia balik ke kelas, kata dia uangnya ketinggalan," jawab Arjuna kembali memasukan pentol ke mulutnya, sedangkan Sadewa hanya manggut-manggut saja.

Sayangnya apa yang dikatakan Arjuna berbeda dengan yang dilakukan oleh pemuda yang bertastus saudara kembarnya itu. Seano melangkah menuju kelas yang berada di ujung sembari menoleh ke kanan kiri.

Perlahan, Seano menggeser pintu dan terkejut melihat adiknya duduk di lantai dengan sejumlah buku yang rusak di lantai. Seano berjalan mendekat dengan raut khawatir karena melihat ada luka di sudut bibir adiknya itu.

"Ravi! Sebenernya apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa terluka seperti ini?" cerca Seano dengan berbagai pertanyaan yang hanya di balas senyuman oleh Ravindra.

"Ravi gak papa, Bang, cuma luka kecil aja," ujarnya.

"Tapi dek, bibir kamu sampe berdarah loh!" sahut Seano dengan raut wajah yang masih khawatir.

𝐃𝐞𝐚𝐫 𝐑𝐚𝐯𝐢𝐧𝐝𝐫𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang