Marsi dan Juliaa duduk di cafetaria yang menjadi tempat mereka berdua bertemu dengan seseorang. Akhirnya seseorang datang ke arah mereka dan menyapa sambil membawa beberapa makanan minuman untuk Marsi, Juliaa.
"Hai, lama banget kita ga ngobrol bertiga gini," sapa seseorang berambut coklat dia adalah Natasha gadis dari kelas prima seni yang menyandang pemain cello terbaik nasional. Wajahnya yang cantik dan tingginya yang semapai, membuat siapa saja yang melihatnya langsung suka ditambah kepribadiannya yang tenang dan baik.
"Natashaa!" seru Juliaa yang tidak tahu bahwa Marsi mengajak Natasha untuk bertemu.
"Juliaa, tangannya udah sembuh?" tanya Natasha setelah ikut duduk di sana, "Masih recovery, sakit banget tau, tapi dikit-dikit udah gue coba buat latihan sih," jawab Juliaa dengan semangat.
"Lain kali jaga diri ya, kan kamu atlet panah. Tanganmu berharga banget buat cetak poin." Juliaa tersenyum dan mengiyakan ucapan Natasha. Marsi menatap keduanya dengan tersenyum tipis, sudah lama sekali dia tidak berkumpul seperti ini karena Natasha lolos masuk kelas prima mengakibatkan mereka jarang bisa bertemu.
"Jadi gimana?" tanya Natasha beralih ke Marsi, "Gue cuma ngajak ni bocah buat ketemu lo aja sih, Nat," jawab Marsi menunjuk Juliaa dan memberi kode padanya. "Udah lama kan kita ga ketemu gini," tambah Marsi dan menyeruput minuman yang dibelikan Natasha.
"Bener sih, kalo aja waktu itu kita masuk kelas prima bareng-bareng. Aku engga bakalan sendiri di sini," ucap Natasha yang membuat Juliaa bingung. "Bukannya lo ada temen di sini?" tanya Juliaa.
"Hahaha iya ada, tapi ga bisa akrab banget. Tahu sendiri, kan kompetisi anak seni kayak gimana. Aku banyak temen dari olahraga sama IPA," jelas Natasha membuat gadis itu mengerti.
"Besok bulan depan ada tambah kuota masuk kelas prima, aku harap kalian mau ikut biar kita bisa sering kumpul gini," ucap Natasha dengan lemah lembut. "Gue pikir-pikir lagi, tanggal berapa ujiannya?" tanya Marsi dengan sedikit melirik ke Juliaa.
"Eum, seinget gue tanggal 10," jawab Natasha dengan antusias.
Marsi menghela napas panjang sampai akhirnya keberanian itu muncul untuk segera mencari informasi terkait tragedi yang terjadi di sekolahnya melalui teman terdekatnya sewaktu SMP. Dibalik Natasha yang terkenal dengan sifatnya yang ceria dan ramah, dia memiliki sisi tersembunyi yang hanya diketahui oleh orang terdekatnya.
"Tanggal 24, lo tahu kan, Nat?" tanya Marsi setelah hening beberapa saat, sampai Juliaa yang mendengarnya tersedak. Cafetaria hari ini cukup sepi dari biasanya hanya ada mereka bertiga di sini.
"Van–" Natasha tersenyum dan menghentikan ucapan Juliaa, "Hah...Aku tahu karena clue dari Pandora ada ditanganku sekarang," ucap Natasha yang membuat Juliaa merinding sendiri melihat mereka berdua saling bertatapan.
Reza mengumpulkan mereka semua di ruang band sebagai dalih mereka ada kegiatan latihan. Kini mereka semua sudah berkumpul sampai pandangan seseorang beralih saat Reza menerangkan rencana mereka kedepannya.
"Hai, sorry ya aku telat dateng," ucapnya yang membuat beberapa orang terkesima, "Siapa nih?" tanya Adit yang merasa asing dengan seseorang di depan.
"Halo, gue Hardin salam kenal ya cantik," ucap Hardin sambil mengulurkan tangannya dan dijabat oleh gadis cantik itu. "Hai, aku Natasha," balas Natasha ramah dan ikut duduk di samping Ayodhya.
"Lah, ni anak kenapa ke sini?" tanya Hanung yang sudah tidak asing dengan Natasha karena dulu dirinya, Anugerah, Marsi, Tian dan Juliaa satu SMP meskipun berbeda kelas, tapi mereka sering bermain bersama.
"Nambah-nambah aja sih biar seru," ucap Juliaa yang mendapat tatapan tajam dari Marsi. "Lo tambah cantik banget sih, Nat." Anugerah mendapati gadis itu terlihat berbeda dari terakhir mereka bertemu.
"Hai, gue Reza. Ini Adit kita dari kelas IPA 2, terus ini Ayodhya satu kelas sama Hanung" sapa Reza sedikit kikuk dan malu sendiri. "Iya, halo Reza, Adit. Halo juga Ayodhya" sapa Natasha membuat semua laki-laki di sana terkesima.
"Oke, terus kenapa Natasha ikut kita hari ini?" tanya Tian yang disetujui oleh semuanya yang merasa bingung bagaimana gadis itu datang kemari.
"Gue yang ngajak dia ke sini karena Natasha tahu tragedi tiap tanggal 24," ucap Marsi yang membuat semua orang di sana terkejut bukan main.
"Tunggu gimana bisa? Lo tahu tiap tanggal 24 ada yang itu..." Tian tidak berani melanjutkan kalimatnya.
"Iya, aku tahu semenjak Cantika dan waktu itu aku liat Anin juga," ucap Natasha dengan tenang, "Nat, seriusan lo ga bohong nih?" tanya Hanung tidak percaya dengan temannya itu. Ayodhya yang mendengarnya langsung membulatkan matanya dengan sempurna.
"Iya, Hanung. Sebenernya anak kelas prima ga ada yang tahu sama sekali tentang apa yang terjadi di kelas reguler A sama X. Setiap tanggal 24 kelas prima ada outing class ke luar negeri," tambah Natasha yang semakin membuat mereka terkejut dan baru mengethaui tentang hal ini.
"Itu beneran? Tunggu dulu berarti selama tanggal 24 itu kalian engga ada di sekolah ini?" tanya Ayodhya dan mendapat anggukkan kepala dari Natasha.
"Bentar, ini gila. Sumpah yang bener aja, kita tiap tanggal 24 diambang kematian sementara kalian seneng-seneng ke luar negeri. Biadab!" teriak Hanung yang emosi sendiri.
"Nung, kendaliin diri lo. Natasha di sini mau bantuin kita!" ucap Marsi memperingatkan. "Dan lo udah tahu kan, kalo kelas prima outing class?!" tanya Hanung dengan nada tinggi ke Marsi.
"Hanung, tenangin diri lo. Marsi juga baru tahu minggu lalu, setelah dapet chat anonim dan ternyata itu Natasha," jelas Juliaa membuat Hanung lebih tenang saat ini.
"Oke, terus kita mau gimana?" tanya Hardin mengalihkan pembicaraan. "Tunggu dulu, berarti selama ini di kelas prima ga pernah ada korban tanggal 24?" pertanyaan Adit mendapat anggukan kepala dari Natasha.
"Awalnya aku juga kaget kalo Cantika meninggal karena waktu itu aku lagi ngambil sesuatu di kelas prima buat acara lomba dihari itu tanggal 24 dan ketemuan bentar sama Jesi anak kelas A IPS. Habis itu aku mau balik buat lanjut lomba, tapi tiba-tiba aku udah liat Cantika bunuh diri. Terus aku juga lihat Anin bunuh diri, sebenernya aku udah berusaha buat cegah, tapi telat," ucap Natasha yang terlihat gemetar menceritakan kejadian itu begitu juga dengan Tian dari sini Tian tahu bahwa sebenarnya Natasha yang memanggil ambulance . Ayodhya menghela napas panjang, melihat Ayodhya seperti itu Marsi menggenggam tangan gadis itu mengisyaratkan untuk tenang.
"Ja-jadi lo tahu semuanya?" tanya Hardin mencerna cerita Natasha. "Iya, aku tahu semuanya setiap tanggal 24. Aku minta tolong ke Jesi buat kasih tahu siapa aja korbannya, jujur aku juga shock tahu ada tragedi ini tiap bulannya. Aku juga berusaha buat cari tahu penyebab ini semua dan cari solusi rasanya kayak bersalah banget sama kelas reguler A dan X. Kita anak kelas prima outing class, sedangkan kalian berusaha cari cara buat tetap hidup dan jaga mental kalian. Aku minta maaf," jawab Natasha sambil menangis membuat semuanya yang ada di sana ikut sedih.
Natasha gadis itu tidak salah sama sekali karena dia tidak tahu apapun tentang tragedi 24 sebelumnya, kini dia berusaha membantu teman-temannya. Apapun yang terjadi Natasha berani mengambil risiko untuk mengungkap tragedi ini, tidak peduli dia berasal dari kelas prima yang terpenting adalah teman-temannya dapat sekolah dengan baik seperti dirinya di kelas prima.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda 24
Mystery / ThrillerMisteri Sekolah Dharma Widya yang masih belum terungkap sampai hari ini adalah setiap tanggal 24, ruang broadcast akan menyiarkan berita yang membuat seluruh siswa tidak bisa tenang. Bahkan banyak rumor yang beredar bahwa sekolah itu menyimpan sesua...