"Haduh, ga jangan kamu. Kamu belum saya presensi dari tadi kenapa sih kamu pengen keluar dari pelajaran saya. Kamu ga suka pelajaran saya?" tanya Pak Tanto.
"Iya gue ga suka anjing, ribet banget sih kelas lo. Bisa gagal rencana gue sama temen-temen," ucap Marsi dalam hati dan dia urungkan niatnya untuk pergi.
"Kamu, Rika cari si Jule. Kalo ga ada di UKS, bilang sama saya nanti saya laporin ke kurikulum. Dari kemarin cari perkara terus anak satu itu," suruh Pak Tanto sambil mengomel sendiri dan melanjutkan presensi.
Hanung mengacak rambutnya begitu juga dengan Adit dan Hardin yang berhasil sembunyi di belakang ruang kelas reguler X IPS. Hanung mencoba menelfon Marsi, tapi tidak mendapat balasan bahkan pesannya tidak dibaca sama sekali. Hardin memberitahu bahwa Reza akan datang kemari setelah mengajak Marsi.
"Buangsat, Marsi ga bisa dateng gara-gara si Tanto udah masuk mana nama gue sama tuh dua bocah dipanggil lagi," ucap Hanung yang frustasi membaca pesan itu dari Anugerah.
"Tenang-tenang, anjing ga bisa mikir gue. Harusnya tadi mereka lari ke sini, malah lari deket tangga," ucap Adit emosi sendiri sampai akhirnya satu ide muncul dari otaknya.
"Hardin...Hardin dengerin gue. Waktu kita udah ga banyak lagi dan Hanung udah kepanggil sama Tanto, gue pengen lo sekarang lari ke lab observatorium astronomi. Gue sama Hanung bakal cari cara nyelamatin cecenguk dua itu dulu setelahnya nyusul lo," perintah Adit yang ditolak mentah-mentah dari Hardin.
"Anjing dengerin gue Natasha ada di sana nungguin dari tadi, lo ga kasian sama cewek impian lo. Nung, kasih liat fotonya." Hanung menunjukkan room chatnya dengan Natasha yang memberitahu gadis itu sendirian di lab observatorium sendiri.
"Babi, lo kok bisa dapet nomornya?" tanya Hardin sedikit emosi. "Bangsat, nanti gue kasih anjing yang penting lo kesana dulu. Cepet, Din!," tambah Hanung yang menyuruh laki-laki itu berlari sendiri ke tempat Natasha.
"Awas aja kalo engga, sayangnya Hardin im coming," ucap Hardin sambil tersenyum penuh kemenangan.
Tian dan Juliaa menatap satu sama lain, memikirkan bagaimana cara mereka terlepas dari situasi yang sangat tidak menguntungkan untuk kehidupan mereka berdua.
"Eh...Bapak, tumben banget ke sini," sapa Juliaa sambil tersenyum, tapi yang tergambar di wajah Juliaa sangat membuat Tian merinding.
"Kalian yang kenapa dateng ke sini? Pelajarannya siapa?" tanya kepsek Dharma Widya, yang memiliki nama Atma.
"Heheh...kita ada tugas cari babi...Eh, maksud saya cari ulet daun untuk pelajaran biologi nanti." Tian yang mendengarnya hampir tertawa, tapi dia mencoba menahannya.
"Tapi kenapa cari waktu pelajaran yang bukan biologi?" tanya kepsek itu lagi. "Gini loh, Bapakku. Kalo kita cari nanti takutnya uletnya bakal habis, anak ipa 1 ambis semuanya. Takutnya ga kebagian, ya kan, Ti?" Juliaa meminta persetujuan dari Tian yang masih mencoba menahan suara tawanya.
"Iya, Pak. Kemarin aja mereka disuruh bawa katak 1 malah bawa katak 5, mana ga dibagi-bagi. Udah saya beli juga ga mau kasih, Pak," tambah Tian asal bunyi memercepat percakapan ini agar selesai.
"Kalian lagi engga bohongin saya, kan?" tanya Pak Atma. "Ya kali, Pak. Bapak tuh tokoh yang dipuja di sekolah ini, kita mah kroco ga berani bohongin Bapaklah," jawab Juliaa yang mendapati Adit dan Hanung yang memunculkan kepalanya memberi kode.
"Juliaa Aruma," panggil Pak Atma menghentikan kegiatan Juliaa memberikan kode pada dua temannya.
"Siap, Pak," jawab Juliaa seperti akan maju ke medan perang. "Saya denger kamu bikin masalah nyuri id card ketua osis karena mau duduk di kursi saya yang empuk itu." Juliaa yang mendengarnya menenguk salivanya susah payah, sedangkan Tian kembali menahan tawanya.
"Maaf, Pak. Saya ga maksud kayak gitu," ucap Juliaa sambil menunduk. "Hah...saya tahu kamu bukan pelakunya." Juliaa langsung mengangkat kepalanya, sedangkan Tian membulatkan matanya sempurna.
"Maksud Bapak apa ya? Saya ga paham," tanya Juliaa sebisa mungkin untuk tetap tenang. "Saya tahu kamu bukan orang yang mencuri id card ketua osis," jelas Pak Atma berhasil membuat kedua siswa itu tercengang. Tiba-tiba terlintas wajah Ayodhya di pikiran Juliaa.
"Saya kok, Pak. Serius saya yang ngambil," tegas Juliaa memperkuat pendapatnya, sedangkan diwaktu seperti ini panic attack Tian datang.
"Di ruang OSIS cctv ga cuma satu Juliaa, saya ga kasih hukuman yang berat karena bukan kamu yang curi melainkan orang lain. Saya ga tahu rencana kalian di belakang kayak gimana, tapi lebih baik hati-hati aja," ucap Pak Atma membuat Juliaa merinding sendiri.
"Pak, itu saya ga mungkin orang lain. Saya waktu itu pengen bolos pelajaran matematika terus saya cari tempat aman dan saya pikir di ruang osis ga ada orang. Saya iseng–" belum sempat Juliaa menjelaskan alasannya, tiba-tiba saja sirene kebakaran berbunyi dan pengumuman tersiar dari broadcast.
"Kebakaran kah?" tanya Juliaa, "Kalian cepat pergi ke lapangan selamatin diri kalian, saya mau cek dulu!" perintah Pak Atma yang berlari ke sumber suara meninggalkan Juliaa dan Tian yang masih berdiri di sana.
"Jule, Tian sini cepet!" perintah Adit agar mereka segera datang. Hanung memeluk kedua temannya itu yang mana Juliaa sudah menangis ketakutan, sedangkan Tian mengalami panic attack.
"Tenang, tenang. Gapapa gue di sini kok, jangan nangis ya." Hanung memeluk erat Juliaa menenangkan gadis itu yang sangat ketakutan karena hampir saja ketahuan.
"Tian, tarik napas pelan-pelan terus keluarin. Tarik napas keluarin," pinta Adit yang melihat Tian kesulitan untuk bernapas alhasil Adit memeluk laki-laki itu.
"Tenang semuanya tenang...gapapa, jangan nangis," ucap Adit yang merasa bersalah dan mengelus lembut rambut Juliaa yang masih setia menangis di pelukan Hanung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda 24
Mystery / ThrillerMisteri Sekolah Dharma Widya yang masih belum terungkap sampai hari ini adalah setiap tanggal 24, ruang broadcast akan menyiarkan berita yang membuat seluruh siswa tidak bisa tenang. Bahkan banyak rumor yang beredar bahwa sekolah itu menyimpan sesua...