Akhir menuju kelulusan hampir tiba, Yamato menjadi sangat berbahaya. Ia menjadi salah satu yang mengacau kota, entah apa yang ia inginkan, ia menjadi manusia yang ditakuti oleh murid-murid sekolah dan warga kota. Hajime dan teman-temannya sedikit kewalahan untuk menghentikan Yamato dari aksinya.
"Yamato, aku tidak tahu apa tujuanmu menjadi orang yang membuat kericuhan di kota dan sekolah. Apa kau tidak berlebihan melakukan itu semua? Bukankah Sekolah Furin selain untuk belajar, juga untuk menolong warga dan sesama?" Tanya Hajime saat waktu dirinya panggil Yamato untuk bertemu, "sejak dulu tidak ada niatku untuk melindungi siapapun. Di hari itu, aku hanya tahu untuk melindungi diri sendiri dan berbuat apapun yang kusuka. Duniaku sudah berubah sejak SMP, kau tahu? Melawan siapapun adalah hal yang kusuka. Apa yang salah dengan itu?" Tanya Yamato balik, "kau harus tahu, bahwa tidak ada yang mengganggumu, Yamato. Maka dari itulah hal yang salah, karena tidak ada yang mencoba mengusik atau mengganggumu yang mengharuskan kau berbuat kerusuhan seperti itu. Kalau kau bertanya apa yang salah dari hal kau perbuat, aku akan bertanya balik dengan pertanyaan yang serupa. Apa salahnya hal yang kau suka itu bertujuan untuk melindungi warga dan sesama? Kau tetap bisa lakukan yang kau suka untuk melindungi orang-orang, menolong orang-orang yang diganggu oleh para berandalan. Aku tahu jika kau tidak ada niat untuk melindungi siapapun selain diri sendiri, lakukanlah hal yang kau suka jika ada yang mengganggumu saja. Tidak sulit, bukan?" Jelas Hajime, "kau, Hajime," singkatnya, Hajime memberikan raut wajah bingung, "kau yang menggangguku, karena itu aku lakukan apapun yang kusuka di mana saja tanpa pandang bulu." Lanjut Yamato.
"Aku? Aku tidak mengganggumu. Apa yang kaumaksud, Yamato?" Tanya Hajime, Yamato mengamati sekeliling, tetapi tidak ada hal yang dia cari. "Di mana Chika?" Tanya Yamato yang mengabaikan pertanyaan Hajime, "dia sudah di rumahnya. Dia merasa bosan karena aku sudah tidak banyak melawan siapapun, aku hanya fokus dengan menanam sayuranku. Ada apa? Tetapi, jawab dahulu pertanyaanku yang sebelumnya." Jawab Hajime, "bahkan kau membuat Chika merasa bosan? Sepertinya kau tidak akan mengerti Chika, walau kau kekasihnya. Kenapa anak itu harus memiliki hubungan dengan orang naif sepertimu?" Ujar Yamato, Hajime menghela nafas panjang dan paham kenapa Yamato melakukan hal yang kacau itu. "Jika yang kau inginkan adalah Chika, silakan bertemu dengannya seperti biasa. Bukan bermaksud Chika adalah sebuah barang yang terlihat aku memberikan barang berharga begitu saja. Hal yang membuatmu berpikir aku mengganggu kau adalah hubunganku dengan Chika. Sudah kubilang bahwa aku tidak merebutnya darimu, tapi apa boleh buat kalau kau berpikir seperti itu. Kau benar, aku tidak dapat mengerti tentang Chika yang senang melakukan kekerasan atau kasar. Aku hanya tahu tentang Chika dari cara dia ketika selalu menghajarku, aku tidak akan mengubah dirinya atau cara berpikirnya. Hidupnya sudah cukup keras, jika kau ingin tahu tentangnya. Aku akan memutuskan hubungan dengan Chika, jika kau tidak akan membuat kekacauan lagi di kota dan sekolah. Bagaimana?" Hajime tidak pikir panjang mengenai hubungannya, membuat teman-temannya terkejut saat mendengarkan ucapan Hajime yang terdengar seperti bernegoisasi dengan Yamato.
"Baik. Aku tidak akan menyentuh sekolah ini dan kota lagi setelah lulus dari sekolah nanti. Tidak menyangka akan ada seseorang yang merelakan hubungannya demi kenyamanan dan kedamaian dunia. Sangat membosankan. Kabarilah jika kau sudah putus dengan Chika." Ujar Yamato langsung meninggalkan atap sekolah dan tidak memedulikan bisik-bisik yang terdengar dari teman-teman Hajime.
"Kau yakin dengan keputusanmu itu, Hajime?" Tanya Tasuku, "ya, aku yakin. Jika itu membuat hidup lebih aman. Setidaknya, Yamato akan menjaga dan melindungi Chika." Jawab Hajime, "kau begitu menyayangi Chika, bukan? Kau sungguh-sungguh akan melepaskan Chika?" Tanya Tasuku lagi yang tetap tidak percaya dengan keputusan yang dibuat Hajime. Raut wajah Hajime cukup untuk menjawab pertanyaan Tasuku, meski tetap terlihat ambigu. "Haha, sudahlah. Kau terlalu khawatir tentang itu, Tasuku. Aku memang sangat menyayanginya, tapi aku lebih tidak suka jika murid dari Sekolah Furin menjadi salah satu biang kerusuhan kota. Meski Chika tidak peduli dengan itu, dia senang karena melihat diriku yang melawan orang-orang dengan menghajar mereka. Meski yang kuhajar adalah pembuat onar, dia tidak peduli karena Chika sendiri adalah pembuat onar yang akan menghajar siapapun tanpa pandang bulu." Mendengarkan kalimat yang keluar dari mulut Hajime, teman-temannya menjadi semakin khawatir dengan keadaan Hajime sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Aku, Bukan Dia. | Endo x Takiishi Fanfiction of Wind Breaker (Nii Satoru)
FanficPERINGATAN PEMICU (TRIGGER WARNING) : kekerasan (violence), menyebutkan kata darah (mention of blood) PERINGATAN KONTEN (CONTENT WARNING) : BL / BxB (boy loves), adegan cium (kissing), untuk jaga-jaga menyebutkan kata-kata kasar (slightly harshword)...