Bab;3

36 8 0
                                    

Hari ini Jungkook akan memulai hari barunya. Hari-hari yang mungkin akan terukir tak indah lagi. Bukan berarti jika kehidupan Jungkook mulus dan layak selama ini! Tidak! Jungkook begitu sangat membenci kehidupannya. Sangat.

Soehe hamil sebelum ia resmi menjadi isteri sah dari Jongin. Jongin yang saat itu masih hidup dengan gelimangan harta dan juga setatusnya yang agung, sebagai salah satu keturunan dari anggota kerajaan Korea dari klan Jeon. Tapi cinta butanya pada rakyat jelata bernama Soehe. Perempuan yang lahir dari keluarga miskin, berpengaruh besar pada hasrat dan jiwa muda Jongin yang menggebu kala itu. Hingga total menggelapkan mata Jongin. Dan jika sekarang ia mengatakan menyesal, bukankah itu terdengar sangat keterlaluan?!

Jungkook terlahir dari keluarga yang tidak harmonis, membuatnya memiliki sisi kelam tanpa sadar, bahkan dirinya sendiri pun nyaris tak menyadari akan hal itu. Hidupnya yang terlalu bebas karena sifat acuh dari ayahnya sendiri, perlahan menyeret Jungkook pada dunia yang sedikit ekstrim.

Pecandu alkohol dan pungguna obat-obatan terlarang. Seperti itulah dunia yang sempat pernah Jungkook jalani. Bahkan Jungkook pernah ditemukan overdosis dan hampir meregang nyawa ketika dirinya sedang berlibur dengan salah satu friend benefitnya, Jaewook di Okinawa Jepang.

Lalu dengan masalalunya yang buruk, Jungkook kini dipaksa untuk menata masa depan yang bahkan itu tidak dipersiapkan untuknya. Itu adalah masadepan Sunoo, adiknya, yang selalu menjadi pusat kebanggan ayahnya. Bukan seperti Jungkook, yang selalu hanya dipandang sebagai aib oleh ayahnya dan juga kebanyakan orang lainnya. Bahkan ketika Jungkook masih berada di dalam perut ibunya sekalipun.

Jungkook tersenyum, mematut dirinya di depan cermin. Setelan kemeja warna putih yang ia padu padankan dengan bawahan semi jins berwarna abu-abu memberikan kesan formal tapi tetap santai. Suara tepukan pada badan Jungkook menjadi pertanda jika dirinya sudah siap dengan penampilannya. Tak terlupakan untuk mengancingkan lengan kemejanya di ke dua sisi lengannya. Bulan ini sudah memasuki pertengahan bulan October. Angin musim dingin sudah mulai terasa samar-samar, meski udara masih panas. Dan itu mungkin yang membuat Jungkook memilih outfit baju lengan panjang hari ini.

Setelahnya, Jungkook membuka lemari besar yang berada di samping kiri tempat tidurnya. Menunduk dan lalu menyeret salah satu kotak yang berada ditumpukan paling atas. Sepatu kets putih, favorite Jungkook. Dan akan menjadi sentuhan akhir untuk Jungkook di hari ini. Jungkook tidak pernah memperdulikan penampilannya, apakah itu sudah sesuai atau belum. Jungkook hanya mementingkan kenyamanannya.

Lagipula bukan salah Jungkook jika di pertemuan ini, Ia terlihat begitu sangat sederhana. Jungkook tak pernah dilibatkan satu kalipun oleh Jongin di dalam pertemuan yang sedikit formal. Entah itu pertemuan bisnis atau pertemuan keluarga. Beberapa kerabat jauh sebagian masih ada yang menganggap jika Jongin juga adalah bagian dari mereka, tapi tentu tak akan merubah perlakuan Jongin terhadap puteranya.

Maniknya memendar, mencoba menelisik kamarnya sendiri, takut jika ada yang tertinggal, dan kilatan nanik hitam pekatnya  menemukan gambar Sunoo yang dibingkai dalam sebuah figura. Sunoo tampak sedang tersenyum sambil memegang piala kejuaraan dalam lomba matematika. Jungkook tersenyum miris dan sinis.

"Kasihan dia."

Jungkook mendekat pada foto yang tergeletak di atas nakas sebelah ranjang tidurnya. Menggerakkan jari-jari panjangnya dan mengelus bingkai kaca yang sedikit berdebu. Membiarkan tangannya yang sudah bersih menjadi kotor, hanya karena Jungkook yang tiba-tiba teringat dengan masa lalunya.

Masa lalu Sunoo lebih tepatnya.

Jungkook masih mengingatnya dengan jelas bagaimana Sunoo mengejang semalaman karena demamnya yang tinggi dan juga disertai muntah-muntah. Dan itu berlangsung sampai tiga hari lamanya.

"Pasti sakit rasanya?"

Kembali, Jungkook bergumam sembari mencuci tangannya yang kotor di washtafel kamar mandinya.

Sunoo mendapatkan tekanan dari ayahnya agar dapat mencapai target nilai. Jungkook adalah keburukan, jadi Jongin berharap ia bisa mendapatkan kebaikan dari Sunoo.

Sunoo dipaksa belajar siang dan malam untuk memecahkan rumus tersulit. Dan Jongin sama sekali tidak perduli ketika putera kesayangannya itu mulai mengeluhkan sakit pada kepalanya. Hingga pada suatu malam Sunoo ditemukan pingsan di dalam kamar tidurnya sendiri.

Namun meski begitu kegilaan Jongin tak lantas hilang begitu saja. Di hari berikutnya, ia memberikan materi yang baru lagi pada Sunoo, dan guru les private untuknya. Dan Sunoo tak punya pilihan antara menolak atau setuju.

Jungkook tersenyum dalam diam, dan bersorak dalam hati. Haruskah ia bersyukur karena tidak pernah dianggap keberadaannya oleh ayahnya. Dengan begitu dirinya terhindar dari semua ambisi gila ayahnya. Ternyata menjadi kebanggaan tak seindah ketika sedang diceritakan pada orang-orang di luar.

Jungkook bersenandung, ke luar dari kamarnya. Pikirannya tiba-tiba bermuara pada sesosok yang akan dipertemukan untuknya.

"Seperti apa wajahnya? Apa dia akan tampan seperti pacarnya Jimin?" Tanpa sadar Jungkook tersenyum sendiri hanya dengan memikirkan hal itu. Jimin selalu bercerita tentang pacarnya yang tampan dan juga sangat menyayanginya. Setidaknya Jungkook juga ingin melakukan hal yang sama seperti Jimin. Meski Jungkook tahu jika itu bukanlah sepenuhnya akan menjadi hak miliknya. Pria yang akan Jungkook temui nanti adalah milik Sunoo.

Seohe melihat Jungkook yang sedang tersenyum gemas sendirian. Dan perasaan seorang ibu tidak bisa dibohongi. Ada yang membuat hati puteranya itu bahagia, tapi Seohe tak tahu apa tepatnya itu. Namun ada raut sedih dalam wajah cantik Seohe. Ia tidak tahu mengapa tiba-tiba perasaannya seperti itu. Hanya saja... melihat Jungkook yang hanya akan dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya kali ini, kenapa Seohe seperti tidak rela.

"Bagaimana nanti jika Jungkook benar-benar jatuh cinta padanya?"

Jungkook menyambut tangan ibunya yang terentang untuknya, membalas pelukan hangatnya. Setidaknya Jungkook masih memiliki Seohe yang bisa ia sayangi dan juga menyayanginya tentunya. Sehingga satu kalipun Jungkook tak pernah menganggap dirinya kesepian, meski tidak ada yang mengajaknya bicara di ruang makan, ketika mereka satu keluarga sedang berkumpul untuk makan bersama. Hanya melihat Seohe yang tersenyum ke arahnya, Jungkook sudah merasa jika ibunya itu sedang menunjukkan kasihnya yang tak terbatas.

.
.
.

Tbc.

THE LIAR VKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang