22. Makam

278 16 0
                                    

Setelah hari dimana mereka semua menangis mendengarkan cerita perjuangan Mommy mereka, kini seluruh keluarga berdiri mengelilingi Makam yang bertulisan ' Atisa Ayudi Adritama' tak lupa mereka melafalkan doa untuknya agar tenang disisi tuhan.

Daddy duduk di sebelah makan dan mengelus makan itu dengan penuh kepediahan juga penyesalan di dalamnya. "Maaf, maafkan aku Atisa".

"Seharusnya aku menemukanmu lebih awal, mungkin saja hal ini takan terjadi".

"Seharusnya aku segera melenyapkan nya dan tidak main main terlebih dahulu dengannya, mungkin saat ini kau masih bersama kami hiks maaf" Lirihnya sambil menunduk menyembunyikan air mata yang perlahan meluncur deras di matanya.

"Mommy, Evan kangen hiks harusnya evan bisa ngehentiin Mommy tapi hiks Mommy mau Mommy" Lirih Revan.

"Mommy gak mau liat Gilang ? Ko cepet banget perginya, Mommy marah ya sama Gilang ? Gilang salah apa sama Mommy hingga Mommy lebih memilih pergi dari pada nunggu Gilang hiks" Ucap Gilang menatap sedih gundukan tanah di depannya.

"Mommy yang tenang di sana, Galang bakal jaga Adek juga Abang" Ucap Galang menatap datar makan Mommy nya namun matanya jelas menyorot tatapan lembut namun sedikit terluka.

"Mommy aku janji bakal cari tau siapa yang udah buat mommy pergi/ninggalin kita" batin keempat bersaudara itu.

"Aku janji bakal jaga dan sayangi mereka Atisa, dan tentu saja membunuh orang yang sudah membuatmu meninggalkan aku tanpa aku ijinkan" batin Daddy penuh amarah.

Skipp~.

Mereka kini sudah kembali di rumah Al dan duduk dengan pikiran mereka masing masing sampai Bunda dan Mama datang menyuguhkan secangkir kopi dan teh serta kudapan manis yang di sajikan di meja.

"Bang, Saya mau minta ijin buat rawat Alezra" Ucap Daddy memecahkan keheningan disana.

"Tidak bisaa, Ezra ga boleh ikut mereka" Bantah Dimas dan di angguki Candra dan Rafli.

"Lo gak usah ikut campur" Sinis Gilang.

"Seharusnya lo yang gak usah ikut campur, tiba tiba datang malah mau ngerebut Ezra yang udah kami rawat dari kecil sampe sekarang,Enak banget lo mau bawa dia sekarang" Balas Candra tak kalah sinis.

"Loo" Tunjuk Gilang marah namun di hentikan oleh abang pertamanya.

"Hentikan" dingin Revan membuat keduanya bungkam namun mereka saling menatap permusuhan satu sama lain

"Maafkan anak anakku, dia hanya ingin bersama dengan adiknya selepas mereka tak bisa bersama dengan ibu kandungnya setidaknya adiknya bersama mereka" Tutur Daddy sambil menatap Al yang terdiam sambil membolak balikan ponsel di tangannya.

Al hanya diam sebab sedang berbicara dengan sistem miliknya namun ia masih mendengarkan apapun yang mereka bicarakan.

"Menurutmu bagaimana Sis ? " tanyanya.

"Menurut saya anda lebih baik ikut dengan keluarga anda tuan, terlebih kemungkinan saudara anda juga sedang berusaha untuk menyelidiki informasi tentang kematian ibu anda" balas sistem.

"Jadi maksud mu aku bisa bekerja sama untuk menemukan dalang dibalik kejadian itu ? " tanya Al dan dibalas semangat oleh sistem.

"Benar tuan, dan mungkin ada hal yang jauh lebih menarik nantinya" balas sistem membuat Al mendongak menatap mereka yang kini sedang menatapnya.

"Biar Ezra saja yang memutuskan, sebab apapun ini tentang hidupnya dan pastinya kami akan slalu mendukung apapun keputusannya" Balas Ayah sambil menatapnya.

"Bagaimana nak ? Apa kamu mau ikut dengan kami ? Tenang saja jika kamu mau menginap kerumah mereka Daddy pasti akan mengijinkan begitupun kalian jika ingin menginap di rumah Daddy pasti daddy Ijinkan" Ujar Daddy sambil menatap Al lalu bergantian menatap Dimas, Candra dan Rafli.

"Hal yang menarik ya" batin Al.

"Baiklah aku setuju, tapi jika aku ingin pulang maka Daddy tak berhak untuk melarangku" balas Al dan dingguki mereka.

"Baiklah kalo begitu, kapan kamu akan mulai kerumah ? " tanya Revan.

"Besok" balas Al.

Mereka mengangguk dan berpamitan pergi. "Nak, jika mereka menyakitimu jangan sungkan untuk menceritakan semuanya pada kami" Ujar Papa dan disetujui mereka semua.

"Akan ku hajar jika itu terjadi" Ucap Dimas membuat mereka menggelengkan kepalanya.

"Sebelum abang hajar sudah aku tebas leher mereka" sahut Al santai sambil menyeruput teh miliknya.

Mendengar itu sontak mereka tersedak berjamaah sambil melototi Al yang hanya tertawa pelan menyikapinya. "Heh" Sahut mereka.

"Bercanda hehe" balas Al cengengesan.

"Tapi boong" batin Al sambil tertawa.

Sistem yang melihat itu hanya bisa menghela nafas pasrah. "Sabar, orang sabar tuan nya royal" batin sistem menangis.

"Baiklah Ayah tak bisa menginap sebab besok Ayah harus pergi ke luar kota" Ujar Ayah dan mulai berdiri diikuti Bunda.

"Abang kamu nginap disini temenin Al" Sahut Bunda dan diangguki si empu.

"Kami juga harus pergi karna besok akan ada pertemuan bisnis" Sahut Papa dan Papi diikuti yang lain.

"Kalian bertiga menginap saja disini sekalian Jaga Ezra" Sahut Mama dan di angguki mereka.

"Sayang kamu jaga baik baik ya, kami pulan dulu" Sahut Papi dan di angguki Al lalu mereka pergi mengantarkan orang tua mereka.

Melihat mereka yang sudah pulang Al berbalik menatap Abang dan Adiknya. "Aku mau ke suatu tempat, mau ikut ? " tanya Al.

"Mau" balas mereka serentak.

"Yaudah sana ganti baju" ujar Al lalu pergi kearah kamarnya untuk ganti baju.

Melihat itu lantas mereka langsung terbirit birit ke kamar masing masing.

Cowo Tapi Cewe ? {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang