23. Mereka

298 20 11
                                    

Dan disinilah mereka tepat pada pukul 19:00 di Warkop Mang Ujang yang sebelumnya sudah di bahas oleh anak anak namun gegara insiden itu mereka membatalkannya.

Al duduk ditemani ketiga saudaranya itu yang baru saja memesan makanan untuknya dan juga untuk dirinya.

Mereka berbincang bincang random namun sesekali Al akan menyahuti dan sesekali pula ia akan memindai seluruh orang di Warkop tersebut.

"Nyari siapa Al ? " tanya Candra yang sedari tadi memperhatikan Al yang seolah tengah mencari sesuatu.

"Nggak" balas Al namun mata nya tak berhenti bergerak sampai ia menemukan sosok yang selama ini mereka cari.

Setelah tau dimana ia kembali menatap mereka yang kini sedang menatapnya juga.

"Kenapa ? " tanya Al bingung.

"Lo nyari siapa sih Kak ? " tanya Rafli.

"Nggak, cuma lagi liat liat tempat ini" balas Al dan diangguki mereka.

"Kalo ada apa apa bilang ya" ucap Dimas dan di angguki Al.

Mereka terus berbincang dan Al menunduk sambil minum untuk sesekali mencuri pandang pada orang yang berada tepat di belakang Dimas.

Posisi nya tuh :

Beberapa orang nongkrong

Candra |meja| Dimas   
Rafli |meja| Al

Nah gitulah pokoknya, tempat nya tuh kayak meja Cafe cafe untuk di tengah sebelah kanan dan kiri dan bagian sisi tembok tuh kayak kursi panjang khusus buat orang banyak, ngerti gak ? Kalo nggak yaudah.

Sampai mata Al melihat salah satu dari mereka berdiri dan hendak pergi menuju toilet. "Bang gue ketoilet bentar ya" ujar Al sambil berdiri.

"Mau gue anter ? " sahut ketiganya dan dibalas gelengan Al dan lalu pergi.

Al pergi ke toilet namun ia pergi ke toilet wanita untuk hanya sekedar cuci tangan sambil menatap pantulan dirinya di cermin.

"Sis" panggil Al.

"Ya tuan" balas sistem.

"Mereka itu -" ucap Al terhenti.

"Benar tuan, Anda ingin bertemu mereka ? " tanya sistem.

"Gue ingin cuma, gue gak mau mereka ngenalin gue yang dulu tapi gue ingin mereka kenal gue yang sekarang" balas Al.

"Kalo gitu gimana kalo saya bantu anda ? " tanya sistem.

"Bagaiamana caranya ? " tanya Al bingung.

"Anda cukup keluar sekarang dan lihat apa yang akan saya lakukan" balas Sistem membuat Al langsung keluar.

Dan ternyata orang yang Al ikuti juga sudah keluar dan pergi, tak jauh darinya Al ikut pergi namun hal yang tak terduga terjadi dimana Al melihat dompet orang itu jatuh membuat Al langsung mengambil kesempatan itu untuk berbicara dengannya.

"Tunggu" Ujar Al sambil berlari dan menepuk punggung orang itu.

Orang itu sontak berhenti dan berbalik menatap Al dengan datar membuat Al menelan ludahnya gugup.

"Apa ? " tanyanya membuat Al menggaruk lehernya gugup.

"Sorry bang dompet lo jatoh" ujar Al sambil menyodorkan dompet ditangannya.

Orang itu penatap Al lalu turun menatap dompet ditangan Al dan membawanya. "Thanks" Ujar nya.

"Gue Alezra bang, kalo lo ? " ucap Al memulai memperkenalkan diri.

"Cakra, sekali lagi thanks" balas orang itu lalu pergi meninggalkan Al yang terdiam ditempat.

"Kenapa lo berubah Cak ? Lo dulu gak kayak gini, meskipun lo selalu cuek tapi nggak pernah sedatar dan sedingin ini" batin Al tak terasa air matanya meluncur dengan hati yang teramat sakit.

Sangat jelas diingatannya bagai mana kenangan yang dulu sempat terukir bersama dan sampai hati pun ikut terukir namanya.

Bagaimanapun Al atau Nial adalah perempuan yang mana ia masih menyukai yang namanya Laki laki dan orang yang pertama ia sukai adalah dia.

Meskipun banyak yang datang padanya namun entah kenapa perlakuan Cakra sangat berbeda kepadanya membuat Al menyembunyikan rasa suka nya sebab tak ingin pertemanan mereka hancur karna sebuah hubungan yang tak pasti.

Al menghapus kasar air matanya dan lalu pergi ketempat abangnya dan di saat ia sampai matanya tak sengaja bertubrukan dengan Cakra namun segera Cakra mengalihkannya membuat Al sedikit tak nyaman.

"Ko lama ? " tanya Dimas sembari menatapnya.

"Abis pipis langsung cuci tangan sambil liat mata aku yang ke panda" balas Al sambil mengerucutkan bibirnya dan di sambut tawa ketiganya.

"Ya siapa suruh nangis terus" sahut Rafli sambil tertawa.

"Heleh kalian juga nangis tuhh" Sinis Al membuat mereka lagi lagi tertawa.

"Ya gimana dong kita kan nangis karna kamu mau pergi" sahut Rafli lagi.

"Ke gue bakal pindah di luar negeri aja lo" sinis Al.

"Lagian kalian juga di bolehin nginep di rumahnya kan" lanjutnya dan dibalas deheman malas ketiganya.

"Udahlah yok pulang" sahut Candra dan di angguki mereka semua.

"Gue masih mau liat mereka tapi yaudahlah" batin Al lalu pergi.

Kepergian Al tak luput dari pandangan seseorang sampai orang itu dikejutkan oleh tepukan di pundaknya.

"Kenapa ngeliatin nya kayak gitu ? " tanya teman di sebelahnya.

"Gak papa, cuma dia mirip Nial" sahut Cakra, yap orang itu adalah cakra.

"Berhenti memikirkan nya Cak, dia udah tenang disana" balas teman nya kesal, membuat teman temannya yang lain menatap mereka.

"Gue gak bisa lupain dia Do, lo tau kan dia itu orang yang sangat penting bagi gue dan gue jelas gak akan bisa lupain dia sampai kapanpun" Balas Cakra tegas namun matanya jelas menyorot luka, dan tanpa basa basi ia pergi meninggalkan teman temannya.
"Gue ralat kita semua tau Cak, Nial berarti banget buat Lo tapi lo lupa dia juga berarti buat kita semua" Sahut Dodi menatap kepergian Cakra dengan sedih.

"Ayo pulang" sahut teman di sebelahnya dan diikuti yang lain tanpa banyak bicara.

"Lo liat Nial, mereka semua berubah saat lo pergi ninggalin kita" batin teman yang mengajak pulang tadi.

"Bahkan Cakra sekarang anti dengan orang baru dan Kami yang slalu menutup diri kami masing masing, terlihat memang seperti orang pada umum nya namun ketahuilah Nial mereka semua palsu menutupi luka di hati masing masing" lanjutnya membatin sambil menatap teman temannya satu persatu dengan keadaan yang sangat sedih.

Cowo Tapi Cewe ? {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang