2. Meeting Him For The First Time

70 4 6
                                    

Alunan suara musik terdengar dari pengeras suara kelas 11 - B, yang menandakan waktu istirahat tiba. Jam istirahat terbagi menjadi dua di Catari High. Istirahat pertama ada di jam sepuluh pagi selama lima belas menit, sedangkan istirahat kedua ada di jam setengah satu siang, selama tiga puluh menit.

Cia berencana untuk menemui Ketua OSIS sesuai instruksi Arieska untuk mengambil katalog Catari High pada istirahat kedua, karena waktunya yang terbilang cukup panjang untuk jam istirahat. Sementara pada istirahat pertama, Cia menghabiskan waktunya mengenal teman-teman kelasnya lebih baik dan bertukar nomor handphone dengan Vanya, Kean, dan Gio. Cia juga diundang untuk masuk ke grup kelasnya di aplikasi WhatsApp. Dan akhirnya Cia mengetahui bahwa di kelasnya sama sekali tidak ada orang asing, kecuali dirinya sendiri.

Sembari berjalan menuruni tangga, Cia kembali mengingat nama sang Ketua OSIS yang diberitahu oleh kepala sekolahnya tadi. Tristan, siswa yang menduduki kelas 12 - A. Ia sepertinya pernah membaca nama itu di suatu tempat, rasanya nama tersebut tidak terdengar asing. Tetapi karena otaknya sudah penuh sehabis memperkenalkan diri berkali-kali di kelas dan menghafal nama teman-teman sekelasnya, Cia memilih untuk tidak membebani otaknya lebih lanjut.

❤️❤️❤️❤️❤️

Meet Tristan.

Tristan memindai seluruh laporan mingguan tentang persiapan acara menjelang perayaan ulang tahun Catari High yang ke-40 yang dikumpulkan oleh para anggota OSIS. Ia duduk di singgasana Ketua OSIS yang terbuat dari kayu jati, dan mata hitamnya terfokus pada tumpukan kertas yang tertata rapi di atas meja dengan bahan serupa.

Rapat OSIS baru saja selesai. Sebagai Ketua OSIS tahun ajaran ini, Tristan terlihat super sibuk dengan banyaknya kegiatan yang harus direncanakan. Ia tidak sendirian di ruangan itu, di sekelilingnya tertata rapi meja dan kursi anggota OSIS lainnya. Pada salah satu kursi, duduk sahabat baik Tristan sekaligus wakilnya dalam memimpin OSIS, Andra Irvine Gunawan atau Andra.   

"Haaaa, lelah juga," erang Andra sambil meregangkan tubuhnya karena sudah terlalu lama duduk.   

Tristan menatap kosong sahabatnya yang mengeluh itu, lalu kembali fokus memindai berkas laporan. Tristan sudah mengenal Andra dari SMP. Laki-laki dengan potongan poni berbentuk curtain bangs itu dari luar terlihat seperti cowok cool, namun jika sudah mengenalnya, Tristan sebagai sobatnya sendiri terkadang pusing meladeninya.   

Andra memandang sobatnya yang hanya diam itu, kemudian memutuskan untuk kembali bersuara. "By the way, siswi transfernya masuk hari ini, kan? Anak temen nyokap lo? Kata orang-orang, she looks like a doll," komentar Andra, menunggu reaksi Tristan.

Tristan akhirnya berpaling dari tumpukan berkas dan mengangkat wajahnya. "Bu Arieska bilang nanti dia ke sini," jawab Tristan pendek. "Lo kalo mau liat dia tunggu aja di sini."   

"Gue harus tolak tawaran lo walaupun gue pengen berat liat si boneka," jawab Andra, memberikan ekspresi serius.   

"Why?"

"Biar kalian ketemunya berduaan. Gue ga mau jadi setannya," ledek Andra yang dibalas dengan lemparan remukan kertas dari Tristan.   

Tristan tentu sudah tahu dari beberapa bulan yang lalu mengenai Cia. Kebetulan keluarga Frideris adalah sahabat dekat orang tuanya, terutama ibu Cia dan ibunya, Ravalina Julie. Masih terekam jelas ingatan Tristan setiap ibunya memuji dan berkicau tentang Cia sedari mereka kecil, jadi tidak mungkin ia lupa.

Ketika informasi tentang pindahnya keluarga Frideris ke Indonesia sampai di telinga Ravalina, wanita itu super excited dan langsung merekomendasikan Cia agar pindah sekolah ke Catari High.   

BlessingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang