Happy Reading 🤍
Zeandra begitu terkejut saat memasuki rumah orangtuanya yang telah diubah menjadi venue untuk sebuah acara. Sofa-sofa di ruang tamu yang biasanya berjejer rapih, kini telah berubah menjadi kursi-kursi kecil yang dihias dengan indah, tersusun rapih saling berhadapan di sisi kiri dan kanan, dengan meja panjang sebagai pembatas di antara mereka. Suasana yang begitu berbeda membuat Zeandra bertanya-tanya.
Tidak lupa, latar belakang di ruangan tersebut didominasi oleh warna putih yang memberikan kesan bersih dan elegan, ditambah dengan bunga-bunga yang dipajang dengan cantik di sekeliling ruangan. Di tengah-tengah kemeriahan bunga-bunga, terdapat tulisan "Happy Engagement" yang terpampang dengan jelas. Ya, Zeandra baru ingat sekarang.
"Assalamualaikum," sapa Zeandra masuk dengan hati penuh kekagetan.
"Waalaikumsalam," jawab Papanya sembari melangkah turun dari tangga dengan pakaian batik yang terlihat sederhana namun rapi.
"Papa, ini ada apa?" tanya Zeandra dengan muka penuh tanda tanya.
"Kan kamu mau dilamar, kata Mama. Sekarang ke kamarmu, Mama sudah menunggu," jelas Papanya sambil tersenyum.
"Lho? Tapi aku..." seru Zeandra terkejut.
"Udah sana, Keenan, ayo sini sama Kakek. Suster Ida mari ikut Mama," pinta Papanya tegas, meminta Zeandra untuk segera menyusul mamanya yang sudah menanti di dalam.
Dengan berat hati, Zeandra melangkah ke kamarnya di lantai dua, diikuti oleh Suster Ida yang setia di belakangnya. Begitu Zeandra membuka pintu, ia sudah menodong mamanya dengan banyaknya pertanyaan.
"Mama apa-apaaan si ini?!" desis Zeandra begitu memasuki kamarnya.
Mama, sedang didandani, menoleh ke arah sumber suara. "Ada apa, Ze? Bukannya salam malah marah-marah," tuturnya dengan penuh keheranan.
"Mama bikin acara apa?" tanya Zeandra langsung ke pokok persoalan.
"Kan kamu mau dilamar," jawab Mama dengan tegas.
"Ma, aku udah bilang mau ada yang ketemu Mama sama Papa, bukan ada yang mau dilamar," Zeandra tetap pada pendirian.
"Itu sama saja, Zeandra," balas Mama dengan tenang.
"Beda, Ma," Zeandra memperjelas pada sudut pandangnya.
"Yaudah, nggak jadi masalah. Itung-itung nyambut calon besan," lanjut Mama dengan senyumnya yang hangat.
"Mama, malu, gimana nanti kalau aku terkesan ngebet nikah?" ungkap Zeandra dengan suara terdengar cemas.
"Ya, emang kenapa?" Mama menjawab dengan santai.
"Ya Tuhan, Mama," desah Zeandra dengan setengah putus asa.
"Udah, jangan banyak ngomong. Ganti bajumu, abis itu kembali ke sini untuk di-make-up oleh Mbaknya," perintah Mama sambil tersenyum lembut.
"Suster Ida, saya mau minta tolong ya?" tanya Mama Zeandra kepada Suster Ida.
"Tentu, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" jawab Suster Ida dengan ramah.
"Di dapur, ada Bi Runah lagi mindahin catering ke wadah. kalo Suster Ida bantu mindahin kue-kuenya ke piring, bisa?" Tanya Mama menyampaikan permintaannya dengan lembut.
"Oh, boleh bu, kalo gitu saya permisi ke bawah, bu" jawab Suster Ida sambil tersenyum.
"Iya, terima kasih ya, Suster," ucap Mama dengan penuh rasa terima kasih.
Setelah Suster Ida pergi, Zeandra datang membawa kebaya berwarna beige yang masih tersusun rapi di gantungan baju.
"Ini bajunya, Ma?" tanya Zeandra dengan ekspresi wajah yang terlihat agak malas.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Of Love (REVISI)
ChickLitSemuanya berawal ketika Zeandra dipindah tugaskan ke Bandung, yang mengubah kehidupannya secara drastis. Hidupnya menjadi sangat epik ketika ia harus berurusan dengan atasannya yang menurutnya annoying. Adu mulut seringkali memecah ketenangan, membu...