Prolog

626 68 5
                                    

Proud to present this story to you. Hope you like it. And, happy reading!

***

Mempelai wanita melarikan diri di malam resepsi.

Berita itu pasti sedang menghebohkan para tamu undangan yang sebagian besar merupakan kolega orang tuanya maupun pihak mempelai pria di dalam gedung sana. Jemima tak peduli, bahkan untuk sekadar memunculkan diri untuk menenangkan kepanikan mereka semua. Dia sengaja kabur ke halaman belakang yang sepi, masih memakai gaun pengantin, dengan ditemani sebotol minuman beralkohol yang berhasil diselundupkan sebelum acara resepsi, untuk menghilangkan perasaan sesak di dada.

Kenyataan kalau dia sudah menikahi pria asing bernama Ardhito, membuat Jemima stres berat. Sudah banyak air mata yang dia keluarkan demi menarik simpati orang tuanya supaya membatalkan pernikahan, tapi cincin yang melingkari jari manisnya menjadi saksi bisu kalau pada akhirnya dia tetap kalah sampai akhir.

Jemima meneguk minuman beralkohol tersebut untuk sekian kali. Seharusnya, dia kabur ke luar kota, atau ke luar negeri sekalian. Apa orang tuanya tidak tahu kalau dia sudah merencanakan sebuah pernikahan impian bersama sang kekasih? Hanya karena pria itu berpindah-pindah pekerjaan, orang tuanya justru menjodohkannya dengan pria lain. Ironis, tapi membuat Jemima mogok makan selama tiga hari.

Jemima mendongakkan kepalanya yang mulai terasa berat. Objek di sekitar menjadi samar-samar. Sepertinya, dia agak mabuk. "Setelah ini, gue harus apa?"

Tak ada gambaran masa depan yang bisa Jemima lihat bersama Ardhito, karena selama ini, sang kekasih lah yang menjadi tempat cerita mengenai hal-hal tersebut. Namun, kalau begini akhirnya, Jemima harus apa?

"Semua orang mencari kamu, Jemima."

Suara berat di belakangnya tak lantas mengalihkan perhatian Jemima dari bintang yang bertaburan indah di langit malam. Meski baru bertemu beberapa kali, Jemima sudah hafal si pemilik suara yang tadi pagi sudah mengucapkan ikrar suci atas kepemilikannya. Pria yang sangat Jemima benci.

"Orang tua kamu khawatir. Kalau memang kamu tidak suka, jangan kabur seperti anak kecil begini." Tahu-tahu, Ardhito sudah berdiri di hadapannya, lengkap dengan tuksedo yang membuat tampilannya semakin gagah dan bersinar.

"Biarin aja. Bukan gue yang mau pernikahan ini. Mereka terlalu egois. Kenapa bukan mereka aja yang nikah sama lo? Kenapa harus gue?" Manik berhiaskan lensa kontak berwarna cokelat itu menjatuhkan tatap pada Ardhito. Dalam keremangan lampu, pancaran kebencian masih tampak jelas, seolah-olah ingin menghancurkan Ardhito menjadi kepingan-kepingan kecil.

Ardhito melirik botol minuman yang berada dalam genggaman Jemima lalu menghela napas. Tangannya terulur sambil berkata, "Kamu mabuk. Kita lanjutkan percakapan ini nanti. Kalau orang tua kamu tahu apa yang kamu lakukan di sini, mereka akan marah. Dan, saya tidak suka melihatnya."

Alih-alih menerima uluran tangan Ardhito, Jemima malah menepisnya. "Nggak usah sok baik. Kalau lo memang peduli sama gue, seharusnya dari awal lo tolak perjodohan ini. Remember? I already have a boyfriend."

Meletakkan botol minuman di sebelah, Jemima berusaha berdiri dengan linglung, hendak pergi dari sana. Namun, baru dua langkah yang dia ambil, pekikan meluncur dari mulut Jemima saat Ardhito tiba-tiba menggendong tubuhnya seperti karung beras.

"Kamu cukup keras kepala, ya?"

"Lepasin gue! Ardhito Dierja Sangaji! Turunin gue sekarang!" Jemima yang berada dalam posisi terbalik, terus memukul punggung kokoh Ardhito. Kepalanya yang sudah pusing, semakin berputar-putar. Seumur-umur, belum pernah dia diperlakukan demikian oleh siapa pun. Dan, dengan lancangnya Ardhito memanggulnya begitu.

"Now, the Sangaji name is not only mine, but yours too, Mrs. Sangaji."

***

Ardhito Dierja Sangaji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ardhito Dierja Sangaji

Government Relations Manager, 30 y.o, an obsessed man.

Jemima Talitha Admadja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jemima Talitha Admadja

Pejabat Notaris, 29 y.o, a woman who hates her husband.

***

Sebagai permulaan, u like it? Komen, like, and share. Don't forget to follow my social media.

Instagram, tiktok, and Karyakarsa: @Syikalina

Bali, 18 Agustus 2024

The Sun Shines On UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang