Satu

332 50 3
                                    

"If you are my wife, then you are my responsibility

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"If you are my wife, then you are my responsibility."

Ardhito Dierja Sangaji

***


Jemima kabur lagi.

Pagi-pagi sekali, dia keluar dari hotel untuk menemui sang kekasih yang sudah menunggu di sebuah Kafe dekat tempatnya menginap. Beruntung, Jemima tak mendapati jejak-jejak keberadaan Ardhito. Bahkan, saat dia bangun tidur, tempat tidur di sebelahnya masih rapi, menandakan kalau tak ada yang menempati—kemungkinan Ardhito tidur di kamar yang lain. Baguslah, pria itu cukup tahu diri untuk tidak memanfaatkan kesempatan sewaktu Jemima dalam pengaruh minuman beralkohol.

"Kamu udah pesan? Maaf, ya, aku datangnya lama. Mastiin keadaan dulu." Jemima menarik kursi di hadapan Tirta, kekasihnya, lalu duduk. Kacamata hitam tetap bertengger di hidung mancungnya, menyamarkan diri supaya tak ada yang mengenali. Meski hari masih pagi, tapi dia tetap harus wanti-wanti, takut kalau-kalau ada keluarga yang menyadari sosoknya.

"Aku cuma pesan minuman aja. Nafsu makanku hilang sejak dengar berita tentang pernikahan kamu. Seriously, Jemima. Aku masih belum terima kalau kamu udah nikah. Kamu nggak tahu gimana kalutnya aku waktu itu."

Tirta Bagaskara. Pria berumur dua puluh sembilan tahun yang sudah menjalin hubungan dengan Jemima selama kurang lebih lima tahun. Mereka bertemu saat Tirta menjadi makelar di kantor Notaris dan PPAT milik orang tua Jemima, sebelum akhirnya dialihkan kepadanya. Bisa dibilang, mereka saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Kehidupan romansa mereka lancar-lancar saja, walaupun profesi Tirta sebagai makelar tak bertahan lama. Sifat jenuh yang mendarah daging, membuat Tirta sering kali bergonta-ganti pekerjaan, tapi Jemima tetap mendukung pilihan sang kekasih.

Sampai hubungan mereka diketahui oleh orang tua Jemima. Dalam pikiran orang tua Jemima, Tirta hanyalah pria luntang-lantung yang tidak memiliki pendirian. Selain itu, Jemima yang dirasa sudah memasuki usia siap menikah, tak akan bisa terus-menerus menunggu pria yang tak memberi kejelasan mengenai kelanjutan hubungan mereka. Karena khawatir sang putri sulung akan tetap melajang, orang tua Jemima berinisiatif untuk menjodohkannya dengan Ardhito Dierja Sangaji, anak dari teman papa Jemima.

Semuanya terjadi begitu cepat, seperti memang sudah direncanakan dari jauh-jauh hari. Anehnya, Ardhito tak menolak, berbeda dengan Jemima yang beberapa kali melayangkan protes keras kepada papanya. Sebagai bentuk perlawanan, Jemima tetap menjalin hubungan dengan Tirta meski pernikahannya dan Ardhito sudah terdaftar di Kantor Catatan Sipil.

"Bukan keinginan aku juga untuk nikah sama orang yang nggak aku kenal. Kamu tahu sendiri, kalau aku maunya nikah sama kamu." Posisi Jemima juga serba salah. Dia memang menentang keputusan orang tuanya yang terlalu egois, tapi dia tak punya keberanian untuk bersikap lebih dari itu.

The Sun Shines On UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang