07.

127 17 0
                                    

Hari dimana acara perjamuan keluarga Ben datang, tamu datang silih berganti, mengucapkan salam hangat kepada Ben dan Kian yang sekarang tengah duduk disalah satu kursi ditengah-tengah ruangan. Kian memang sedari kecil selalu dikenal-kenalkan kepada rekan ayahnya. Seperti sekarang Ben memperkenalkannya kepada seorang paruh baya yang datang sebagai tamu undangan. Berujung dengan harapan jika putranya bisa menjadi pendamping Kian. Ben hanya tersenyum saja.

Kian hari ini tampil bak pangeran, memakai setelan jas warna putih selaras dengan rambutnya yang masih tetap bewarna putih.

"Halo om," suara yang tak asing lagi ditelinga keduanya. Siapa lagi kalau bukan Malvin. Ben menerima jabatan tangan Malvin lalu menyuruh untuk duduk disamping Kian.
"Ayahmu mana?"
"Emang belum sampe Om? Malvin gak berangkat bareng soalnya."

"Mana Om tanya tuh, Jyn belum keliatan sama Om."

Melupakan keterlambatan Jyn, mereka membahas sedikit tentang bisnis keduanya, sampai tak lama Jyn datang tergopoh menghampiri mereka. Melihat Ben dan Jyn sedang mengobrol.

Malvin memutar tubuhnya jadi menghadap Kian, "selamat malam."
"Malam."

Sapaan bagi Kian setelah 15 menit dia mengabaikan kehadiran dimeja tadi. Bukan, tapi Malvin sesekali melirik Kian ditengah pembincangan tadi dengan Ben.

"Lama gak ketemu, tapi aku lihat kamu baik2 aja."
"Iya."

"Ayah aku kebelakang ya." Pamit Kian mencoba menghubungi Zio lewat jam tangannya. Tapi itu tidak terjadi kala Malvin menawarkan dirinya kepada Ben untuk menemani Kian.

"Ya, hati-hati sayang. Malvin sekalian ajak Kian makan, dia belum nyentuh nasi dari pagi!"
"Laksanakan Om."

Sebenarnya Kian ingin menolak kebaikan Malvin tadi tapi ternyata sekarang dia tengah duduk berdua dengan Malvin disampingnya. Kian menyuruh Malvin untuk membawanya keluar gedung.

"Aku kedalam ya, ambil makan. Tunggu disini!" Perintah Malvin yang takut jika Kian pergi tanpa sepengetahuan Malvin. Padahal memang Kian tak berniat kemana-mana juga, tempat ini asing baginya, walaupun ini adalah salah satu gedung milik Ben tapi tetap saja, Kian tak setiap saat berkunjung ketempat ini.
Kian merasakan betapa dinginnya angin malam ini, ditambah gemericik air yang terdengar membuat Kian menyunggingkan senyumnya. Seperti apa malam itu tuhan, Kian hanya tau jika malam itu gelap dan hanya lampu yang bisa meneranginya. Helaan nafas terdengar, jika sedang begini kadang Kian berpikir Sampai kapan tuhan mengijinkan Kian untuk melihat betapa menakjubkan ciptaannya.

Harapan yang menjadi angan itu telah dia telan2 selama dia hidup, sang ayah tidak diam saja tentunya, Ben sudah menghubungi banyak dokter spesialis diberbagai negara agar Kian bisa melihat lagi. Berapapun bayaran yang akan Ben keluarkan itu tidak jadi masalah besar. Tapi mereka mengatakan sulit untuk menemukan mata yang cocok untuk Kian. Mungkin suatu hari nanti tuhan mengizinkan Kian untuk bisa melihat.

Suara langkah kaki mendekat, Kian tau itu Malvin, "kata Om kamu suka ayam. Jadi aku ambilin semua yang berbau ayam."
Kian diam tapi merasa lucu juga. Bagaimana Malvin mengatakan itu, Ben terlalu membual, Kian sebenarnya tidak sesuka itu dengan Ayam.

"Aku suapin ya!" Kata Malvin. Kian mengangguk saja.

"Ini namanya Ayam rica-rica. Kata pramusaji ini ayam paling enak dihidangan ini." Malvin memasukan potongan kecil kedalam mulut Kian.

"Kalo ini ayam goreng bawang putih."

"Ini sih ayam asam manis. Gimana enak?" Pertanyaan yang diajukan Malvin membuat Kian bingung, karena ya rasanya enak dan Kian sudah mencobanya semua.

"Enak."

"Mau minum dulu?"

***

Kedua orang tua memperhatikan altivitas anak mereka dibalkon gedung. Tidak, ini tidak pernah terjadi untuk Kian maupun Malvin, bagaimana Kian diasuh oleh seseorang selain Zio. Begitu pula Malvin, Jyn jujur baru melihat sisi waras dari anaknya.

Semua yang dilakukan oleh Malvin kepada Kian benar-benar terlihat tulus. Sampai Wajah Ben ikut tersenyum kala beberapa kali melihat Kian tersenyum kecil yang disebabkan oleh Malvin.

Malvin mampu menarik sisi lain dari Anaknya. Itu hal terbaik yang pernah Ben pikir.

"Gimana?"
"Ya terserah mereka."

"Jangan bilang Malvin!"

Vote&komen
CHRRYDY

Moon struck [Jaeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang