3. Perbedaan

247 36 7
                                    

Semasa kecil Revan, dia sama sekali tidak pernah terfikirkan untuk pergi jauh dari Surabaya. Meninggalkan kedua orang tuanya untuk mencari pundi pundi rupiah. Setelah 5 bulan menjadi pengangguran, Revan kembali ke Jakarta untuk bekerja. Awalnya Revan enggan, karena awal bekerja dia ditawarkan sebagai sales. Namun karena dia butuh uang, Revan menerima tawaran dari bang Damar. Jakarta sudah tidak aneh untuk Revan, dimana dunia malam sudah sangat akrab dengan dirinya. Namun jangan salah paham, Revan sama sekali tidak pernah menyentuh wanita manapun selama di club. Maksudnya, Revan tidak pernah bermain gila dengan wanita diclub mana pun. Atau Revan belum pernah tidur dengan wanita mana pun.

Revan sangat menjaga wanita, dia sangat menghormati sang Mama. Dia sangat  menyayangi Mamanya.

Revan hanya tidak bisa mengontrol minuman. Bisa dibilang kadar toleransi alkohol Revan tinggi meski masih dibawah Jafran. Pernah waktu itu Revan pergi bersama Harsa dan pria itu sudah tepar duluan maka berakhirlah Revan yang kesulitan untuk membawa Harsa pulang. Namun setelah bersama Nafa, semua berubah. Nafa tidak menyukai pria peminum dan Revan tahu akan itu.

Revan tidak masalah akan itu hanya saja Revan masih belum bisa berhenti. Andai saja yang melarangnya itu Zahra, semua akan beda cerita. Revan akan berhenti minum jika iti Zahra yang meminta, bukan Nafa.

Namun saat ini semua sudah berubah, terhitung satu bulan mereka sudah berpisah dan banyak sekali yang berubah. Harsa sudah menikah sementara dirinya baru saja pulang dari Semarang, dari rumah Bapaknya Nafa, pak Kuncoro. Tidak ada rasa cemas atau takut saat Revan meminta izin untuk menikahi Nafa dan pak Kuncoro pun merestui mereka.

Rencananya kedua orang tua Revan minggu depan akan mengunjungi pak Kuncoro sekalian lamaran. Revan sendiri tidak tahu apa yang dia fikirkan, kenapa semua begitu cepat. Padahal hatinya pun belum bisa melupakan Zahra. Disela sela kesibukannya, Revan masih suka mengingat Zahra. Mengingat bagaimana dia tersenyum, tertawa, marah, cemberut, bahagia bahkan menangis. Semua raut wajah Zahra masih terekam jelas di benak Revan.

Tentunya Nafa tidak tahu akan itu dan sebisa mungkin Revan menyembunyikannya. Dia tidak mau Nafa tahu kalau Nafa pernah diduakan olehnya.

"Anjing bener!" Umpat Jafran.

Seperti biasa, rumah Jafran adalah markas ternyaman untuk Harsa dan Revan meski hari ini hanya ada Revan saja. Harsa sudah sibuk menjadi seorang suami dan Jendral? Dia masih seperti hidup segan mati tak mau. Namun terakhir Revan dengar dari Jafran kalau Jendral baru kembali dari pantai Anyar, liburan katanya. Entah dengan siapa Revan tak tahu, Jafran tidak mau cerita.

Revan mengibaskan tangannya didepan Jafran, "Cepet!" Perintah Revan.

Jafran menggelengkan kepalanya yang tidak gatal, sejak kepulangannya dari Semarang Jafran rasa Revan sangat berubah menjadi protektif terhadap Nafa. Buktinya sekarang Jafran diperintah oleh Revan untuk menghubungi Nafa.

"Lagi kerja, Van manusianya."

"Coba lo telepon dulu, bilang lagi dimana, lagi sama siapa. Bilang aja lo chat gua cuma kagak gua bales." Balas Revan.

"Lagian dia mau selingkuh sama siapa si?"

Revan mendengus kasar, "Cepet, Jafran. Gua mau jemput dia, lo telepon dulu!"

Sumpah!

Ingin rasanya Jafran mencekoki mulut Revan dengan cabai. Kenapa tidak sabaran sekali!

Dengan perasaan congkak itu, Jafran segera menghubungi Nafa. Beruntung Nafa langsung mengangkat telepon itu, "Iya kak?"

"Hallo? Sorry ganggu nih, Naf. Gua mau tanya aja--" Jafran melirik Revan disebelahnya yang memandanginya dengan pandangan penasaran.

"Iya, nanya apa tuh Kak?"

Love In Trouble : Revan | RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang