01: Bocil tengil

221 21 3
                                    

Hari minggu, adalah hari dimana Ricko akan bermalas malasan seharian. Tapi ia sangat bosan hanya berbaring dan bermain game, jadi ia memutuskan untuk menuju kamar sang kakak.

Kamar mereka bersebelahan, jadi tak butuh waktu lama Ricko pun sampai di depan kamar Jurthniel. Ia pun menggedor pintu tersebut.

"Kak, buka!" Teriaknya dari luar.

Jurthniel yang sedang bersantai di kamarnya itu merasa terusik dengan suara pintu yang digedor dan teriak dari sang adik.

"Kenapa itu bocah." Jurthniel pun bangkit lalu segera menuju kearah pintu dan membuka pintu tersebut.

"Kenapa cil?" Tanya Jurthniel.

"Gapapa sih, panggil aja." Setelah mengucapkan itu Ricko langsung masuk ke dalam kamar Jurthniel. Ia pun langsung merebahkan dirinya di atas kasur sang kakak.

Jurthniel merotasikan matanya malas. "Gak jelas banget lu cil."

Jurthniel langsung menutup kembali pintu kamar tersebut, lalu menghampiri Ricko yang sudah ada diatas kasurnya. Ia pun sedikit mendorong Ricko agar sedikit menjauh dan memberinya ruang untuk duduk.

"Kak," panggil Ricko.

"Apaan?"

"Gapapa, panggil aja."

Jurthniel merasa jengkel. "Lu keknya gabut banget deh."

"Emang," jawab Ricko.

Jurthniel menggelengkan kepalanya. "Dasar bocah."

"Dasar tua," balas Ricko.

Mendengar itu Jurthniel semakin menatap jengkel pada si bontot tengil, yang sialnya sangat ia sayangi ini.

"Udah bocah diem aja."

"Gua gak mau diem, mau berantem sama lu," jawab Ricko.

Jurthniel langsung menyentil dahi Riki. "Kayak yang berani aja."

"Berani lah, lu kira gua takut?" jawab Ricko yang merasa diremehkan.

"Gua jitak juga lu," ucap Jurthniel.

"Gua jitak balik lahh," jawab Ricko.

Jurthniel menatap remeh kearah Ricko. "Kek yang berani aja, baru maju selangkah aja udah mewek pasti."

Ricko yang dibilang seperti itu pun tak terima. "Wah ngeremehin banget."

"Emang, dasar bocah," ucap Jurthniel.

Ricko menatap tak suka kearah sang kakak. "Mamahh! Kakak nih suruh, nakal nakal ke adek."

"Dih apaan ngadu ngadu." Jurthniel tak terima karena Ricko sedikit sedikit mengadu.

"Mamah! Kakak pukul adek!" Teriak Ricko.

Karena tidak mau sang adik semakin mengada-ada jadi ia segera membekap mulut Ricko.

"Bisa gak, jangan hiperbola gitu," ucap Jurthniel sambil membekap mulut Ricko.

Ricko memberontak. Ia memukul-mukul tangan Jurthniel yang membekap mulutnya. Sampai akhirnya Jurthniel pun menjauhkan tangannya dari mulut Ricko.

"Biarin lah, gua kan anak kesayangannya mamah," ucap Ricko.

Tak lama mereka berdua mendengar ketukan pintu dari luar. Mereka pun menoleh kearah pintu.

"Jurthniel, adeknya jangan dijahilin terus, kasian adek kamu," ucap sang mamah dari luar kamar Jurthniel.

Jurthniel menatap tajam kearah Ricko yang sekarang menatapnya dengan tatapan mengejek.

Bocil TengilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang