CHAPTER 3

112 24 14
                                    

Apa yang akan kalian lakukan jika kalian kehilangan semuanya? Apa yang akan kalian lakukan jika kalian merasa kesepian? Apa yang akan kalian lakukan jika kalian sendirian dan tidak memiliki siapa-siapa untuk menangis?

Sendirian di tengah keributan, sendirian disaat orang lain berlalu lalang dan meributkan hal yang tidak penting untuk dibahas.

Maka itulah yang Nasa rasakan sekarang. Sekujur tubuhnya terasa nyeri, bau amis akan lautan yang semula menghantamnya dan kini sudah kembali ke tempat asalnya pun menyengat memasuki indra penciumannya. Cairan kental berwarna merah pun menyelusuri wajah tampannya yang kini memiliki banyak luka goresan kecil.

Nasa mencoba membuka matanya, namun yang ia rasakan hanyalah gelap. Seolah banyak pasir yang menutupi matanya agar ia tidak perlu membuka mata dan melihat betapa mengerikannya dunia yang sedang ia pijak saat ini.

"Bunda.. Ayah.. Kak Bintang.." ujar Nasa dengan nada yang sangat lirih. Bibirnya terasa bengkak karena wajahnya telah dihantam oleh berbagai benda dengan keras.

"Nasa disini, kalian kemana.."

Rasanya, untuk meminta tolong pun Nasa tak sanggup. Nasa terlalu lemas, ia terlalu tak berdaya. Nasa, yang semulanya adalah anak manja kini kebingungan karena tidak ada siapa-siapa yang menemaninya.

Suara jeritan masih terdengar jelas di telinganya. Teriakan orang-orang yang berusaha mencari anggota keluarganya, teriakan orang-orang yang kesakitan dan teriakan orang-orang yang ketakutan, bercampur dengan suara sirine yang sangat nyaring. Mungkin itu ambulance.

Entahlah, Nasa tidak begitu peduli karena ia belum bisa tersadar dengan sepenuhnya. Ia masih tergeletak lemah dengan posisi tubuh yang tengkurap.

"Here! There's a child here! He's badly hurt!"

Nasa bisa mendengar suara seseorang yang mungkin mengarah kepadanya. Ia bersyukur jika itu memang untuknya karena luka pada tubuh Nasa sudah mulai gatal dan mungkin serangga pun mulai menelusuri lukanya.

"Hey kid. Listen!"

Benar, itu untuknya. Karena saat ini suara lelaki paruh baya terdengar jelas sembari mengguncang tubuhnya. Nasa tidak berdaya untuk sekedar menjawab ucapan pria tersebut. Ia hanya bisa menggerakan jari telunjuknya dan menyentuh lengan lawan bicaranya.

"Are you okay?? Hey, focus."

Nasa menggeleng lemah. Matanya tak sanggup untuk terbuka.

"Pick him up! Pick him up! He needs help!"

Tubuh Nasa diangkat, ia bisa merasakan tubuhnya digotong oleh dua orang. Nasa hanya bisa meringis kesakitan ketika ia merasakan luka di tubuhnya tersenggol.

Ia berdoa, semoga keluarganya dapat ditemukan. Ia berdoa, semoga orang-orang yang ia sayangi dapat kembali menemuinya. Ia berdoa dan ia berharap, bahwa semua hal yang terjadi hanyalah mimpinya.

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

(Percakapan bergaris miring adalah percakapan bahasa asing. Sengaja aku campur untuk mempermudah bacaan bagi yang tidak mengerti.)

Nasa membuka matanya, ia menatap ke sekelilingnya. Tidak ada apapun. Gelap dan ramai.

"Hey kid. Kamu sudah sadar ya ternyata? How? Ada hal yang bikin kamu sakit?"

Nasa menolehkan kepalanya dan berusaha mencari sumber suara. Matanya tertutup kain yang mungkin itu adalah perban untuk mengobati lukanya.

"Hello?" ujar seseorang yang tadi mengajaknya berbicara.

LOSE YOUR WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang