Sudah dua hari Nasa tak meninggalkan kasur dan yang selalu ia lakukan hanya menatap kosong ke arah langit-langit rumah sakit. Matanya sudah terbuka sepenuhnya namun yang ia rasakan hanyalah kegelapan yang terasa sangat gelap. Badannya yang masih terasa sakit pun membuatnya harus terbaring berhari-hari disana.
"Hai."
Suara perempuan yang terdengar jelas itu berada tepat disebelahya. Entah yang dilakukannya itu sedang menyapanya atau bukan, Nasa tidak peduli. Selagi itu bukan dokter yang datang untuk menyuapinya makan dan memberikan obat, Nasa tidak akan merespon siapapun.
"Halo Nasaa?"
Mendengar ada seseorang yang memanggilnya, Nasa dengan segera memalingkan wajahnya dan berusaha untuk mencari sumber suara tersebut. Badannya seketika terbangun dan ia pun segera mengambil posisi duduk. Ia dapat merasakan bahwa tubuhnya dibantu duduk oleh seseorang yang tidak tahu siapa.
"Halo Nasa, aku Celline. Namaku Celline, aku berada di sebelahmu. Kasurku ada di sebelah kanan kasur kamu. Kayaknya kita seumuran? Soalnya kamu kelihatan masih kayak anak kecil," ujar seorang perempuan kecil cantik dengan rambut blondenya.
"Kamu siapa?" tanya Nasa. Ia memastikan kembali.
"Aku juga pasien, sama seperti kamu."
"Kamu orang Indonesia juga?"
"Emm, bukan? Aku warga lokal, tapi ibuku orang Indonesia dan aku belajar bahasanya."
Nasa mengangguk, ia seolah merasa sedikit tenang karena masih ada yang satu bahasa dengannya.
"Kamu sendirian juga?" tanya Nasa
"Yeah, semua keluargaku hilang dan aku sendirian. Kamu juga ya?"
"Iya, mereka belum ditemukan padahal sudah dua hari mereka hilang."
Celline mengangguk untuk menanggapi ucapan Nasa.
"Maaf kalo bahasa yang aku pakai aneh, karena yang diajarkan oleh Ibuku memang seperti ini."
"Yaa it's okay. Kamu keren bisa pakai bahasa Indonesia padahal itu pasti sulit buat kamu."
"Yeah, cukup sulit tapi aku bisa." Ujar perempuan kecil itu sembari tertawa kecil.
"Kamu tahu namaku dari mana?" Tanya Nasa sembari memincingkan matanya.
"Oh, aku tahu nama kamu karena dokter selalu memanggil namamu untuk sarapan dan minum obat. Bangsal ku kan di sebelah kamu."
Nasa mengangguk. "Kalau kamu sendiri? Nama kamu siapa tadi?"
"Oh astaga! Kamu sampai lupa sama namaku ya? Tadi aku sudah memperkenalkan diri loh Nasa. Tapi yasudah, aku akan memperkenalkan kembali namaku." Perempuan itu menarik tangan Nasa dan menjabat telapak tangannya. "Aku Celline, aku warga lokal tapi Ibuku sama sepertimu dari Indonesia."
'Celline, such a pretty name.' Ucap Nasa dalam hati.
"Salam kenal, Celline. Kamu luka banyak?"
"Salam kenal Nasa. Ya! Luka ku ada di tangan. Banyak sekali jahitan disini, disini dan disini." Celline menunjuk jarinya ke arah luka yang berada di beberapa bagian tangan nya.
Nasa mungkin tidak bisa melihatnya, tapi Nasa bisa merasakan betapa nyeri dan mengerikannya luka yang dimiliki oleh Celline.
"Kaki aku pun terluka, Nasa. Tapi tidak separah kamu." Celline mendekatkan tangannya ke arah luka yang ada pada tubuh Nasa. Ia mengelus pelan luka-luka itu sehingga membuat sang pemilik luka meringis karena merasakan sentuhan asing pada tubuhnya.
"Aku tidak bisa melihat, Celline."
Ucapan Nasa seketika membuat sang lawan bicara terdiam. Celline, perempuan itu langsung membawa tubuh nasa ke dalam dekapannya. Nasa tidak mengelak bahwa Ia memang membutuhkan sebuah pelukan selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOSE YOUR WAY
FanfictionSeharusnya, teriakan pada siang itu merupakan sorak tawa bahagia. Seharusnya, genggaman tangan tidak terlepas begitu saja. Seharusnya, semua terlihat begitu jelas. Seandainya, ini semua hanyalah sebuah mimpi. ______________________________________ ...