4. Sisi lain Storm

79 5 6
                                    

Pagi itu, rumah Doc Hudson terasa lebih hening dari biasanya. McQueen yang berada di dalam bengkel merasakan perbedaan itu.

"Apa dia sudah bangun?" Tanya McQueen pada dirinya sendiri. Biasanya pagi-pagi sekali Storm akan memanggilnya untuk latihan, tapi sampai matahari terbit pun, storm belum datang.

Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh, McQueen langsung keluar dari bengkel Doc dan menemukan Jakson Storm sedang menyusun oli kalengan di depan pintu bengkel. Dua sosok itu terdiam dalam kecanggungan.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya McQueen.

"Ah..itu.. Flo memintaku untuk mengantar ini, dia takut kau kekurangan oli. Bukan berarti aku peduli padamu." Ucap Strom agak malu.

McQueen dan Jackson Storm, dua rival yang tak pernah terbayangkan akan berbagi momen seperti ini.

"Benarkah, Flo terlalu mengkhawatirkan ku."

Saat keluar dari bengkel dan terkena sinar matahari. Strom baru menyadari bahwa mata McQueen agak bengkak karena air mata yang tumpah kemarin masih meninggalkan bekas.

Sesakit itu kah yang di rasakan McQueen? Dari yang Storm dengar, Sally dan McQueen sudah bersama selama bertahun-tahun.

"Storm..." McQueen akhirnya memecah keheningan. "Terima kasih, untuk… kemarin."

Storm menoleh, matanya yang biasanya tajam kini terlihat lembut.

"Tidak perlu berterima kasih, aku melakukan itu tanpa sadar." Jawabannya agak acuh.

Mereka berdua terdiam lagi, kali ini terasa lebih hangat. McQueen menyadari bahwa di balik semua persaingan, ada ikatan yang tak terlihat yang menghubungkan mereka.

Dan Storm, yang selalu menganggap dirinya sendiri sebagai mobil yang tak terkalahkan, mulai mengerti bahwa kekuatan sejati terkadang datang dari hal-hal yang tak terduga, seperti memeluk sainganmu ketika dia paling membutuhkannya.

"Kau tahu," lanjut McQueen, "Sally selalu bilang bahwa kita belajar lebih banyak dari kekalahan daripada kemenangan."

Storm tersenyum, sebuah senyum yang jarang sekali diperlihatkannya kepada siapapun.

"Mungkin dia benar. Dan mungkin… kita baru saja belajar sesuatu yang berharga darinya." Ucap Storm sambil memutar mata.

McQueen terkekeh, anak ini sangat suka sekali mengejek seseorang.

Mereka berdua, dalam kecanggungan dan keheningan pagi itu, telah menemukan sesuatu yang lebih dari sekadar persaingan

^⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠^

Satu bulan berlalu, waktu terasa begitu cepat. Begitu pula perkembangan Jakson Storm selama berada di Radiator Spring.

Kecepatannya meningkat dari sebelumnya, tidak hanya itu, Storm sudah bisa melewati rute-rute sulit dan menghadapi rintangan.

McQueen yang menjadi pelatih nya tentu merasa bangga. Tidak ada rasa iri atau kebencian terhadap kemajuan pesaingnya sendiri.

Malam hari, di tengah gurun pasir yang luas, Lightning McQueen dan Jackson Storm sedang asyik berlatih di trek balap yang berbeda. Yaitu jalanan aspal kosong yang tidak pernah di lewati mobil lagi.

Meski begitu, aspalnya memiliki kualitas yang bagus untuk di gunakan latihan mereka. Kali ini McQueen ingin mengajari Storm cara melakukan drift untuk menghentikan kecepatan di saat genting, contohnya ketika terjadi kecelakaan di depan ataupun mengindari sesuatu. karena rem tidak sepenuhnya menghentikan laju mobil ketika dalam kecepatan tinggi.

Final Race [Lightning McQueen X Jackson Storm]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang