6. Take Care My Child

17 1 0
                                    

*drt drt* deringan dari ponsel milik Mark, ketika dirinya sedang makan bersama dengan mantan kekasihnya dan juga anaknya. Membuat ia harus menghentikan makannya sejenak untuk mengangkat telepon yang masuk. "Sebentar ya, sayang. Daddy harus mengangkat teleponnya dulu." Pamitnya kepada mantannya dan juga anaknya yang tengah makan.

Anaknya dan mantan kekasihnya hanya bisa mengangguk sebagai balasan. Sementara ia langsung pergi untuk mengangkat telepon masuk dari sang istri.

"Hallo, kenapa Naeun?" Pertanyaan yang langsung ia berikan kepada istrinya, begitu dirinya sudah jauh dari radar anak dan mantannya.

"Mark, kamu di mana? Anakmu menangis sedari tadi. Daritadi dia mencari dirimu. Katanya, kamu janji ingin main bersama dengannya." Jawaban panik yang diberikan oleh istrinya disebrang telepon sana, sukses membuat kedua alisnya saling bertautan.

"Aku gak bisa sekarang, Naeun. Aku sedang bersama dengan klien. Sedang membahas masalah tentang proyek kerja sama antara perusahaan aku dengan perusahaannya." Jelasnya dengan nada yang amat menyesal.

Dia memang memberikan alasan kalau kliennya menelepon, sewaktu keluarganya tengah belanja bersama. Untung saja istrinya percaya dengan alibinya, dan akhirnya dia memilih untuk pulang lebih dulu bersama dengan anaknya. Sementara ia langsung menemui anaknya yang lain, dan juga mantan kekasihnya.

"Aduh, gimana ini. Anakmu tidak berhenti menangis. Aku takut dia sesak lagi kalau nangisnya tidak reda." Ujar sang istri kembali, yang tidak tau harus melakukan apa.

Anak perempuannya itu emang mempunyai riwayat penyakit asma. Kalau di biarkan menangis secara larut, asma yang di miliki anaknya akan kambuh. Membuat anaknya sangat kesulitan bernafas.

Mendengar penuturan sang istri, sukses membuat dirinya jadi bimbang. Dua-duanya adalah anak kandungnya. Chenle dan juga Ningning adalah anak kandungnya. Jadi dia tengah bingung saat ini, mengenai siapa yang harus di kalahkan.

"Mark... apakah kamu masih ada di sana?" Tanya sang istri, yang tidak kunjung mendapatkan balasan dari suaminya.

"Ah iya, Naeun. Aku akan ke sana sekarang. Jadi, tolong bilangin anakku untuk berhenti nangisnya." Ujarnya yang sudah memutuskan, yang akhirnya lebih memilih anak perempuannya, karena riwayat penyakit yang di derita oleh sang anak.

"Baiklah, Mark. Terima kasih dan Maaf. Aku akan memberi tau anakmu. Hati-hati di jalan ya." Ucap sang istri, lalu memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.

Sementara Mark, ia langsung memasukkan teleponnya kembali ke dalam jas. Menghela nafasnya secara kasar, lalu kembali ke meja mereka, menemui mantan kekasihnya dan juga anaknya yang tengah menikmati makanan mereka.

"Kamu kenapa?" Pertanyaan yang langsung Jaemin berikan, begitu netranya menangkap raut perubahaan yang ada di wajah mantannya.

"Aku harus kembali." Jawaban yang diberikan oleh Mark, di iringi dengan helaan nafas kasar.

"Kembali ke mana? Rumah atau kantor?" Tanya Jaemin lagi, yang bingung akan maksud dari mantannya ini.

"Kantor, ada hal penting yang harus aku urus." Kalimat Dusta yang di lontarkan oleh Mark. Tidak mungkin kan dirinya menyebutkan kalau dia harus pulang, karena anak perempuannya merengek?! Bisa-bisa anak laki-lakinya ini iri dan membenci dirinya, dan ia tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Ayah sudah mau pergi?" Pertanyaan yang akhirnya sang anak berikan dengan raut wajah yang sudah berubah sendu.

Mark yang melihatnya pun langsung mendekati anaknya, dan memasukkan sang anak ke dalam pelukkannya. "Maafkan ayah ya, sayang. Ayah harus segera pergi. Ada hal penting yang harus ayah selesaikan. Ayah harus mencari uang demi kebutuhan kamu dan juga ibumu. Katanya kamu ingin membeli semua mobil hot wherls bukan?" Ujarnya, memberikan kalimat pengertian dan juga penenang kepada sang anak.

NEVER OVER - MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang