8. But It's True!

17 2 1
                                    

"Kau beneran serius dengan keputusan kamu, Jaemin?" Tanya Sunghoon yang terus mengikuti sahabatnya dari belakang. Ia ingin memastikan akan keputusan yang diambil temannya ini.

Sementara Jaemin yang mendengarkan pertanyaan yang berulang dari mulut sahabatnya pun mendecak kesal. Ia segera memberhentikan jalannya, dan berbalik menghadap sahabatnya yang mengekorinya. Membuat sahabatnya spontan berhenti. "Kita udah bicara ini dari tadi malam ya, Sunghoon! Aku sudah bilang kalau aku serius dengan keputusan yang aku buat!" Ujarnya, yang sudah sangat jengah akan pertanyaan sahabatnya.

"Tapikan--"

"Sudahlah. Aku harus menjemput anakku. Dia telah selesai bersekolah." Ujarnya, memotong ucapan sahabatnya.

Namun baru sejengkal ia melangkahkan kakinya. Ia sudah lebih dulu di tahan oleh sahabatnya. "Ada apa?!" Tanyanya, menatap sahabatnya serta tangan sahabatnya yang mencekal tangannya.

"Aku ikut." Pinta Sunghoon dengan senyuman yang menghiasi wajahnya, yang membuat sahabatnya mendelik geli.

"Jijik!" Delikan geli nan kesal yang langsung Jaemin serukan, yang tidak di hiraukan sahabatnya. "Kau tidak boleh ikut! Kau ada rapat siang ini!" Sambungnya, yang menolak permintaan sahabatnya untuk ikut menjemput anaknya.

"Tapi--"

"Tuan Park." Ujar seseorang, yang membuat ucapan Sunghoon langsung terhenti. Sedangkan Jaemin malah tersenyum dengan penuh kemenangan.

"Sepertinya kau sudah di tunggu banyak orang." Ujar Jaemin, yang langsung pergi dari hadapan sahabatnya.
---

"Ibu!" Teriakan yang diberikan oleh sang anak, begitu netranta menangkap sang ibu yang baru saja tiba.

Senyuman manis langsung tertera di wajahnya, begitu ia mendengar teriakan antusias dari anaknya. Ia langsung menghampiri anaknya yang tengah berada di gendongan Mark, mantan kekasihnya.

Ia juga tidak tau kenapa bisa ada mantannya. Yang jelas, begitu ia tiba disekolah anaknya, mantannya sudah berada di sini.  "Hai, sayang. Bagaimana hari-mu?" Tanyanya, seraya menatap sang anak.

"Aku baik-baik saja, sayang."

"Aku baik-baik saja, ibu!"

Seruan yang mereka berikan secara bersamaan, begitu mendengar pertanyaan yang Jaemin ajukan. Padahal pertanyaan itu di peruntukkan untuk anaknya, bukan mantan kekasihnya. Tapi entah kenapa mantannya malah ikut menyahuti pertanyaan yang ia berikan.

"Kau sibuk?" Tanya Mark, menatap mantan kekasihnya yang semakin tambah cantik.

"Sepertinya tidak. Kenapa emang?" Tanya balik yang ia berikan, menatap mantannya penuh tanda tanya.

"Kalau begitu, mari kita pergi ke suatu tempat, untuk merayakan nilai yang di peroleh anak kita." Seru Mark, lalu anaknya menunjukkan selembar kertas hasil kerja kerasnya.

Huruf A+ terpampang di selembaran milik sang anak. Ia senang bukan main. Bukan senang akan nilai anaknya, tapi reaksi yang di berikan anaknya, yang saat itu ada di gendongan ayahnya. Ia tidak pernah mempermasalahkan nilai yang di peroleh anaknya.

Tapi Alhamdulillahnya anaknya selalu mendapatkan nilai yang bagus. Nilai terjelek yang di peroleh adalah B. Selebihnya anaknya selalu mendapatkan nilai A+, A atau A-.

"Jadi bagaimana? Apakah kau ingin ikut bersama denganku dan anak kita?" Tanya Mark sekali lagi, karena tidak mendapatkan jawaban dari mantan kekasihnya.

"Ayo ikut kita, ibu!" Seruan yang diberikan oleh sang anak dengan sangat antusias.

Jaemin mana bisa menolak, apabila anaknya sudah berkata seperti itu. "Memangnya kamu mau kemana?" Tanyanya, yang masih setia menatap sang anak dengan senyumannya.

NEVER OVER - MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang