Genggaman pelukan yang makin di erat kan di tubuh milik nya hanya bisa membuatkan diri nya berhenti untuk mengeluarkan air mata, sopan mengambil langkah untuk menikmati ini sehingga entah kenapa pelukan dari si batre ini tak mau ia lepas.
Maka dari itu, dia juga memeluk tubuh gentar.
"Gentar baik banget sih." ucap nya sambil menepuk-nepuk belakang gentar dan gentar yang mendengar nada suara seperti itu segera mendorong sopan menjauh dari tubuh nya, jelas banget kelihatan kalau cuma sandiwara saja tangisan itu, emang suka banget kayak gitu.
"Njir, lu kagak gugup.. Ah bodoh nya gua kerana percaya." gentar mula menggosok-gosok dengan kuat rambutnya, kedua mata nya menatap sopan dengan penuh kekesalan, buang buang waktu saja.
Sopan hanya terdiam di tempat nya berdiri sambil satu tangan nya memengang dagu nya sendiri, "ouh, harus gugup dulu ya baru percaya?." tanya nya sambil tersenyum manis seperti biasa nya.
"Ga usah, gua juga ga bakal percaya lagi." gentar berucap dengan nada yang sederhana tapi cukup untuk membuktikan kekesalan nya saat ini, dia segera berbalik badan dari sopan dan segera pula membuka langkah menuju ke pintu kamar.
Sopan yang melihat hanya terkekek pelan di kala tangan nya mula mengeluarkan kipas milik nya, begitu pintu terlihat di buka oleh gentar, diri nya dalam secepat mungkin segera berdiri di belakang gentar dengan bantuan angin milik nya dan setelah itu menaruh kipas nya tepat ke arah leher gentar.
"L-lu gila ya!?." ucap gentar dengan kedua mata nya segera menatap tajam pada kipas yang di hulur kan pada leher nya ini, memang biasa saja barang ini tapi entah kenapa ketika menyentuh leher nya terasa tajam.
Sementara pula merasa makin tak nyaman dengan sopan yang berdiri melekat di belakang nya.
"Hm.. Ga kok, gentar aja yang gila kerana terasa terancam padahal aku cuma mau main main." saut sopan pula dengan nada riang nya, tangan nya yang tersisa ia letak kan di perut gentar sementara kipas nya masih diri nya biar kan menyentuh leher gentar.
Apakah ini salah satu ancaman?
Tidak tidak, sopan akan selalu bertingkah layak nya seperti nama nya tapi entah kenapa orang ini malah bergerak seperti memberi ancaman.
"Lepas ga lu!." gentar berucap pelan sambil mencuba untuk mendorong kipas milik sopan ini menjauh dari leher nya tapi kalau di lihat tak bergerak sedikit pun kipas nya, ah gila dah.
"Lu mau apa sih?." tanya gentar pula dalam keadaan yang mula untuk berpura-pura lemah agar si kampret ini memundurkan sedikit kipas nya dari leher nya.
Sopan yang mendengar segera menarik gentar lebih menempel pada tubuh nya lalu bibir nya mula pergi ke arah telinga gentar.
"Aku mau nya kamu."
"Bisa jangan gila dulu ga, gua tempeleng juga kepala lu."
"Eh.. Hehe, yaudah sana."
Sopan dengan segera memundurkan diri nya dua langkah ke belakang lalu mula mengangkat satu kaki nya dan menendang lembut gentar keluar dari ruangan ini.
".. ANJIRR!!."
BRUKK..
Dan apa daya nya kerana tendangan itu gentar terpaksa mendarat kan tubuh nya ini ke lantai, emang sudah di tandai, si sopan kampret ini tinggal tunggu waktu aja buat bunuh dia.
"BANGSAT LU, GILA ANYING!!." semua itu segera terucap kan dari mulut gentar sebaik sahaja ia segera menoleh ke arah sopan yang terlihat pula si kampret ini mula berjalan keluar juga dari ruangan.
"Kok ngomong nya kek gitu, untung aku ga kesal loh." ucap sopan dengan kipas nya terlihat ia guna kan untuk menutup mulut nya sendiri, kedua mata nya berbentuk tersenyum pada gentar sementara mulut nya sedang bersembunyi di balik kipas milik nya kerana tak dapat untuk menahan agar menyeringai secara terlihat gila.
Emang siapa yang tau arti itu.
Gentar hanya bisa terdiam saja untuk ini lalu segera perlahan bangun berdiri, dia menatap sebentar ke arah sopan sebelum menghayunkan jari tengah nya tepat pada wajah sopan.
"Fuck you." kata nya lalu mula untuk berjalan pergi dari hadapan sopan.
Sopan yang melihat tentu nya hanya melebarkan sedikit kedua mata nya kerana tiba-tiba saja mendapat sinyal perangsang itu sementara bibir nya tak berhenti untuk tersenyum.
"Ouh my.." ucap nya pelan sambil mengamati gentar yang makin pergi ke arah tangga untuk turun, kipas milik nya terlihat pula di guna kan untuk mengipasi wajah nya sendiri. Makin panas saja rasa nya.
"Tubuh nya sempurna sekali untuk jadi dominan, mending jadi yang terlemah aja di kasur." sopan bergumam pelan dengan dia sudah kehilangan sosok gentar secara cepat saja padahal belum puas main canda dengan nya.
Hm..
Pertanyaan ini sering bermain di fikiran, bagaimana cara menakluki batre bandel itu, kalau main lembut dia tolak dengan kasar, kalau main kasar dia malah takut kayak anak kecil.
Sopan hanya terdiam saja lalu setelah itu dia berhenti mengipasi wajah nya, menoleh ke arah pintu kamar tadi dan segera menarik pintu itu untuk menutup nya.
Tak lupa mengunci nya.
"Ahh~.. Aku butuh kasur sekarang, ngantuk nya.." ucap nya dengan nada yang sedikit malas dan lelah, lebih baik ke kamar nya saja dan istirahat kan tubuh ini.
Nanti kita cari tau apa kelemahan gentar lalu manfaat kan itu.
[To be continue]
Chapter ini pendek ya?
Nunggu lagi aja..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Honey Dummy [Sopgen Au]
DiversosSelalu saja begitu, bilang nya kita itu akan selalu punya hubungan pertemanan tapi tak mau kah kau tanggungjawab akan perasaan yang sudah kau lempar pada ku ini? Setidaknya tidur lah dengan ku sekali. Kenapa selalu dengan orang lain, aku.. cemburu...