Menutup pintu mobilnya, Marsha bergegas berjalan menuju coffee shop dengan cepat. Kedainya masih kosong, kecuali para karyawan yang sedang lalu lalang, ada yang memeriksa, membersihkan ruangan sebelum orang-orang datang.
Matanya menjelajahi setiap sudut ruangan, dinding putih, langit-langit berwarna gelap, juga dengan lantai bergaya kayu, semua perabotan yang ada disana, Marsha cukup puas dengan karir yang dia bangun dari awal ini. Keinginannya untuk membuka sebuah tempat dimana orang-orang bisa menghabiskan waktu dengan nyaman, sembari ditemani oleh makanan dan minuman yang enak akhirnya terwujud. Dia suka mengobrol di tempat yang nyaman, dan dia juga ingin orang lain merasakan hal yang sama.
Marsha berjalan dari posisinya menuju ke locker room sebelum menyibukkan dirinya di dapur. Meski dia pemilik dari tempat ini, terkadang Marsha juga membantu membuat aneka kudapan seperti brownies, cupcake, donut, dan lainnya. Berdiri di balik counter bukanlah hal yang dia sukai. Hal itu bisa dia percayakan pada Fabian.
Di tengah kegiatannya memindahkan cupcake dari loyang ke display tray, sebuah suara menginterupsinya. "Lho, Kak Marsha kok udah disini? Bukannya semalam ada party?"
Marsha menoleh, menatap sang pemilik suara itu. Emma, salah satu barista disini. "Iya nih, sehari nggak kerja kayaknya badan gue pegel-pegel deh"
Emma membawa loyang berisi macaron yang baru saja matang. "Libur sehari juga nggak papa kali, Kak. Kayak bakal ada yang marahin aja"
"Gue takut lo kangen sih, Em, kalau gue libur lama-lama"
Mendengar jawaban Marsha membuat Emma salah tingkah. Dia jadi teringat bahwa dulu waktu awal dia menjadi karyawan baru, Marsha bisa langsung menyadari bahwa Emma suka padanya. Rasanya malu sekali. "Ih Kak, udah kali godain gue, kalau ingat suka malu sendiri"
"Kak Emma emang malu-maluin sih"sahut Ruri, karyawan yang bertanggung jawab seputar kudapan. "Mukanya kelihatan banget kalau naksir Kak Marsha. Kalau di anime, mata dia udah ada simbol cinta tahu nggak"
Emma melempar serbet ke arah Ruri. "Nyahut mulu lo, nih macaron-nya udah gue ambil dari oven"
"Makasih kakak cantik~"
Marsha hanya tertawa saja melihat candaan para karyawannya. Dia selalu suka berada disini. Suasana ini, tempat ini, Marsha tidak akan pernah mau menukar ini semua dengan apapun.
***
Detak jarum jam seakan seirama dengan bunyi bel lonceng di pintu, menandakan keluar masuknya pelanggan yang terus berdatangan. Matahari sudah terbenam sejak satu jam lalu, jam pulang kantor bahkan sudah lewat dua jam, namun pelanggan tak henti-hentinya berdatangan. Suara derap langkah dan obrolan pelanggan seakan saling bersahutan.
Meja terisi penuh dan masih ada orang-orang yang mengantri di counter. Dia yang awalnya berencana untuk mendekam di balik pintu dapur pun harus ikut turun tangan melayani pelanggan. Memang ada kalanya coffee shop sangat ramai seperti sekarang hingga membuatnya harus ikut membantu di depan.
"Berikutnya..."
Marsha menatap wanita dengan topi dan masker di wajahnya, tak lupa juga dengan kacamata hitam yang menghiasi matanya. Marsha tahu siapa wanita itu. Pelanggan setianya.
"Satu caramel macchiato and one pistachio cookie"ucap Marsha sambil menambahkan pesanan ke dalam sistem. "Meja lo ada di pojok sana ya"
Wanita itu hanya mengangguk lalu berjalan menuju ke arah meja kosong tak jauh dari counter. Dari meja itu, bisa terlihat dengan jelas apa saja yang dilakukan oleh karyawan di balik meja counter. Itu tempat spesial karena berada di pojok dan agak menjauh dari meja-meja lainnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/370206074-288-k491699.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours || milkciize
FanfictionI turned out liking you a lot more than I originally planned - Chava R. Pandhita We all broke our own rules for someone - Marsha Pavitra -