Di dalam sebuah gedung yang megah, dekorasi putih dan emas menghiasi setiap sudut ruangan, menciptakan suasana yang begitu memukau. Bunga-bunga segar dengan warna senada terpajang di sepanjang lorong menuju altar, sementara lampu-lampu gantung yang berkilauan menambah sentuhan magis pada suasana pernikahan.
Musik pop mengalun lembut di latar belakang, menyemarakkan suasana tanpa menghilangkan nuansa sakral acara ini. Para tamu berdatangan, mengenakan pakaian terbaik mereka, saling bertegur sapa dan tersenyum bahagia. Mereka semua hadir untuk merayakan hari istimewa ini, hari di mana cinta yang telah terjalin lama akan diikat dalam ikatan yang suci.
Di lantai atas gedung, di balkon yang memberikan pemandangan indah ke kerumunan tamu yang sedang bersalaman dengan pengantin, aku berdiri bersama Aqilla. Kami menghadiri pernikahan sepupunya, dan Aqilla tampak begitu bahagia.
"Makasih yah," ucap Aqilla pelan, suaranya hampir tertelan oleh alunan musik dari bawah.
"Makasih buat?" tanyaku, sambil menatap ke kerumunan tamu di bawah yang sedang bersalaman dengan pengantin.
"Makasih buat semuanya, makasih udah selalu ada buat aku," ujar Aqilla sambil mendekatkan kepalanya ke bahuku dan menggenggam erat tanganku.
Aku hanya tersenyum, merasakan kehangatan dan kedekatan yang selalu ada di antara kami. Aku berbalik menatapnya, melihat matanya yang penuh dengan rasa terima kasih dan cinta.
"Kamu tau, Aqilla?" tanyaku sambil menatap langit-langit gedung.
"Hem?" jawab Aqilla sambil menyenderkan kepalanya di bahuku.
"Aku juga nggak tau," jawabku dengan nada menyebalkan.
"Ihh, apa nggak?! Suka ganggu momen aja, males!" Aqilla seketika cemberut kesal.
"Haha, nanti aja malem aku mau ngomongnya," kataku sambil tersenyum jahil.
"Kenapa harus malem?"
"Yaa... gapapa, aku pengen aja malem."
"Yaudah iya deh."
"Udah dong jangan marah," bujukku sambil mengusap punggung tangannya.
"Biarin."
"Plis, jangan marah yah," pintaku dengan suara lembut.
"Hem... bodo ah," Aqilla pun menarik tanganku dan membawaku ke arah meja makanan.
Aku mengikuti Aqilla yang masih cemberut sambil menahan tawa. Di balik semua kekesalannya, aku tahu betapa berharganya momen ini bagi kami. Melihatnya begitu manis saat kesal, membuatku semakin yakin bahwa momen yang ingin kusampaikan nanti malam akan menjadi lebih spesial.
Saat kami sampai di meja makanan, kami memilih beberapa hidangan lezat yang tersaji. Suasana di sekitar kami tetap ramai dan meriah, dengan tamu-tamu yang saling berbagi kebahagiaan. Di sela-sela menikmati hidangan, kami berdua tertawa dan berbagi cerita, perlahan melupakan kekesalan kecil tadi.
"Gemy, kamu nyadar gak? Kita udah bareng lama banget, ya," ujar Aqilla tiba-tiba, dengan senyum tipis di wajahnya.
"Iya, gak kerasa. Banyak banget momen yang udah kita lewati bareng," jawabku sambil menatapnya dalam-dalam.
"Dan aku bersyukur banget kita bisa saling ada," katanya dengan penuh rasa syukur.
Akupun tersenyum sambil memandangnya dan berkata, "Makasih, nanti malem kita jadi kan ngerayain tahun baru?"
"Ya, Ayah udah nyiapin semuanya. Pulang dari sini, kita langsung ke rumah aku, oke?"
"Oke," jawabku tersenyum senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqilla : The Book of You and Me (Sudah terbit)
RomansaDalam "Aqilla : The Book of You and Me ", Gemy, seorang remaja kelas XII SMA, menemukan cinta sejatinya di sebuah pertigaan yang tak terduga. Kisah cinta yang tak biasa ini menggambarkan perjuangan Gemy dalam menghadapi perasaan yang tumbuh di tenga...