Belle terbangun karena mendengar suara dari ruang depan. Disusul dengan aroma masakan yang membuat perut berbunyi. Meminta untuk segera diisi makanan. Setelah membesihkan diri, dia merasa ragu untuk keluar dan memilih mengintip dari balik pintu.
"Oh, selamat pagi, Belle" sapa ayah yang menyadari keberadaan Belle di balik pintu
Ibu baru keluar dari dapur membawa nampan berisi sarapan dan meletakkannya di atas meja makan.
"Kami memang tidak ingin membangunkanmu karena kau baru tertidur pukul 2 pagi" ucap ibu dengan senyum hangat. Tatapannya terasa menenangkan.
Pandangan matanya beralih ke arah seorang gadis kecil yang sedang mengayunkan sebuah keranjang bayi. Gadis kecil itu terlihat pendiam dan tenang. Saat pandangan mereka bertemu, gadis kecil itu bergegas memalingkan pandangannya.
"Ah, kalian baru bertemu pagi ini" Ayah memanggil gadis kecil itu ke arahnya. Sontak si gadis kecil itu menghampiri ayah dan memeluknya. Bersembunyi di balik tubuh ayah yang menyembunyikan tubuh mungilnya.
"Dia sedikit pemalu. Tetapi mulai sekarang dia akan menjadi saudarimu." Ayah mencoba berbicara sesuatu pada gadis kecil itu. "Namanya Livia dan dia sedikit berbeda dengan anak lainnya" jelas ayah.
"Dan ini saudarimu yang lain" Suara mainan bayi terdengar dari dalam keranjang bayi. Ibu menggendongnya dan bayi itu tertawa, "Namanya Eli"
Mendengar penjelasan ayah membuatnya sedikit tidak mengerti. Dihampirinya gadis kecil yang masih bersembunyi di balik tubuh ayah. Saat menyadari keberadaan Belle, Livia semakin menyembunyikan tubuhnya.
"Hai, namaku Belle. Mulai sekarang kita akan menjadi saudari. Mari mengakrabkan diri satu sama lain" dengan ramah Belle mengulurkan tangannya ke arah Livia. Dengan ragu-ragu Livia menyambut uluran tangan itu.
Kepala mungilnya mengangguk perlahan. Masih tidak berani menatap Belle yang berada di hadapannya.
"Apa yang kamu sukai?"
Hening.
Tidak ada jawaban apapun dari Livia.
"Livia tidak bisa bicara" bukan ayah, tetapi ibu yang menjawab kebingungan di raut wajah Belle.
"Ternyata begitu" Perasaannya sedikit menyesal karena tidak menyadari hal itu.
"Tidak apa-apa. Karena Livia mampu memahami apa yang kita bicarakan" jawab ayah.
"Benarkah?"
"Benar. Aku memahaminya"
Eh?
Sebuah suara muncul di dalam kepala. Belle mengerjapkan kedua matanya sebentar. Mencoba memahami apa yang terjadi sekarang. Tunggu dulu.
Masih terlihat bingung, matanya menatap Livia yang kini memasang ekspresi tidak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anantakala: Cycle of Existence
FantasiDi tengah badai yang mencekam, Belle terbangun di atas kereta pengangkut barang, memulai kehidupan barunya dengan teka-teki dan ancaman dari sosok astral, Marie. Dalam setiap kehidupan yang dia jalani-dari dunia kuno hingga modern-Belle harus melind...