Halaman 02

50 8 0
                                    

Buku sejarah Marvalona, yang berjudul 'Sejarah dan Mitologi Marvalona', dilaporkan hilang dari perpustakaan sekolah ini pada 17 April.

Buku tersebut mengandungi informasi penting mengenai legenda dan mitos kota Marvalona, serta menjadi sumber yang berharga bagi para peneliti dan pelajar yang ingin mengetahui kembali sejarah dan budaya kota ini.

Keputusasaan mulai menggebu-gebu ketika buku tersebut tidak dapat ditemui baik di dalam maupun di luar ruang perpustakaan.

Akibat banyaknya tekanan dari media dan keributan yang terjadi akibat hilangnya buku sejarah yang berjudul 'Sejarah dan Mitologi Marvalona', pihak sekolah terpaksa menutup sementara seluruh aktivitas sekolahnya.

Bahkan pihak berwenang mengerahkan seluruh pasukannya untuk mencari buku yang dibutuhkan oleh sebagian besar siswa. Jika dalam waktu 24 jam pencarian buku tersebut tidak memberikan hasil, pihak sekolah akan melakukan penyelidikan terhadap rumah setiap siswa yang bersekolah di sekolah tersebut.

Kathrina menyalakan ponselnya dan tanpa sengaja menemukan artikel berita yang tersiarkan satu tahun sebelumnya. Meskipun artikel tersebut sudah lama beredar, namun tidak terlihat secara khusus kapan tepatnya peristiwa itu terjadi. Pihak yang berkepentingan sengaja menyimpan tanggal kejadian tersebut agar tidak diketahui oleh khalayak ramai.

Tetapi, sebagaimana yang sudah menjadi kenyataan, polisi tidak berhasil menemukan buku sejarah yang hilang tersebut dalam rentang waktu selama 24 jam.

Akibat pencarian yang tidak berhasil membawa hasil tersebut, pada hari berikutnya, pihak berwenang berhasil memanggil bala bantuan sekitar seribu orang dan mengarahkan semua anggota polisi yang tersedia untuk menuju rumah-rumah para siswa di sekolah tersebut, termasuk rumah Kathrina.

Meskipun pihak sekolah melakukan pencarian yang intensif selama seminggu untuk mencari buku sejarah yang hilang, mereka masih belum berhasil menemukannya.

Namun, secara ajaib, buku tersebut berhasil dikembalikan ke tempat asalnya dengan keadaan yang masih utuh. Pada saat yang sama, pihak sekolah juga meningkatkan tingkat keamanannya secara bersamaan dengan meningkatkan pengamanan pada perpustakaan, sehingga pencuri buku tersebut tetap belum berhasil di tangkap dan menemukan identitasnya.

Kathrina duduk di kelas dengan tidak melakukan apapun, karena setelah mereka selesai berlatih, kelas segera kembali. Meski masih pukul 08.00 pagi, namun mungkin akan segera memasuki waktu istirahat pertama yang biasanya sekitar pukul 09.00.

Kathrina yang bosan karena berada di kelas tanpa ada hal yang menarik untuk dilakukan, melirik ke arah Christy yang duduk tepat di seberang. Dia melihat bahwa Christy juga merasa bosan.

Kathrina secara tidak sengaja menyorot pandangan ke belakang dan melihat Marsha sedang membaca sebuah buku - dia juga memperagakan tangan yang seolah-olah akan mengeluarkan ilmu sihir yang tertulis pada buku itu.

Kathrina benar-benar merasa bosan dan tidak tahu harus melakukan apa lagi. Namun, tepat pada saat itu, suara bel berbunyi mengumumkan waktu istirahat pertama dari seharian pelajaran.

Ketika Kathrina dan Christy keluar dari kelas, mereka melihat Adel dan Zee sedang menunggu Marsha. Mereka semua segera menyadari bahwa akan lebih baik jika tidak terlibat dengan AZAM pada saat itu, karena mereka merasa bahwa akan lebih baik jika pergi saja.

Mereka tidak ingin terlibat dalam persaingan yang tidak perlu dengan AZAM, jadinya hanya perlu menghindari konflik yang tidak perlu terjadi.

Kathrina awalnya meminta temannya untuk tidak memperdulikan masalah saat itu. Namun, fokusnya menjadi tersita ketika dia melihat beberapa orang mulai berteriak-teriak dan membawa suasana kantin menjadi kacau.

Kantin secara tiba-tiba menjadi sangat sunyi, hanya suara langkah kaki yang terdengar akibat gerakan yang sudah mulai terhenti. Awalnya suasana menjadi tenang, namun lama kelamaan perasaan tegang dan mencekam mulai tumbuh.

Kathrina menjadi teringat sejenak ketika melihat empat orang memasuki kantin. Dia tahu betul bahwa orang-orang tersebut adalah AZAM, orang-orang yang selalu berusaha bersaing secara sengit dengan dirinya dan juga temannya.

Selama mereka berada di kantin, Christy terus-menerus membaca buku miliknya sambil terus kembali ke halaman yang sama.

Meskipun Kathrina hanya mengenal dia sebagai seorang yang sangat suka membaca, dia merasa penasaran bagaimana bisa Christy selalu membaca halaman yang sama, bahkan mungkin untuk yang ke-5 atau bahkan ke-10 selamanya.

Kathrina mencoba untuk tidak terlalu memikirkan hal itu. Dia sudah memegang anggapan kuat kalau di sekolah ini semua orang-orangnya tidak normal sama sekali, baik itu orang biasa ataupun murid terpintar sekalipun. Padahal, dia sendiri pun termasuk dalam golongan yang tidak normal, atau paling tidak ia selalu merasa dirinya tidak normal.

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Siswa yang berada di sekolah terlihat mulai keluar dari sekolah dengan berbagai rupa. Ada yang terlihat sangat senang karena bisa pulang.

Beberapa siswa tersenyum setelah menghabiskan hari tanpa perlu berlatih, sementara siswa lainnya hanya memasang muka datar karena harus kembali latihan pagi esok harinya.

Kathrina merasa sangat bosan ketika berada di dalam rumahnya. Dia terus berpikir mencari apa yang bisa membuat dirinya tetap asik ketika berada di sana.

Kemudian, ia melihat seseorang masuk ke dalam rumahnya, sehingga ia langsung berdiri dari posisi dirinya yang sedang dalam posisi malas-malasan. Dia langsung memeluk orang itu dengan semangat.

"Bukunya dapet?" tanya orang itu.

"Ternyata belum," kata Kathrina dengan suara yang pelan sambil menundukkan kepala ketika dia melepaskan pelukannya. Rasa semangatnya yang sebelumnya tinggi tiba-tiba hilang ditandai dengan melihat buku yang tidak sempat ia dapatkan. Dia tampak sangat kecewa dan takut akan konsekuensi yang akan datang.

"Kita tidak akan berkomunikasi sampai kamu memberikan apa yang aku minta"

Orang itu berbalik dari hadapan Kathrina. Dia berkata dengan suara yang tegas bahwa dirinya tidak akan berkomunikasi dengan Kathrina sampai Kathrina memberikan apa yang dipintanya.

Kathrina terdiam beberapa saat ketika mendengar kata itu. Dia merasakan sesuatu yang asing di dekatnya bersama saudaranya sendiri.

Ketegangan yang tinggi menjadi rasa bingung yang tinggi melihat situasi yang saat ini sedang terjadi di hadapannya.

Meski merasa khawatir dengan konsekuensi yang akan datang, Kathrina tetap berusaha untuk tetap tenang. Dia berpikir keras untuk mencari solusi agar bisa melewati masalah ini.

Dia tahu bahwa harus cepat-cepat memikirkan cara mendapatkan buku tanpa membuat konsekuensinya semakin terancam.

"Kamu ter-obsesi dengan sihirmu, sedangkan aku ter-obsesi dengan dirimu."





***

sabar, masih awal. aduh udah kepikiran mau nyerah aja, tapi masih belum nyampe ke pokok cerita.

bdw mau nanya dong kapal kathrina sama marsha apa namanya???

kalo ada typo 'maapin'

tbc.

Beyond the VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang