[00.05]

501 33 1
                                    

"Namanya Ta-

"Permisi nyonya" seru seorang pelayan yang tiba-tiba datang entah dari mana.

"Ada apa?"

"Di luar ada tamu yang ingin menemui anda" jawab sang pelayan sembari sedikit membukukan badannya.

"Ah, kalau begitu bunda pergi dulu yah" Tanpa menunggu jawaban dari netha, Rina langsung pergi dengan di ikuti pelayan tadi dari belakang.

"Eh? Loh? Bun! Nama nya siapa!?" terlambat, Rina sudah tak terlihat dari balik tembok.

"Hiss si bunda maen pergi aja!" kesalnya, lalu beranjak masuk ke dalam rumah.

Penasaran juga dia siapa tamu yang di maksud pelayan tadi? Apa orang penting yang harus ia tahu? Harus cepat-cepat pergi!.

RUANG TAMU_

Terdengar suara beberapa orang yang tengah berbincang dari arah sofa ruang tamu, dengan sedikit. ralat, dengan rasa penasaran yang besar ia mulai melangkahkan kakinya mendekat, dan terlihatlah bundanya yang tengah berbincang dengan dua orang di sana.

"Bun"meski terdengar pelan, namun suaranya mampu mengalihkan atensi ketiga orang tersebut.

"Sini sayang" Dengan ragu netha melangkah mendekat dan duduk di dekat Rina, menghadap dua paruh baya di depannya. Sepertinya mereka pasangan suami istri.

"Sayang, kamu kenal mereka?" pertanyaan itu sepertinya membuat kedua paru baya di depannya nampak bingung.

Dengan sedikit rasa ragu? Netha menggelengkan kepala membuat keduanya semakin bingung. Ini ada apa sebenarnya? Mungkin itulah pikir mereka saat ini.

"Rin, ini sebenarnya ada apa? Kenapa Netha tak mengenal kami?" tanya wanita yang sepertinya seumuran dengan sang bunda.

"Hah.. Begini, kalian tau kan netha sempat mengalami koma paska kecelakaan beberapa bulan lalu" kedua nya mengangguk.

"Dokter bilang, kemungkinan karena koma cukup lama dan juga karna suatu benturan saat kecelakaan, itu ngebuat saraf di otak netha sedikit terganggu dan ngebuat ingatannya hilang" jelas Rina, sangat jelas sekali matanya memancarkan kesedihan.

Kedua orang itu terdiam sembari memandang satu sama lain, lalu kembali menatap Rina yang kini tengah nampak sedih akan kondisi putrinya.

"Netha" Panggilan dari wanita di depannya itu mengalahkan atensinya, yang tadinya memerhatikan sang bunda langsung menghadap pada wanita tersebut.

"Iya tan?" jawab netha sedikit kaku.

Wanita itu tak menjawab, ia malah tersenyum lalu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah netha, duduk di sebelah gadis itu sembari memegang kedua tangannya.

"Panggil Mommy, jangan tante" netha hanya menatap wanita itu, tertegun atas senyum dan suara yang terkesan lembut di telinga.

"I-iya Mo-Mommy" ingin sekali ia meruntuki dirinya sendiri kerna gugup, siapapun selamatkan dia sekarang!.

"Tak perlu gugup, nanti saat kau mengingatnya kau akan tau seberapa manjanya kau dulu pada mommy" ujar nya dengan di akhiri kekehan geli.

Netha hanya bisa tertawa canggung, sungguh rasanya ia ingin kabur saja! Ia tak tau harus apa, rasa gugup yang tiba-tiba sangat menggangu dirinya sekarang.

"Sudah Maura, kau tak lihat menantuku begitu gugup saat ini?"suara berat itu berasal dari pria yang juga seumuran dengan ayahnya.

Tapi tunggu?apa tadi dia bilang? Menantu? Siapa? Jangan bilang dirinya yang di maksud???

" Ya, ya, ya, aku tau itu Liam, tapi wajah gugup nya membuatku gemas"jawab wanita yang di panggil Maura, tepatnya Maura Krasantra Agatha.

"Hais, kau ini, bagaimana nantinya saat netha tinggal di rumah kita? Pasti kau akan terus menyuruhnya di sampingmu, dan itu akan membuat dua pria cemburu"sarkas Liam atau lebih lengkapnya Liam Hardesta Agatha dengan nada sedikit jengkel.

Tunggu-Tunggu! ini sebenarnya apa?! Tinggal bersama? Cemburu? Maksudnya? Ayolah otaknya tengah lemot sekarang!!!??

"Maksud om-

"Deddy, jangan om" potong Liam.

"Ah, Deddy? Maksudnya tinggal bersama? Apa?" tanyanya sedikit gugup? Atau apalah ia tak tau sekarang yang ia rasakan campur aduk, antar gugup, canggung, dan lain sebagainya.

"Mereka orang tua tunangan kamu sayang, otomatis mereka juga calon mertua kamu, jadi nanti pas kamu udah nikah kamu bakal tinggal sama mereka"jelas Rina yang sejak tadi memperhatikan tiga orang tersebut.

"WHAT THE HELL?? Jadi mereka ortunya tunangan si netha?!!" sepertinya ia ingin menangis saja sekarang, kenapa cepet banget datengnya, padahal ia berencana untuk kabur dan tak mau menemui mereka. Hancur sudah harapannya.

"J-jadi?" Rina mengangguk sembari tersenyum, ia tau apa yang akan di katakan putrinya.

"Siapapun bawa aku pergi dari sini" batin netha miris.

SKIP_

Setelah perbincangan tadi malam, kini Netha tengah bersiap berangkat ke sekolah, bukan. Ia bukan pergi sebagai seorang murid yang mengenakan seragam rapi, serta tas dan sepatu, ia hanya mengunakan pakaian santai, toh tujuannya hanya untuk mengambil surat pindahnya saja.

Menuruni tangga sembari bersenandung kecil, tepat saat di bawah ia langsung menuju ke arah ruang makan yang sudah terdapat bunda dan ayahnya di sana, abangnya? Entahlah mungkin sudah berangkat.

"Pagi bun, yah" sapanya dengan riang.

"Pagi anak ayah yang cantik"tersenyum lembut sembari menatap sang putri yang duduk di samping dirinya.

"Siapa dulu bundanya" jawaban banga dari Rina membuat keduanya terkekeh geli akan kepercayaan diri dari wanita itu.

Sungguh keluarga yang harmonis pikir netha, entah bagaimana jika nanti ia meninggalkan mereka, sekarang ia jadi sedikit ragu untuk pergi.

"Bun, netha mau itu dong" menunjuk telur dadar yang berada di samping sang bunda.

"Sini piringnya"

"Netha"panggilan dari sang ayah membuat kedua orang yang tengah sibuk dengan makanan, seketika mengalihkan atensi mereka.

"Kenapa yah?"melihat raut wajah sang ayah yang entah tiba-tiba berubah sendu membuatnya heran dan bingung.

"Apa kau yakin, maksud ayah, apa tak sebaiknya kau pikirkan ulang untuk tinggal bersama oma mu?" pertanyaan itu seketika membuat suasana menjadi hening.

"Akan aku pikirkan" jawabnya setelah terdiam beberapa saat.

"Kalau begitu mari makan, sebelum makanannya menjadi dingin"ujar sang bunda mengalihkan topik.

SKIP_

NAS atau Neo Alaska School, sekolah elit namun tak terlalu mencolok. Kenapa? Sebab sekolah ini bisa di bilang sama seperti sekolah lainnya, tiada yang istimewa dari gedungnya, namun tentu fasilitas di sekolah lebih lengkap, serta jangan lupakan sekolah ini di kenal dengan murid-murid nya yang berasal dari kalangan atas, dan juga visual para murid dari anak para donatur sudah tak di ragukan lagi.

Dan di sinilah netha sekarang, tepat di depannya ialah tempat di mana alur novel berlangsung, tempat para pemeran berada.

Menghela napas pelan dan mulai melangkah berjalan memasuki kawasan sekolah, tak jauh berbeda dengan sekolah lain, namun tentu lebih terlihat mencolok dari pada yang lain juga, seperti air mancur? Air mancur di sekolah?! Wahh sekolah elit memang beda.

"Netha!!"





__________

Cukup sampe sini yah(〃゚3゚〃)
Selamat menunggu (*'∇')ノ

𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍?(ᴛʀᴀɴsᴍɪɢʀᴀsɪ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang