Setibanya di Yunani, Leonna menggeret kopernya menuju salah satu hotel terkenal di Santorini. Supir pribadi turun sang Papa sudah pergi sesaat setelah mengantarkannya. wanita itu melihat ke sekeliling bangunan yang tampak berderet dengan cat berwarna putih. Sekilas, Leo tidak bisa membedakan antara satu gedung dan gedung lainnya. Semua bangunan itu terlihat tidak ada bedanya.
Wanita itu terus berjalan dengan susah payah mendorong kopernya yang lumayan berat, melewati beberapa orang yang sedang berlalu lalang ataupun duduk sambil bercengkrama bersama sahabat atau keluarga mereka. Sampai langkah Leonna melewati seorang pria yang berdiri sambil bersandar pada badan mobilnya yang terparkir tepat di belakangnya. Pria itu berbalik saat Leonna terus berjalan menjauh, Pria itu masuk ke dalam mobilnya lalu pergi dari sana.
Leonna baru saja tiba di hotel, tubuhnya merasa letih. Wanita itu memilih berbaring di atas tempat tidur daripada membereskan barang-barangnya.
"Ahh.. Tuhan.. Lelah sekali." Wanita itu bangkit dan merubah posisinya menjadi duduk bersila. Memijat kedua kakinya sendiri sambil menenggak air mineral.
Wanita itu membutuhkan beberapa jam untuk beristirahat sebelum dirinya kembali di sibukkan. Leonna akhirnya berhasil tidur dengan lelap, entah karena hotel ini dekat dengan laut atau ia sedang di bebas tugaskan. Leonna memiliki gangguan tidur seperti insomnia, ia terus melakukan penelitian tanpa henti. Meskipun gagal, Leonna tetap mencobanya lagi dan lagi. Wanita itu terlalu memaksakan dirinya sendiri.
.
.
.
Sementara di suatu tempat, Leodrick tengah duduk di sofa dengan satu batang rokok yang terapit di kedua belah bibirnya. Seorang gadis bertatto dan bertubuh seksi itu tengah menemaninya, tidak. Mereka tidak melakukan apapun, hanya berbincang tentang pekerjaan. Karena Leodrick merasa bosan, ia tidak memiliki teman sekamar yang bisa ia ajak bicara. Tempat itu penuh dengan botol-botol wine, vodka dan beer. Bekas bungkus makanan di atas meja dan kulit kacang bertebaran dimana-mana, abu rokok dan puntungnya memenuhi asbak porselen.
"Kau jadi pindah kamar?" Tessa bertanya sambil menghembuskan asap rokok di bibirnya ke udara.
Leodrick mengangguk singkat, menuangkan kembali vodka ke dalam gelasnya sebelum menjawab. "Ya, aku akan pindah malam ini juga. Kenapa bertanya. Ingin pergi ke kamarku?"
"Sinting, aku tidak mau menyerahkan tubuh berhargaku pada hewan buas macam dirimu." Leodrick mengangkat salah satu alisnya, mata tajamnya memperhatikan dada dan pinggul gadis itu. Tatapannya seolah menelanjangi membuat gadis itu tidak nyaman.