Masa cuti Leo telah selesai. Kini, gadis itu akan kembali ke Washington. DC. Leonna sudah siap untuk pulang dan sedang menunggu seseorang menjemputnya di bandara. Gadis itu melihat mobil Maserati hitam berhenti tepat di depannya kemudian sang sopir keluar membantunya menyimpan koper sang nona ke dalam bagasi mobil setelah itu baru membukakan pintu penumpang untuk Leonna.
"Selamat datang di rumah, nona." Sapa sang sopir, Leonna balas mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil suruhan sang papa itu tanpa berbasa-basi lagi.
Mereka berkendara cukup lama sampai Leonna tiba di International Space Station. Begitu masuk ke dalam Leo di sambut hangat oleh teman-teman dan para direktur, semua orang berkumpul menyambutnya di depan pintu ruangannya.
"Welcome home, dear." Ryan Fernando kolega sekaligus teman sang papa menyapanya sambil membuka tangannya lebar-lebar. Leo tersenyum dan langsung memeluk pria yang sudah ia anggap sebagai sang paman.
"Terima kasih, paman."
"Welcome home again Professor LEO!!" Para sahabat Leo mulai berdatangan lalu memeluknya satu persatu.
"Kalian seharusnya tidak perlu repot-repot, apalagi kalian sedang sibuk." Yasmine, Cio, Maureen dan Lovie menggelengkan kepala mereka.
"Tidak, Prof. Pekerjaan kami sedikit, justru anda memiliki pekerjaan yang menumpuk." Leonna mengangguk paham sedangkan Yasmine menyenggol bahu Cio.
"Kalau begitu, kami permisi selamat datang kembali. Prof." Setelah keempatnya pergi, Leo kembali ke asrama dan mulai menyiapkan materi yang akan ia ajarkan. Memakai kembali jas putihnya lalu bergegas ke kelas.
Suana kelas pagi hari itu terlihat sunyi, semua murid sibuk mencatat materi yang tengah disampaikan oleh seorang wanita paruh baya.
Berbeda dengan murid lainnya yang sibuk mencatat materi pembelajaran, seorang pemuda tampan dengan rambut sedikit ikal itu terlihat sibuk menggambar. Pemuda itu bahkan tidak menghiraukan semua hal di sekitarnya, seakan semua hal tidak menarik untuknya.
"Attention please!"
Seruan dari seseorang yang baru saja memasuki ruangan itu tak membuat sang pemuda menoleh sama sekali.
"Profesor Leonna!!" Seruan murid lainnya kini, membuat si pemuda itu akhirnya mau mendongak dan melihat siapa orang di depannya. Wajahnya kini lebih berseri ketimbang hari-harinya kemarin yang cukup suram.
"Profesor Leo." Sang wanita yang di panggil hanya tersenyum. Tidak, dia tersenyum bukan hanya padanya. Tapi pada semua murid di dalam kelas.
Seluruh murid mulai mengumpulkan semua tugas penelitian mereka pada Leonna karena sebentar lagi NASA akan mengadakan pelatihan. Pelatihan NASA itu di lakukan untuk keperluan Olimpiade yang akan di laksanakan satu bulan lagi.
Olimpiade besar-besaran itu diikuti oleh ribuan siswa SHS yang tertarik dengan semua hal yang berkaitan dengan luar angkasa.
Dan selama satu bulan ini, semua peserta akan tinggal di asrama NASA untuk mendapatkan materi serta mengamati seluruh pergerakan tata surya untuk di tulis dalam sebuah makalah.
Tepat jam makan siang, kelas pembelajaran di bubarkan. Mereka diizinkan untuk keluar kelas dan mengikuti makan siang di kantin yang sudah di siapkan.
Tapi tidak untuk pemuda yang sedang berjalan bersama Leonna ke ruangannya, membawa beberapa buku dan makalah ke ruangannya. Padahal, Leonna tidak pernah meminta pemuda itu untuk membantunya.
"Pergilah makan siang, aku bisa meng-handle ini." Leonna berujar sambil membuka pintu ruangannya.
"Ini berat, wanita lemah lembut sepettimu membutuhkan tenaga laki-laki dewasa." Si wanita memutar bola matanya jengah.