Warisan itu seharusnya milik kami juga! Mengapa semuanya diberikan ke Rianna?! Ini pasti suatu kesalahan! Kami ingin surat wasiatnya dibacakan ulang! Rianna si gadis miskin itu tidak mungkin mendapatkan seluruh warisannya!
.
.
.
."Ah! Apa itu tadi mimpi?" Rianna terbangun di bawah dekapan hangat selimut tebal, matahari pagi menyusup melalui tirai. Rianna sedikit terkejut bagaimana dia bisa tertidur, hanya untuk menemukan pagi telah tiba. Sebelum Rianna benar-benar memahami kebingungannya, suara aneh tiba-tiba terdengar.
"Ah, sial ...." Rianna menggosok perutnya, yang berdentang keras karena lapar.
Rianna sambil melihat ke sekelilingnya, masih tidak percaya inilah kehidupan barunya; bergelimang harta dan kemewahan.
"Aku lapar."
Itulah kata pertama Rianna saat dirinya keluar dari kamar, turun tangga, dan menuju dapur di mana kelima pelayan telah berkumpul. Rianna meminta makan seperti anak kecil yang memohon makanan dari orang dewasa. Itu membuat kelima pelayan merasa gemas, senyum tipis terlihat dari kelima pelayan pria untuk Rianna.
Para pelayan melihat penampilan Rianna setelah bangun tidur; rambutnya menyerupai surai singa, pakaian yang lusuh dari hari sebelumnya, dan matanya masih bengkak karena kelelahan. Keadaan Rianna yang kusut membangkitkan rasa ingin tahu mereka.
"Nona ... apakah Anda belum mencuci muka?" Mike, yang biasanya mengurus kebersihan, merasa terdorong untuk bertanya.
"Anda terlihat konyol, Nona. Ahahaha!" Nathan tertawa puas. "T-tetapi ... saya masih menyukai Anda karena Anda begitu imut. Pfftt ...."
Stephan yang selalu serius, mengambil alih dengan sopan dan lembut. "Apa yang menghalangi Anda untuk merawat diri, Nona?"
Keraguan terlihat di wajah Rianna. "Bagaimana aku mengatakan ini?"
Rasa penasaran Mike semakin bertambah. "Apa yang salah? Katakan saja, Nona!"
"Kamar mandinya terkunci dan kuncinya ada pada Rano. Rano juga bilang, dia harus memandikanku seperti dia memandikan kakekku dulu," Rianna menjelaskannya dengan lugas.
BA DUMP!
"Peraturan konyol macam apa itu?!" Stephan berseru dengan marah.
Rianna bingung. "Bukankah ada peraturan seperti itu?"
Semua pelayan menatap Rano dengan keheranan yang sangat besar, kecuali Nathan yang melihatnya dengan senyum nakal.
"Jika aku menjadi Rano, aku akan melakukan hal yang sama, pfftt ...." Nathan berkomentar.
"Tutup mulutmu, Nathan!" Stephan memarahi.
"Rano! Apa yang kau lakukan?" Mike menuntut penjelasan dari Rano, tetapi Rano tetap diam dan segera meninggalkan ruang makan.
"Hahaha! Sepertinya dia malu~! Aku akan mengeceknya dulu! Dadah~!" Nathan tertawa dengan gembira saat mengikuti Rano.
Rano berjalan keluar pintu utama vila, menuju taman yang suram di luar. Nathan mendekat dari belakang dan Rano bisa merasakan kehadiran Nathan.
"Aku tidak tahu kenapa ... tetapi ada dorongan kuat saat aku dekat dengan Rianna," Rano menjawab rasa ingin tahu Nathan, bahkan sebelum Nathan berkata apa pun.
"Kau menginginkan gadis itu, bukan?" Nathan menanyakannya setelah jeda panjang.
"Iya," Rano menjawab singkat, menatap ke arah taman.
"Kau bernafsu padanya. Benar?"
"Yeah ...." Rano menjawab dengan jujur.
"Tenang saja, kau pria normal. Aku juga merasakannya, jadi tidak perlu khawatir." Nathan tertawa ringan sebelum berhenti dan suaranya menjadi lebih berat, penuh dengan penekanan. "Satu hal yang perlu kau ingat ... kau harus menghormati batasannya."
Perubahan suara Nathan membuat Rano terkejut sampai-sampai dia tidak bisa menatap Nathan.
Apakah Dia baru saja mengancamku? Rano bertanya-tanya dalam batinnya.
"Ayo kembali ke dalam!" Nathan kembali dengan senyum nakal khasnya sambil menepuk punggung Rano dari belakang, mendorongnya untuk kembali ke dalam.
Keduanya ke ruang makan di mana Rianna sudah tidak ada. Sementara, Stephan masih ada di sana dan segera memperingatkan Rano untuk tidak melampaui batas sebelum Rianna benar-benar terbiasa dengan keberadaan mereka semua. Jika Rano berani berbohong lagi ....
"Rianna pasti akan mengambil keputusan untuk memberhentikan kita. Hal itu terlihat jelas dari ekspresi wajahnya tadi," ujar Mike dengan tegas, menambahkan kejelasan pada pernyataannya. "Kita tidak bisa lagi bersikap sembarangan, Rano! Aku tahu kau menginginkannya, aku pun juga! Tetapi, kumohon jangan bertingkah konyol!" tambahnya dengan nada kesal yang terasa jelas.
"Mohon maaf atas tindakanku yang salah," Rano menyatakan penyesalannya, menyadari bahwa langkahnya telah menimbulkan masalah.
"Sebaiknya, tindakan meminta maaf harus ditujukan langsung kepada Rianna, bukan kepada kami," sahut Riko dengan bijak, menekankan pentingnya memperbaiki hubungan dengan Nona mereka.
"Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, kita harus berhati-hati dan mengikuti rencana yang telah kita susun sejak awal. Tujuan kita adalah untuk membuat Rianna percaya pada kita ...." ujar Stephan, menyentuh kembali rencana mereka yang masih diselimuti misteri.
“... Kita harus membuatnya merasa bahwa hanya kita satu-satunya yang bisa dia andalkan.”
>> TO BE CONTINUED <<
KAMU SEDANG MEMBACA
Living On A Trap [In Bahasa]
FantasyMenerima warisan vila dan ke-5 pelayan tampan yang sinting. Ini beruntung atau sial?! Rianna Oscar Charoles, gadis yatim-piatu terlantar yang sekarang menjadi sultan! Setelah resmi menjadi ahli waris mendiang sang kakek, keluarga besar iri dengan ke...