t i g a p u l u h d e l a p a n

911 4 0
                                    

"Berak om" celetuk Petir.

"Diam lo bocah" ucap Bima kesal.

"Ini om, aku nemenin teman mau lapor"

"Kasus apa?" tanya Indra komandan dari Firman, Gio dan Seul.

"Pelecehan seksual yang telah menimpa sahabat saya pak" ucap Adel.

"Kasus pelecehan seksual lagi?" gumam Firman.

"Pelecehan seksual?, kapan kejadian tersebut terjadi?" tanya Indra.

"Sebulan yang lalu pak" balas Eta.

"Lumayan lama, lalu kenapa kamu baru melaporkan sekarang?" tanya Indra lagi.

"Karena sebelumnya saya tidak berani pak, pelaku itu mengancam saya" ucap Eta.

"Apakah kamu mengenal pelaku tersebut?" Firman ikut bertanya.

"Saya tidak mengenalnya, tetapi saya rasa dia masih mahasis...." ucapan Eta menggantung begitu saja ketika ia tidak sengaja menatap salah satu manusia yang ia pernah temui.

"DIA PAK!!, Dia pelakunya!!" ucap Eta menunjuk salah satu dari mereka.

Semua mata menatap kearah yang ditunjuk oleh Eta, sedangkan orang yang di tunjuk merasa tidak terima.

"HEH kok gw?!"

"Gw gak tau apa apa anjir" ucap orang itu yang tak lain dan tak bukan Petir.

"Petir lo...?" ucap Topan menatap Petir penuh selidik.

"Bukan kamu, tapi itu orang disebelah kamu" ucap Eta.

"Langit lagi?" tanya Daniel entah kepada siapa.

"Dia pelakunya?" tanya Indra.

"Iya pak, saya ingat dengan jelas wajahnya. Cuman gak tau nama" balas Eta.

"Emang biadab lo Lang" ucap Petir menatap sinis Langit.

Sedangkan Langit hanya bisa diam menunduk tidak berani menatap mereka semua begitu juga dengan Rembulan, Langit tidak memberontak sama sekali.

"Bisa tolong jelaskan kejadiannya secara lengkap?" tanya Indra.

"Bisa pak"

"Pada hari itu, Sabtu malam pukul 00.00 saya baru aja pulang dari rumah teman saya yang habis ulang tahun, kita party di sana saya pulang sendiri karena jalan pulang ke rumah saya dan Dela berbeda arah lagipula Dela pulang jam 23.00 karena di jemput sama orangtuanya. Saya gak ikut pulang karena saya takut ngerepotin saya saya pulang sendiri naik taksi, saya minta diturunkan di supermarket dekat rumah saya karena ada barang yang mau saya beli kebetulan stok di rumah saya udah habis. Setelah urusan saya selesai saya pun pulang dengan jalan kaki karena kan dekat rumah saya itu supermarketnya"

"Saya ambil jalan pintas karena saya mikirnya tuh lebih cepat sampai kalau lewat ke jalan itu, jalan pintas itu kalau malam emang sepi makanya saya lebih milih lewat situ karena sepi saya jadi lebih cepat sampai. Tapi pas saya baru sampai di pertengahan jalan menuju rumah saya di situ saya bertemu pemuda, saya gak tau orang itu lagi ngapain tapi dari kejauhan saya lihat dia nurunin celananya gitu terus gerak maju mundur. Karena penasaran jadi saya samperin pas udah berada beberapa meter dari dia saya lihat dia lagi seks sama orang gila, bisa di bilang dia memperkosa orang gila itu"

"Awalnya saya shock banget, gak nyangka kalau ada orang setega itu. Dari yang saya lihat itu orang gilanya kayaknya pingsan gak tau di apakan sama dia, pas saya mau balik badan berniat kabur dari situ tiba tiba tangan saya tuh di tarik sama dia pak"

"D-dia mau memperkosa saya pak, baju saya di robek sama dia. Saya udah coba lawan dia tapi gak bisa pak tenaga dia terlalu kuat. Dia pegang pegang punya saya pak, beruntungnya saya bisa kabur dari manusia bejat kayak dia. Saya tendang itu dia makanya saya jadi selamat pak, tapi saya gak terima dia udah melecehkan saya pak dia lancang banget pegang pegang punya saya" ucap Eta menjelaskan kepada mereka.

Sedangkan mereka semua terkecuali Dela, merasa speechless akan cerita Eta. Langit sendiri berdiri kaku ketika melihat tatapan tajam dari ayahnya.

"Emang biadab lo Langit" ucap Petir sinis.

"Orang gila mana yang memperkosa orang gila lainnya"

"Kayaknya sih cuman Langit doang" sambung Topan.

"Setan aja minder lihat kelakuan lo" ucap Ari.

"Iblis" cibir Daniel.

"Pak?" panggil Indra kepada Bintang.

"Iya?"

"Anak bapak...sehat?" tanya Indra.

"Enggak pak dia udah gila, gak bisa tertolong lagi. Bukan anak gw lagi btw" ucap Bintang.

"Kasihan mana masih muda" gumam Bima miris.

"Lihat sendiri kan pak, udah ada korban kebejatan Langit lagi. Hukuman bisa di beratkan kan pak?" Tanya Daniel.

"3 hari lagi, datanglah ke pengadilan negeri" ucap Indra.

"Baiklah"

"Langit dan ibu Rembulan akan menjadi tahanan sementara pak" ucap Firman.

"Penjara seumur hidup saya juga gak peduli, kalau bisa hukum mati aja" ucap Bintang.

"Kasihan, gak ada orang yang mau nolongin lo" ucap Topan.

"Itu emang pantes buat manusia biadab kayak dia" sahut Petir.

—————

3 hari kemudian.

"Hari ini om Bintang ke pengadilan kan ya?" tanya Petir.

"Iya, hari ini penentuan hukuman yang pantas buat Langit" balas Topan.

"Lo gak ikut Ar?" tanya Petir.

"Gak, udah ada om Bima sama Daniel" balas Ari.

"Mereka doang?" tanya Topan.

"Gak juga, ada dokter Alvin, suster Adel, Reni, sama siapa itu si Eta Eta itu"

"Kira kira hukuman apa ya yang pas buat Langit?" tanya Petir.

"Om Bintang gak bakal biarin anaknya lolos gitu aja, pasti om Bintang akan melakukan segala cara buat Langit dapat hukuman yang setimpal" ucap Ari.

"Kalau bisa sih hukuman seumur hidup" ucap Topan.

"Bisa jadi hukuman mati" celetuk Petir.

"Hukuman mati kayaknya sih, meresahkan itu. Tapi bisa jadi juga seumur hidup" ucap Ari.

"Lagian ada ada aja, orang gila malah diperkosa. Kayak gak ada duit aja buat sewa wanita bayaran" ucap Petir.

"Maybe udah gak kuat lagi nahannya jadi ya gitu" ucap Ari.

"Kayaknya Langit sakit jiwa deh, odgj masa di perkosa gitu" ucap Topan.

"Emang udah gak bener itu anak" ucap Petir.




Ibuku Adalah Pacarku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang