Helen terduduk dibangku taman tepat di depan halaman SMK-nya. Ia menikmati semilir angin sepoi di sore itu. Jam menunjukkan pukul 16.30 WIB.
Helen melihat keatas langit, awannya, indah. Dengan cepat Helen mengeluarkan handphone disakunya. Lalu memotret pemandangan awan di langit sore itu.
Diletakkannya kembali benda canggih itu. Helen berlanjut bersenandung kecil, dengan lagu favoritnya, About You - The 1975.Sampailah dimana reff lagu tersebut, yaitu
“Do you think i have forgotten,"
"Do you think i have forgotten? About you~"
Helen tersontak, lalu dia menoleh ke kanan, rasanya dia berhenti bernapas lima detik.
"Sendirian aja, nggak pulang?"
Helen tersadar, lalu ia memalingkan wajahnya kenbali ke arah langit. Awan masih terlihat indah.
"Lagi males pulang," jawab Helen singkat
"Helen"
"Hm"
"Yang habis itu masanya, bukan cintanya, Helen"
Helen terhenyut, "Iya terus?"
"You know what i mean, Syarchio Helena"
"Daniel, we can not. Udah dua tahun, loh."
"Tapi aku ngga bisa Len. Aku mencoba membuka lembaran baru, mencari pasangan, tapi tetep, aku selalu inget kamu. Dan--,"
Ternyata Helen sedari tadi berbicara dengan Daniel. Lelaki itu menghentikan sejenak perkataannya.
Helen tetap menyaksikan keindahan awan-awan yang mulai bergerak berpindah tempat. Menciptakan bentuk yang baru, atau bahkan tidak terbentuk sama sekali, polos, semuanya seakan tersebar ke seluruh penjuru langit bumi ini.
"Dan--, aku minta maaf. Aku selama ini nyari diri kamu di orang lain. Tapi aku ngga bisa, aku malah kecewa dan marah sama diri aku sendiri," lanjut laki-laki itu sembari menundukkan kepala.
"Daniel, you deserve the best. Kamu sangat effort, kamu manis, kamu tinggi, who wouldn't want you? Belajar pelan-pelan, kamu pasti bisa," Balas Helen yang masih menatap langit.
"Daniel, move on ya? Kamu tau kan, hatiku udah tertutup, aku gabisa ngerasain jatuh cinta lagi, Daniel. Aku takut, malah kamu yang sakit!" Kali ini Helen beralih melihat wajah tirus nan teduh disampingnya.
Mata Daniel, berkaca-kaca.
"Aku siap nunggu kamu, aku siap bikin kamu happy, selalu ada buat kamu, aku--"
"Can you stop?"
Keheningan mereka disertai dengan dinginnya angin sepoi sore itu yang kini sudah menginjak ke pukul 17.00 WIB.
"Helen, kamu suka Awan, kan?"
Lagi-lagi, rasanya jantung Helen berhenti bernapas meski lima detik. Helen memalingkan wajahnya ke arah langit, lagi.
"Pandanganmu selama ini selalu ke Awan, Len."
Helen memejamkan matanya, menghela napas perlahan tapi menusuk.
"Udah ya Daniel, don't be silly! Aku pulang duluan," jawab Helen seraya beranjak dari duduknya.
Daniel itu menahan pergelangan Helen, "I'm always invisible to you, Helen? Aku akan mencoba menerima (lagi) meski terlihat mustahil. But, i still love you. Be happy."
Helen menarik paksa pergelangan tangannya lalu pergi meninggalkan Daniel.