_____
"Gapapa sakit. Asalkan ada Kak Asa, semuanya bakal baik-baik aja."
_____
Rora merasa paginya ada yang kurang. Gadis itupun meraba ke sampingnya.
Kosong
Lantas ia pun membuka kedua matanya dan duduk. Mencoba menyesuaikan dengan cahaya yang ada lalu ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Masih dengan menggunakan piyama tidur, ia berteriak memanggil nama sang kekasih. Namun tak ada sahutan ataupun kemunculannya.
Sudah seperempat jam. Masih sama. Tak lama pintu apartemen berbunyi menandakan ada orang yang masuk. Ia segera mengalihkan perhatiannya. Dan, ketemu!
Asa tersenyum menghampirinya. Wajah Rora terlihat khawatir. Perhatiannya tertuju pada satu titik. Tau kekhawatiran kekasihnya, Kak Asa mengajak Rora duduk terlebih dahulu.
"Ini kenapa?" Tanya Rora menunjuk kening Kak Asa yang tertutup perban. Ia tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya lebih lama lagi.
Kak Asa tak menjawab. Ia hanya tersenyum.
"Jangan kayak gini lagi, please. Rora takut." Ujar Rora sambil memeluk Asa. Melihat keadaan Asa seperti ini, ia jadi teringat keadaan kekasihnya empat bulan yang lalu. Kejadian yang membuat kekasihnya hampir meregang nyawa.
Rora melepaskan pelukannya. Menatap bibir Asa. Tak berani melihat mata sang kekasih. Karena itu pasti membuatnya melihat kening Kak Asa. Dilihatnya Asa tersenyum. Senyum berbeda. Senyum yang tak Rora mengerti. Lebih tepatnya, tak ingin ia mengerti. Karena ia jelas tahu betul arti senyum itu.
***
Saat ini mereka sedang berada di mobil yang terparkir di depan restoran tempat mereka mengajak Rora bertemu.
"Rami-ah.." Rami menolehkan kepalanya. Dilihatnya Ahyeon sedang menatapnya. Ia tahu arti tatapan itu.
"Gapapa sayang. Semua bakal baik-baik aja." Ujar Rami menenangkan. Namun itu tak mengurangi kecemasan sang kekasih.
"Gimana kalau--"
"Gapapa, sayang. Kita pelan-pelan aja. Oke?" Ahyeon mengangguk kaku. Kecemasannya masih bertumpuk dalam dirinya.
Rami mengajak Ahyeon keluar dari mobil dan masuk ke restoran. Sebelumnya ia sempat berkata "Kamu harus janji buat ga nekan Rora dan mencing dia pelan-pelan aja." Lalu dibalas anggukan Ahyeon.
***
Rora lagi-lagi berdecak sebal.
Mereka yang ngajak ketemu, kenapa gue yang harus nungggu lama?, Pikir Rora.
Rora duduk dengan tak tenang. Ia sangat tak suka menunggu. Saat ini ia ingin pulang dan bermanja-manja dengan kekasihnya. Tetapi selalu Asa menahannya.
Pintu terbuka. Rora segera berdiri dan menyambut kedua orang itu dengan tatapan dinginnya. Dan menghujani mereka dengan berbagai pertanyaan dan beragam cekcokan.
Lalu Rami mengajak Rora untuk duduk terlebih dahulu.
"Jadi, apa mau kalian?" Tanya Rora to the point.
"Kami mau minta maaf."
"Terus?"
"Kami ingin kamu segera melupakan Kak Asa..."
Rora menghembuskan nafasnya kasar. Dilihatnya Asa berdiri memandang keluar lewat dinding kaca agak jauh dari mereka bertiga. Seakan memberikan mereka ruang untuk Privasi.
Rami dan Ahyeon mengikuti arah pandang Rora.
"Sebutkan alasan kuat kenapa aku harus ngelupain orang yang aku cinta." Ucap Rora begitu dingin. Pandangannya tak lepas dari Asa yang masih setia memandang ke arah luar.
Rami dan Ahyeon diam. Tak ada yang menjawab.
"Kenapa kalian kekeh jauhin gue dari Kak Asa. Padahal dulu kalian selalu dukung kami." Rora berhenti sejenak. "Apa kesalahan Kak Asa sampe buat kalian benci banget?" Lanjut Rora pelan.
Ketiganya diam. Ahyeon memberanikan diri bersuara.
"Lo terlalu mencintai Kak Asa..." Lirih Ahyeon.
Rora mengarahkan pandangannya kembali pada dua orang di depannya.
"Terus, apa salahnya?"
"Dia udah terlalu nyakitin kamu, Ra."
Senyum sinis tersungging di bibir Rora.
"Tau apa kalian? Tau apa kalian tentang hubungan gue sama Kak Asa?" Rora menatap keduanya meremehkan.Lagi-lagi keduanya bungkam. Rora kembali menatap Asa yang masih di posisinya.
"Kak Asa ga pernah nyakitin Rora. Dia selalu buat bahagia. Aku bahagia sama kak asa. Dan aku bangga jadi kekasihnya.""Dia selalu bikin seolah aku adalah putri kerajaan. Dia selalu hibur kalau aku sedih. Dan.." Mata Rora mulai berkaca-kaca.
"Dan d-dia selalu berada disisiku.." Lirih Rora dengan suara yang bergetar.
"Dia ga pernah ninggalin aku.."
"Dia selalu ada untuk buat aku.."
"Dia selalu menuruti apa yang aku mau.."
"Dia malaikat ku.."
"Dia adalah separuh nafas Rora, kak.."
"Dia belahan jiwa Rora.."
"Dia penyelamat Roa.."
"Dia.. Sempurna bagi Rora..." Satu air mata berhasil lolos dari sudut matanya. Ia tak menyadarinya. Ia terus memandangi Asa yang kini juga memandanginya.
Sedangkan di depannya, Rami sedang berusaha menahan air matanya dan Ahyeon yang sudah menangis di sampingnya.
"Rora... Jebal.." Lirih Ahyeon sambil tersedu-sedu.
"Maaf Kak, aku ga bisa." Lirihan Rora membuat Ahyeon semakin menangis. Bahkan Rami saat ini sudah mengalirkan air matanya.
Ahyeon bangkit dan segera keluar dengan membekap mulutnya. Airnya mengalir semakin deras. Ia tak tahan lagi. Rami langsung berdiri menyusul kekasihnya meninggalkan Rora yang masih diam menatap wajah Asa. Wajah sendu yang tak ingin Rora artikan.
*****