________
"Aku lupa, kalau hitam juga warna."
________
Akhir-akhir ini Rora merasa dirinya kurang. Sesuatu seperti hilang dari dirinya. Tetapi ia tak mengetahui apa itu.
Sikap Asa pun mulai berubah dan aneh semenjak Ahyeon dan Rami menyuruhnya menjauhi Asa. Tak berubah sih, masih dengan Asa yang romantis dan memperlakukannya seperti biasa. Entahlah, Rora hanya merasa sedikit aneh.
Seperti saat ini. Asa baru saja kembali, dan membawa sesuatu. Bukan makanan ataupun barang. Tetapi kali ini membawa lecet di bagian pipinya. Setiap ia bertanya, Asa hanya membalasnya dengan senyuman lalu memeluknya.
Malam harinya Rora rela terjaga sepanjang malam. Hanya agar memastikan sang Kekasih tetap berada disisinya, menemaninya, dan tak keluar untuk kembali membawa luka di tubuhnya.
***
Rora membuka matanya lalu segera duduk kemudian mengumpat kasar. Dengan cepat ia beranjak dan keluar kamar. Tanpa memerdulikan wajahnya sekarang yang ia yakini pasti terlihat menyeramkan. Ia tak peduli. Kekhawatirannya membuncah. Ia hanya ingin Kak Asanya.
Rora duduk di sofa ruang tengah dengan gusar. Matanya tak henti memandangi pintu apartemen. Kakinya tak diam. Ia berharap pintu itu terbuka dan menampilkan sang kekasih. Dengan harapan tanpa ada luka tambahan.
Sepuluh menit berlalu.
Pintu tak juga kunjung terbuka. Ia mengusap wajahnya kasar. Rasa khawatirnya makin menjadi-jadi.
Ia mengeram marah. Lalu tak sengaja ia menolehkan kepalanya ke arah kiri lalu kembali ke pintu. Ia diam sejenak. Lalu menolehkan kepalanya lagi.
Di sana, seseorang tengah berdiri sambil memperhatikan foto-foto yang ada di dinding. Rora memejamkan matanya memastikan ia tak salah lihat. Lalu berjalan ke sana guna memastikan.
Dan benar! Ah, Rora jadi mengumpat lagi. Jadi daritadi gue nungguin apa?
Rora berdiri di samping Asa. Memperhatikan wajahnya dari samping. Syukurlah, ga ada tato tambahan lagi, pikirnya.
Asa menolehkan kepalanya. Pandangan keduanya bertemu. Mata Rora berkaca-kaca. Sedetik kemudian menghambur ke pelukan sang kekasih.
Cukup lama berpelukan. Rora melepaskan pelukannya, dengan air mata yang mengalir. Tak mau berhenti.
Kedua tangan Asa bergerak menghapus air mata yang turun di wajah cantik kekasihnya, lalu mengelus pipi Rora pelan.
Rora masih menatap Asa. Kemudian meraih punggung tangan Asa yang masih berada di kedua pipinya.
Rora diam. Dirinya merasa aneh. Lalu menurunkan kedua tangan yang lebih tua dari pipinya. Air matanya semakin mengalir deras. Ia semakin terisak, saat melihat kedua punggung tangan kekasihnya luka dan berdarah. Rasa takutnya semakin menjadi-jadi. Asa hanya diam menatap Rora, Dengan pandangan terlukanya.
***
Rora tertawa riang. Terlihat bahagia karena Asa mengajaknya ke pesta kembang api dalam perayaan tahun baru yang di lihatnya pada iklan dua hari yang lalu.
Rora mengajak Asa ke arah stan-stan penjual makanan dan minuman yang ada disana.
Rora membeli sebuah es krim cup dan beberapa makanan lainnya. Kemudian mengajak kekasihnya untuk duduk di taman.
Menyuruh Asa duduk di sampingnya dan membuka penutup es krimnya, lalu menyendokkannya. Menyodorkannya ke arah mulut sang kekasih. Ia ingin memanjakan kekasihnya. Lagipula, kedua tangan Asa masih terbalut perban.