02 - Di Kantin

7 0 0
                                    

HAPPY READING, DEAR.

˖⁺‧₊☽◯☾₊‧⁺˖

Seragam Pramuka, lengkap dengan berbagai atributnya sudah melekat rapih ditubuh Ara. Hari ini adalah hari Jum'at, dimana SMA Brahmana dijadwalkan untuk mengenakan seragam Pramuka. Seperti yang diketahui, Ara merupakan salah satu pengurus ekstrakurikuler Bantara. Yang dimana, atribut pada seragam Ara, lebih lengkap daripada atribut seragam siswa-siswi lain yang tidak mengikuti ekstrakulikuler Bantara.

Hari ini rasanya Ara lebih bersemangat daripada hari-hari biasanya. Setelah mengenal sosok cowok yang ternyata bernama Reyden Permana, entah kenapa sesuatu yang dilakukan jadi lebih menarik dari biasanya. Contohnya saat pergi ke sekolah.

SMA Brahmana sudah mulai ramai sejak beberapa menit saat Ara tiba disini. Setelah turun dari ojek online-nya, Ara segera menuju ke kelasnya, karena pagi ini ia mendapatkan jam mata pelajaran Ekonomi.

Di ruang kelas 11 IPS 5, kelas kelihatan ramai, apalagi saat Alfan dan Raka memulai kebiasaan kejar-kejaran-nya. Mereka berdua, selalu ada saja yang membuat kebiasannya itu dimulai. Tetapi, hal inilah yang membuat kelas 11 IPS 5 menjadi lebih hidup.

Nazla terlihat baru datang, ia meletakkan tasnya dan langsung menghampiri Aileen di tempat duduknya. "Eh, lo udah buat bahan presentasinya, kan?" Tanya Nazla pada Aileen yang sedang sibuk menulis— mengerjakan tugas lainnya.

Aileen menoleh sekilas, "Ara yang buat. Gue semalam udah dikirimi soft file-nya, kok." Sahut Aileen dengan pandangannya yang masih fokus pada buku.

"Ngerjain apaan, Leen?" Ara yang baru datang, langsung menghampiri Aileen dan ada Nazla juga disana. Sebelum Aileen menjawabnya, Ara mengalihkan pandangannya pada Nazla, "oh iya, Zla. Sorry, ya, gue semalam lupa bilang sama lo."

"Bilang apaan?"

"Gue ambil alih bikin bahan presentasinya. Karena katanya Ileen belum selesai ngerjain Matematika."

"Oh, iya, Ileen udah bilang kok, tadi." Nazla mengangguk, kemudian menunjuk Aileen menggunakan dagunya, "noh, masih sibuk dengan Matematikanya."

Ara mengangguk-angguk faham. Ia berjalan ke tempat duduknya, dan meletakkan tasnya disana. Pandangannya mengarah pada cowok yang masih memakai jaket, yang duduk di barisan paling belakang. Memperhatikan cowok itu seperti tidak baik-baik saja, Ara pun menghampirinya.

"Woy, Kal!" Sentak Ara, sambil memukul pelan bahu Haikal membuat cowok itu terkejut dan membenarkan posisi duduknya.

"Kaget, Ra." Dia berusaha tetap terlihat dingin, "ada apaan, sih?"

Ara duduk di depan bangku yang Haikal duduki, "harusnya gue yang tanya. Lo kenapa, sih? Pagi-pagi, udah di tekuk aja tuh muka."

"Ditekuk gimana?" Kata Haikal bingung, cowok itu mengalihkan pandangannya untuk menghindari tatapan Ara, "biasa aja, kok."

Melihat gerak-gerik Haikal yang seperti itu, Ara jadi semakin yakin, pasti Haikal sedang memiliki masalah.

"Gue teman lo bukan?" Perkataan itu berhasil membuat Haikal kembali menatap Ara.

"Ya?" Cowok itu bingung, "ya, teman, lah?"

"Ya udah, cerita." Kata Ara kemudian.

Haikal terdiam beberapa saat, dia masih setia menatap kedua netra Ara. Setelah beberapa detik, pandangan Haikal beralih pada titik lain dan terlihat seperti menatapnya penuh pengertian.

"Nggak, Ara. Gue nggak apa-apa."

Ara berdecak kesal, karena ternyata Haikal tidak juga mau memberitahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Karena tidak biasanya seorang Haikal Askara diam seperti itu.

Hi or Bye?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang