HAPPY READING, DEAR.
⋆˖⁺‧₊☽◯☾₊‧⁺˖⋆
Senin pagi itu tidak terlalu cerah. Awan mendung menggantung di langit, menciptakan suasana yang tenang dan sedikit sendu. Ara berdiri di depan cermin, merapikan seragam sekolahnya dengan teliti. Rambutnya yang panjang dia sisir rapi, dan sedikit lip gloss menambah kilau di bibirnya. Setelah puas dengan penampilannya, Ara melangkah keluar kamar menuju meja makan.
Di sana, Serli; Mamah Ara dan Aya, sudah duduk. Sarapan pagi itu sederhana, hanya roti panggang dan segelas susu. Ara duduk dan mulai menyantap sarapannya dalam diam.
"Kak Ara, kemarin Aya dapat nilai 100 waktu pelajaran berhitung di sekolah!" Aya mulai bercerita dengan antusias.
Ara mengangguk sambil mengunyah roti panggangnya. "Wih, keren dong." jawabnya singkat, meskipun sebenarnya setengah mendengarkan.
"Terus, terus! Di sekolah aku juga main petak umpet sama teman-teman, dan aku nggak ketahuan sama sekali!" Aya melanjutkan ceritanya dengan semangat.
Ara hanya tersenyum kecil. "Bagus deh, Ya," katanya, kemudian melanjutkan sarapannya.
Serli yang sedang sibuk dengan handphone-nya menoleh sejenak. "Aya, biarin Kak Ara sarapan dulu. Dia kan mau ke sekolah juga."
Aya mendengus, tapi kemudian kembali bercerita. "Iya, Mamah, tapi Kak Ara kan harus tahu, kemarin aku juga dapat bintang emas dari Bu Guru karena gambaranku bagus banget."
Ara hanya menanggapi dengan anggukan lagi, lebih fokus pada makanannya daripada obrolan adiknya. Selesai sarapan, Ara berdiri dan berpamitan kepada Serli. "Mah, Ara berangkat dulu ya."
Serli menatap Ara sejenak lalu berkata, "Nanti sore, pulang sekolah, Ara sekalian beli makanan bareng Nafisa, ya. Mamah pulangnya telat hari ini."
Ara mengangguk, sudah terbiasa dengan kesibukan Mamah yang sering membuatnya pulang larut. "Iya, Mah. Ara berangkat dulu, ya, Nafisa udah nunggu didepan."
Aya tiba-tiba menyela, "Kak Ara, beliin aku es krim ya nanti sore! Yang rasa stroberi!"
Ara tersenyum sambil meraih tasnya. "Iya, Aya. Nanti Kakak beliin."
Setelah itu, Ara berjalan keluar rumah, siap menghadapi hari yang baru di sekolah. Langkahnya tenang, meski suasana di luar masih sedikit suram dengan awan yang belum sepenuhnya bergerak. Ara merasakan angin sejuk menyapu wajahnya, memberi semangat baru untuk menjalani hari di SMA Brahmana.
Ara melihat Nafisa sudah menunggunya di depan gerbang dengan mobil putih kecil kesayangannya. Nafisa, yang selalu tampil ceria dan penuh semangat, melambai dari dalam mobil.
"Ara! Ayo cepat, nanti kita telat!" Nafisa berteriak sambil membuka jendela mobil.
Ara tersenyum tipis dan berjalan menuju mobil. Begitu masuk, Nafisa langsung menyadari ekspresi cemberut di wajah Ara. "Kenapa lo, cemberut pagi-pagi gini, Ra?" tanya Nafisa sambil menghidupkan mesin mobil.
Ara menghela napas dan memasang sabuk pengaman. "Biasalah, suruh beli makan sendiri nanti sore."
Nafisa tertawa kecil. "Tante Serli memang nggak pernah berubah ya, selalu sibuk dengan dunianya. Tapi tenang aja, kan ada gue."
Ara tersenyum lebih lebar mendengar itu. "Iya, sih. Untung lo nggak ngurusin pacar lo mulu."
Mendengar itu, Nafisa jadi tertawa geli. Meskipun dirinya memiliki seorang kekasih, tetapi kalau soal Ara selalu nomor satu baginya.
Perjalanan menuju sekolah tidak terlalu lama, hanya sekitar 15 menit. Di sepanjang jalan, mereka berbicara tentang berbagai hal, dari rencana kegiatan di sekolah hingga film yang baru saja mereka tonton. Nafisa, seperti biasa, selalu punya cerita menarik yang membuat Ara sedikit melupakan rasa kesalnya tadi pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi or Bye?
RomanceArabelle, siswa kelas 11 IPS 5 yang secara tidak sengaja bertemu dengan salah satu adik kelasnya yang bernama Reyden, yang di ketahui dari kelas 10 MIPA 2. Secara tiba-tiba, Ara menyukai Reyden dengan begitu cepat. Namun ternyata Reyden sudah memili...