EPISODE 3

10 0 0
                                    

 "Hentikan semua ini!" Jay mendobrak pintu itu.

Serim tersenyum. "Tamu tidak di undang akhirnya datang."

Jay bergerak menghampiri Sunoo yang kini sudut bibirnya sudah mengeluarkan darah. Dia melihat ke arah Serim dengan tatapan marah. Jay mengepalkan tangannya kemudian berjalan mendekati Serim. Namun Sunoo menghetikan Jay dengan menarik kakinya.

"Aku baik-baik saja kok," ucap Sunoo sambil memaksakan senyuman.

Jay diam kemudian jongkok di hadapan Sunoo. "Kamu udah begini, masih bilang gapapa? Apa kamu gila? Lihat bibirmu sudah berdarah."

"Aku sungguh tidak apa-apa."

Serim berjalan menghampiri Jay dan menatapnya dari atas. "Oi anak baru. Aku menghukumnya karena dia salah."

Jay yang mendengarnya kesal kemudian bangun dan mencengkram kerah Serim. "Menghukum karena apa dasar bajingan penindas! Asal kamu tahu, dia rela mengantri untuk membelikanmu donat lobak merah berebut dengan anak kelas lain. Tapi dengan mudah kamu membuangnya."

"Oi, kalau kamu tidak tahu, jangan sok tahu. Kamu terlihat bodoh karena ini." Serim melepas cengkraman Jay dari kerah kemejanya. "Dia melakukan banyak kesalahan."

"Apa kesalahan yang dia lakukan hah?! Kau hanya berusaha membuatnya salah agar bisa memukulnya kan?"

"Tahu apa kamu tentang hal ini?" tanya Serim dengan tatapan datar. "Bahkan kamu seolah seperti seorang yang paling tahu tentang masalah ini. Apa kamu pernah menjadi seorang penindas atau orang yang ditindas." Serim mengangkat kedua sudut bibirnya.

Jay mengepalkan tanganya dengan keras. Dia tidak bisa bilang jika dahulu dia adalah korban penindasan saat masih duduk di bangku SMP. Jika dia mengakatakan hal itu, bisa saja dia akan menjadi seperti Sunoo sekarang. Masa lalunya akan kembali terjadi lagi di SMA.

Serim berjongkok di hadapan Sunoo lagi. Ia menvengkram kerah laki-laki itu. "Bodoh, apa yang dilakukan seorang guru pada murid yang salah?"

"Menghukumnya," jawab Sunoo sambil meringis kesakitan.

 "Benar, lalu apa pernah aku menyuruhmu untuk membelikan lobak putih?"

Sunoo menggeleng.

PLAK

Satu tamparan meleset. "Itu salah pertamamu. Lalu jika kamu salah apa yang harus kamu lakukan?"

"Mengganti-."

PLAK

Tamparan kedua kali ini melesat yang sukses membuat Jay tidak bisa menahan emosinya. Ia berbalik badan kemudian menendang Serim hingga membuatnya terpental jauh. 

Laki-laki itu berdiri sambil merapihkan bajunya yang kusut karena tendangan Jay. "Dengan begini aku punya alasan untuk memukulmu karena kamu berbuat kesalah Jay." 

Jay memasang kuda-kuda bersiap beratarung melawan Serim. Walaupun entah ia bisa menang atau tidak tapi melihat kejadian perundungan di depannya, membuat Jay sangat geram. Ia mengepalkan tangannya bersiap menyambut serangan Serim.

Serim berjalan pelan. Setiap langkah yang di lakukan Serim, entah mengapa terasa sangat mengintimidasi. Setiap langkah yang orang itu buat seperti mengeluarkan dentuman keras yang membuat mental Jay turun. Di tambah sorot mata predator yang ingin memangsa.

Saat sudah dekat Serim melesatkan pukulannya. Entah mengapa kali ini mata Jay tidak melihat pukulan itu lambat seperti saat tadi pagi melawan preman. Akhrinya ia hanya bisa menahannya dengan kedua tangan yang membentuk blok. Pukulan itu terasa sangat menyakitkan di tangan Jay. 

"Hei kau curang, aku tidak memperbolehkan untuk menahannya. Hukuman harus tetap menjadi hukuman." Serim melesatkan tinjunya kembali. 

Jay kembali mencoba menghindari setiap tinju yang di lesatkan oleh Serim. Pukulan Serim lebih lambat dari tinjuan yang sebelumnya. Namun di satu moment, secara tiba-tiba pukulan yang orang itu keluarkan lebih cepat. Jay yang tidak bisa mengimbangi kecepatan tinjunya itu membuat dirinya terkena pukulan itu telak di pipi sebelah kirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Z DistrictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang