Four

67 9 0
                                    

Enjoy your reading~❤

"Iya. Gak usah pake resepsi dulu. Nanti resepsinya setelah acara Ara selesai. Yang penting mereka diiket dulu," - mami.

"Oh iya bener, saya setuju. Gimana, pa?" - Tante Sheila.

"Apa gak buru-buru, mi? Kita kan perlu undang keluarga yang di luar kota juga," - papi.

"Itu gampang, pa. Kita kontak aja dari sekarang. Ini buat keluarga aja dulu," - mami.

"Setuju," - Tante Sheila.

"Saya setuju. Yang penting anak-anak diiket dulu biar mereka gak kabur," - Om Danu.

"Emangnya aku kambing, om?"

"Kamu kan kambing, Ra. Kalo gak diiket bisa lari kemana-mana," papi ketawa.

"Ih, mami! Papi tuh!"

"Udah, jangan ah ih ah ih. Semua kan udah setuju, berarti mulai besok kalian harus mulai cari gaun, cincin sama bikin konsep undangan. Ara kan bisa gambar, nanti kamu yang gambar terus Jay yang bikin konsep kalimatnya" - mami.

"Gimana? Kalian sanggup?" - Tante Sheila.

"Sanggup, ma" - Jay.

"Ara mah gak usah ditanya, dia pasti sanggup" - papi.

"Oke, berarti deal nih. Besok kita mulai kerja keras ya, Cil" - Tante Sheila.

"Bener, Sheil. Sekarang kita makan dulu, keburu dingin ini" - mami.

"Ayo-ayo."

🛍🛍🛍

"Ra, ada yang nyariin lo."

"Siapa?"

"Sini," Mentari narik gue ke bagian parfum.

"Siapa sih?"

"Tuh," - Mentari.

"Tuh," - Mentari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa dia?"

"Tadi pas gue tanya, dia ngaku calon suami lo" - Mentari.

"Ngapain coba dia kesini?"

"Ya lo tanyalah sana. Masa harus gue juga yang nanya? Tugas gue kan cuma manggil lo doang," - Mentari.

"Gue lagi gambar, Tar."

"Gambar lo gak bakal ilang. Udah sana!" Mentari dorong gue biar pergi.

Gue rapiin penampilan dulu baru nyamperin dia. Pertama gue diemin dulu tuh karena keliatannya dia lagi milih-milih wangi parfum. Tapi, kok gue gregetan ya. Ini orang gak sadar apa ya kalo daritadi gue berdiri di samping dia?

"Ada yang bisa dibantu?"

"Oh, sorry. Saya tidak tahu kalau kamu berdiri di situ," - Jay.

"Mau beli parfum?"

"Tidak. Saya ingin bertemu dengan kamu. Bisa kita bicara di luar?" - Jay.

"Boleh. Sekalian makan siang aja. Gue tau tempat makan yang enak di sekitar sini."

"Oke," - Jay.

Sekalian gue kerjain aja kali ya? Gue ajak dia makan di warteg langganan gue sama Mentari. Tempatnya bersih kok, makanannya juga terjamin kebersihannya. Kok tau? Gue kenal sama yang punya dan pernah diajak masak bareng juga sama dia. Cuma pemiliknya sekarang jarang ada di tempat karena ngurus cabang yang lain. Keren kan?

"Kita makan disini?" - Jay.

"Kenapa? Ada masalah?" Gue liatin dia sambil duduk.

"Kenapa harus disini?" - Jay.

"Udah keburu laper, gak bisa cari yang jauh. Kalo gak mau, silakan pulang."

"Saya mau," Jay akhirnya duduk si samping gue.

"Oke. Jadi, mau ngomong apa? Sambil pesen, menunya pilih sendiri."

"Ini soal persiapan pernikahan kita," - Jay.

"Oh. Terus? Apa yang bisa gue bantu?"

"Undangan. Desain undangan," - Jay.

"Gue tadi lagi ngerjain desainnya. Tapi karna lo tiba-tiba dateng, kerjaan gue jadi tertunda."

"Maaf," - Jay.

"It's oke. Ada yang bisa gue bantu lagi?"

"Sebenarnya, ada alasan lain yang membuat saya datang kesini" - Jay.

"Apa?"

"Kamu."



To be continue

Cinderella and Her MajestyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang