Enjoy your reading~❤️
"Ya gak lah! Mami nih ngomongnya ngaco aja. Lagian aku udah punya suami yang ganteng, baik hati, uangnya banyak, minta semua aja langsung dikasih, perusahaan bos besar terus sekarang punya Joel. Kurang bersyukur apalagi aku sampe berani belok sana sini?"
"Kalo sampe berani, kamu bukan anak mami lagi" - mami.
"Ih?"
"Ah ih ah ih. Kamu bales dulu tuh chatnya," - mami.
"Males. Paling orang pura-pura gak kenal."
"Kalo client gimana?" - Mami.
"Kalo client dan berhubungan sama butik pasti Mentari langsung telpon aku, mi."
"Kalo yang itu harus diangkat," mami nunjuk hp gue terus ke dapur.
"Halo?"
"Kenapa digembok?"
"Apanya?"
"Pagarnya kenapa digembok? Kamu sama mami pergi?"
"Gak. Kenapa tiba-tiba bahas pagar? Kamu kan lagi di kantor, by."
"Aku udah 15 menit nunggu disini, bisa kering aku nanti. Kamu dimana?"
"Hah? Disini?" Gue ke depan sambil bawa hpnya.
"Ternyata kamu di rumah," - Jay.
"Iya. Kamu ngapain pulang? Ada yang ketinggalan?" Gue buka pagar kecilnya.
"Ada. Pak, mobilnya masukin aja" - Jay.
"Kok dimasukin? Apanya yang ketinggalan? Heh! Aku nih lagi nanya loh, by!"
"Bu, mobilnya jadi dimasukin atau gak?" Pak Yoyo.
"Masukin aja, pak" gue dorong pagar gedenya terus nyusul Jay ke dalem.
"Mami gak salah liat kan? Barusan suami kamu yang masuk?" - Mami.
"Gak. Penglihatan mami masih bagus. Barusan emang dia yang pulang."
"Ngapain? Maksudnya, kan masih jam kerja" - mami.
"Katanya ada yang ketinggalan."
"Kok bisa? Kamu gak bantu dia siap-siap tadi?" - Mami.
"Baju di keranjang belakang kemana, sayang? Udah dicuci?" - Jay.
"Itu di jemuran belakang. Kenapa ganti baju? Tadi katanya ada yang ketinggalan. Mana? Udah diambil?"
"Udah. Nih," Jay nunjukin tangannya yang lagi genggam tangan gue.
"Jangan bercanda. Kamu nih pimpinan loh. Masa pimpinan bolos kerja?"
"Siapa bilang bolos? Ini kerjaannya," sekarang dia malah nunjukin tabnya.
"Mi, liat deh. Mana ada bos begini modelnya?"
"Ada, itu suami kamu. Udah deh. Mumpung suami kamu di rumah, mami mau pamit arisan dulu. Makan siangnya nanti mami kirim ya," - mami.
"Apa?" - Jay.
"Gak."
"Kamu diem aja disini. Temenin aku kerja," - Jay.
"Kerja tuh di kantor, bukan di rumah."
"Sstt," - Jay.
"Aku bikinin kopi dulu."
"Nanti aja," - Jay.
"Terus aku ngapain? Masa diem aja? Gak enak banget."
"Duduk cantik aja di situ sama ini," Jay dudukin gue terus ngasih hp dia ke gue.
"Apa nih maksudnya?"
"Duduk cantik di situ. Itu hpnya kamu pake aja buat belanja," - Jay.
"Beneran??"
Dia cuma ngangguk terus balik lagi sama urusan kerjaan dia. Kayaknya sih dia lagi persiapan mau meeting. Tapi kayaknya gak, eh iya. Tau ah! Mending gue scroll-scroll toko orange.
Ting!
"Apa?"
"Lo dimana?"
"Di rumah. Kenapa?"
"Rumah lo? Gue mau ke sana. Bisa gak?"
"Bisa, tapi ada laki gue."
"Hadoh. Terus gimana?"
"Iya udah. Kita ngobrol di depan aja."
"Bagus. Pokoknya gue harus ketemu sama lo. Ini penting. Soal butik."
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella and Her Majesty
Roman d'amourIni bukan tentang Cinderella yang selalu diceritakan dalam dongeng kok. Cuma kisah cinta romantis namun rumit antara seorang designer ternama, Ara dan Jay. Seorang CEO muda di perusahaan yang bergerak dibidang industri makanan.