STORI 8: DADDY & PIPER

1.3K 5 1
                                    

Piper setiap hari mendapat intimidasi dari ayah tirinya semenjak ibunya tiada. Dia ingin pergi meninggalkan rumah tapi ayahnya mengancam tidak akan memberikan sepeser pun warisan. Dengan terpaksa, Piper harus menjalani hari-hari dengan penuh ketakutan dan pelecehan. "Aku yakin kau bercinta jauh lebih baik daripada yang pernah dilakukan ibumu. Berapa umurmu sekarang, sembilan belas? Itu usia yang sempurna... vagina kecil sembilan belas tahun yang ketat."

Piper masuk ke kamar mengabaikan ayah tirinya yang menyeringai senang. Piper harus mencari cara untuk menaklukan ayah tirinya yang bajingan. Dia harus menguasai pria itu dengan segera. Setelah mendapatkan warisan, dia akan menendang pria itu. Piper mondar-mandir sepanjang malam memikirkan gagasan untuk mendukung rencananya. Pada saat pagi tiba, ayah tirinya meneriakinya dari kamar sebelah. Sebelum pria itu marah, Piper buru-buru berderap menemuinya.

"Bersihkan kamarku, pelacur kecil." bentak Derrick. "Dan sudah berapa kali kubilang padamu kalau aku ingin melihat lebih banyak kulit tubuhmu di rumah ini?"

"Lepaskan piyamamu," Derrick bergeser ke lemari pakaian dan meraup bra dan bikini mendiang istrinya. "dan kenakan ini." sambungnya, melemparkan pakaian minim itu ke wajah Piper.

Piper melirih. "Kau bukan ayah kandungku. Kau tidak bisa memerintahku."

Derrick langsung menyerbu Piper sampai gadis itu terpojok di tiang ranjang. "Apa katamu? Dengarkan aku, gadis kecil. Ayahmu mengabaikanmu saat kau masih bayi dan saat ibumu meninggal, aku yang mengambil alih tanggung jawab atas dirimu. Jadi, tahukah kau apa artinya itu? Itu artinya, jika kau ingin warisanmu, kau harus bersikap baik denganku. Dan itu dimulai dengan rasa hormat. Aku ayahmu sekarang... dan ayah suka gadisnya melakukan apa pun yang diperintahkan."

Piper diam, kemudian mulai membereskan kamar. Dia memungut tisu bekas sperma, majalah porno, dan pelumas yang berserakan di ranjang. Biasanya Piper merasa jijik mengumpulkan itu semua, namun pagi ini dia punya pikiran lain. Dia akan menguasai ayah tirinya dengan seks, memanfaatkan situasi ayahnya yang kesepian dan menyedihkan. Satu atau dua seks yang hebat pasti akan membuat ayah tirinya luluh dan tertipu. 

Segera setelah kamar rapi, Piper mandi di kamar ayah tirinya dan mengenakan bra serta bikini yang dilemparkan padanya. Pakaian itu melekat sempurna di tubuhnya karena dia mewarisi postur ibunya yang sintal dan molek. Piper pun naik ke ranjang dan berbaring menyamping dengan santai. Gadis berambut cokelat gelap dan panjang itu memanggil ayahnya dengan nada yang tak biasa. "Daddy..."

"Daddy...." godanya.

Derrick masuk ke kamar. Seketika diserbu rangsangan besar menemukan anak tirinya tampil erotis di ranjang suci pernikahannya. Tubuh gadis itu persis ibunya. Namun jauh lebih kencang. Payudaranya nyaris melompat dan celana dalamnya membentuk garis celah kewanitaan. Derrick tersenyum licik, dia memang sering melemparkan komentar mesum pada Piper, tapi dia tidak bisa bertindak lebih jauh kecuali dia ingin berurusan dengan hukum. "Kau tak perlu memanggilku berulang kali. Aku tidak tuli." gusarnya.

Piper memainkan bibirnya dengan maksud menggoda. "Hmm... Daddy... aku hanya ingin bertanya padamu. Sudah berapa lama kau tidak merasakan vagina di penismu? Aku yakin itu sudah berbulan-bulan sejak kau menyuruhku merapikan kamarmu yang penuh sperma."

Jakun Derrick bergerak, mata pria itu menyipit menyelidik pada Piper. "Apa tujuanmu, Piper?" tanyanya.

Piper untuk pertama kalinya lagi tersenyum pada Derrick. "Aku ingin kau meniduriku, Daddy. Seperti katamu, aku pasti jauh lebih baik daripada ibuku karena aku masih sembilan belas tahun dan ketat."

"Jangan berbelit-belit, Piper." tegas Derrick. Mencium akal bulus di balik seks yang ditawarkan Piper. Kalau gadis itu memang menginginkan bagian warisannya, Derrick akan memberikannya. Tidak peduli, dia harus merasakan setidaknya satu kali rasa vagina putrinya.

Namun Piper masih bermain-main, "Tidak, Daddy. Aku hanya ingin kau bersikap baik padaku. Aku ingin kau menyayangiku seperti kau menyayangi ibuku. Itu saja."

Derrick mengertakkan rahang. Napasnya memburu panas. "Tutup mulutmu, pelacur kecil. Aku tahu kau hanya ingin warisanmu lalu secepatnya pergi dari sini," gertak Derrick. "Tapi aku sepakat. Aku akan mendapatkan seks dan kau mendapatkan properti ibumu." 

Mata Derrick menggelap berbahaya. "Sebelum aku menidurimu, aku ingin memperingatkanmu kalau kau mungkin saja tidak ingin pergi dari rumahku setelah berhubungan seks denganku. Kalau kau memang ingin pergi, aku akan membiarkanmu. Tapi aku berani bertaruh kalau kau akan ketagihan bercinta denganku." ancam Derrick.

Mata Piper bersinar cerah. Gadis yang baru pernah berkencan dan bercinta tak sampai selusin kali itu menerima tantangan ayah tirinya. Dia sangat yakin tidak mungkin jatuh cinta pada ayah tirinya yang kasar meskipun dia cukup tampan. "Kau berjanji, Daddy?"

"Oh ya, pelacur kecil."

Piper menanggalkan bra dan celana dalamnya. Tubuhnya yang telanjang sekarang menjadi objek kepuasaan tatapan ayahnya yang berkilat. Meskipun sedikit malu dan canggung, Piper membuka kakinya dan memamerkan kewanitaannya. Derrick menelan ludah, kejantanannya terasa sakit. Dia terpana memandangi payudara putrinya yang bebas, yang memang persis seperti milik mendiang istrinya namun itu jauh lebih besar dan penuh, dan dengan puting merah muda.

Derrick naik ke ranjang. Tatapannya turun  melihat sepasang kaki Piper yang indah. Gadis cantik itu tidak bercukur sehingga ada segitiga subur yang menjaga celah seksnya. Derrick menatap pinggulnya, perutnya, pusarnya, dan ingin mencari klitorisnya yang berlindung di balik kuncup mawarnya.

Kalau biasanya Piper selalu menghindar dari Derrick ketika ayahnya itu terlalu dekat, kali ini dia tidak mencoba melarikan diri. Sebaliknya, dia melebarkan kakinya lebih lebar saat ayahnya meraba pahanya dan meremas bokongnya. Piper mendongak menatap ayahnya. Dia melihat raut ayahnya yang sangat bajingan... kotor... namun entah kenapa juga seksi. Ayahnya punya mata hijau yang menawan dan baru kali ini Piper menyadarinya.

Piper akhirnya mengeluarkan sedikit teriakan kesenangan saat Derrick akhirnya menyentuhnya di sana, di vaginanya. Saat ayahnya membelai klitorisnya, napas Piper dengan cepat menjadi tidak teratur dan erangan keluar dari bibirnya. Piper merentangkan kakinya lebih lebar lagi dan mendorong pinggulnya maju mundur melawan jari-jari ayahnya. Sementara terbuai rasa geli dan nikmat di klitorisnya, pada saat yang sama Piper merengek meminta pada ayahnya agar memasukkan jari-jari kasarnya itu ke dalam tubuhnya yang basah. Piper sangat menginginkannya... sangat membutuhkannya...

Derrick tersenyum, tahu bahwa gadis itu sudah semakin dekat dengan klimaksnya. Derrick ingin menambah siksaan yang ada. Dia terus membelai klitoris putrinya lalu akhirnya menyelipkan jari ke dalam kewanitaannya. Derrick mendengar Piper mengerang dan mengerti bahwa putrinya merasa sangat nikmat saat itu. Tetapi dia menggeram memperingatkan putrinya. "Jangan berani-berani klimaks, pelacur kecil. Tubuhmu pagi ini adalah milikku, termasuk klimaksmu. Jangan klimaks sampai aku mengizinkannya. Kau akan belajar bagaimana menjadi gadis yang baik dan berhentilah membangkang, apakah kau mendengarku?"

*******

Baca versi lengkap semua cerita di KaryaKarsa!

Caranya? Klik di bio akun ini ya!

D4DDYYY KU 21+ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang