ST0RY 11: DADDY & KELLY

2K 4 0
                                    

Aku seorang kapten kapal tanker dan ini adalah hari pertamaku cuti di rumah, istriku menghabiskan sebotol penuh anggur dan meminum beberapa pil anti-depresi, jadi dia pergi tidur lebih awal dan pingsan. Kelly, putri tiriku, sedang duduk di pangkuanku saat aku sedang menonton TV. Dia selalu di pangkuanku sejauh yang bisa kuingat, meskipun dia sekarang sudah dewasa.

Dia berkata, "Daddy, bisakah aku bertanya sesuatu?"

"Tentu saja, Sayang. Kau bisa menanyakan apa saja padaku. Kau tahu itu."

Aku tidak percaya apa yang dia katakan selanjutnya. "Ayah, kurasa Mom tidak mencintaiku lagi. Dia tidak pernah berbicara denganku, dan ketika aku mencoba menanyakan beberapa hal penting, dia mengabaikanku. Aku tidak tahu apa yang telah kulakukan sampai membuatnya membenciku, tapi aku benar-benar membutuhkan bantuan tentang beberapa hal sebelum memulai kuliah."

"Aku ikut sedih mendengarnya, Sayang. Tapi aku yakin Mom tidak membencimu. Mom hanya punya beberapa masalah. Mungkin salahku. Dia depresi karena aku sering pergi melaut. Mungkin aku bisa membantumu. Apa yang ingin kau tanyakan?"

Saat aku mengatakannya, aku merasakan Kelly menggoyangkan pantat kecilnya di pangkuanku. Setelah berpikir ulang, pantat Kelly tidak sekecil itu. Pantatnya kencang dan cukup besar. Meskipun aku tidak mau, penisku mulai tumbuh. Bersyukur aku belum ereksi sekeras kayu, jadi kurasa dia tidak menyadarinya.

Kelly menjawab, "Sepertinya aku tidak bisa bertanya padamu tentang apa yang ingin kutanyakan. Ini tentang hal-hal perempuan. Itu sebabnya aku ingin berbicara dengan Mom. Aku sudah berbicara dengan beberapa temanku, tapi aku tidak percaya mereka mengatakan yang sebenarnya kepadaku."

"Baiklah, Sayang. Aku berjanji akan menjawab pertanyaanmu dengan sungguh-sungguh dan jujur. Percaya atau tidak, meskipun aku laki-laki, aku tahu tentang hal-hal perempuan. Jika Mom tidak mau membantumu, maka aku akan melakukan yang terbaik untuk menjawab pertanyaanmu. Apa sebenarnya yang ingin kau ketahui?"

Kelly ragu-ragu sejenak, tetapi akhirnya berkata, "Yah, Daddy, aku berusia delapan belas tahun yang berarti aku sudah dewasa. 
Masalahnya, aku tidak pernah punya kekasih sejati. Selama aku pergi, Mom hanya akan mengizinkanku pergi berkencan jika aku juga pergi dengan teman-temanku. Mom mengenal mereka semua karena mereka biasa datang ke rumah..."

"...Saat seorang laki-laki mengajakku pergi keluar, Mom bersikeras aku hanya boleh pergi asalkan teman-teman yang lain juga ikut. Seperti, jika ada teman laki-laki mengajakku pergi ke bioskop, aku hanya bisa pergi jika teman-temanku juga pergi. Dan saya selalu harus pulang sebelum jam sebelas."

Kelly menarik napas sebelum melanjutkan ucapannya lagi. "Daddy, kau tahu? Aku membiarkan pacarku menciumku ketika kami berada di bioskop, dan dia meraba payudaraku. Aku bisa melihat teman-temanku juga mencium pacar mereka. Masalahnya, mereka semua mengatakan kepadaku bahwa mereka sudah berhubungan seks dengan pacar mereka. Mereka bahkan menggambarkan apa yang telah mereka lakukan, tetapi aku tidak yakin bisa mempercayai mereka. Maksudku, beberapa hal yang mereka ceritakan terdengar agak menjijikkan. Dan yah, hal yang ingin kubicarakan dengan Mom adalah masalah ini; aku tidak pernah berhubungan seks. Jika teman-temanku jujur dengan cerita mereka, itu berarti aku adalah satu-satunya orang yang masih perawan. Apa yang harus kulakukan, Daddy?"

Aku sangat terkejut dan bingung, aku tidak tahu bagaimana menjawabnya. Maksudku, aku tahu kebanyakan remaja yang beralih ke usia dewasa berhubungan seks, tapi ini putriku. Aku tidak pernah berpikir tentang putriku berhubungan seks.

Semakin memikirkannya, aku menjadi marah pada istriku. Kupikir itu bukan tugasku untuk mengajari Kelly tentang seks. Mereka seharusnya sudah membicarakan itu sejak lama. Dan kemudian aku menjadi marah pada diriku sendiri karena semakin ereksi memikirkan Kelly berhubungan seks. Aku akhirnya tenang, dan hari sudah larut, jadi aku berkata, "Sayang, aku berjanji akan menjawab semua pertanyaanmu tentang seks besok. Biarkan aku berbicara dengan ibumu dan kemudian kita bisa bicara besok. Oke?"

Kelly tersenyum lebar dan berkata, "Oke Daddy. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu. Aku mencintaimu!"

Aku mengatakan kepadanya bahwa aku juga mencintainya, dan kemudian menyuruhnya pergi tidur. Aku pergi ke kamar dan membangunkan Maddy. Aku memberi tahunya tentang percakapanku dengan Kelly, dan bertanya, "Mengapa kau tidak pernah berbicara dengannya? Itu tugasmu."

Awalnya aku mengira Maddy marah karena aku mengatakan padanya bahwa dia telah mengabaikan Kelly, tetapi jawabannya membuatku syok. Dia marah padaku karena aku membangunkannya. "Jika menurutmu dia perlu belajar tentang seks, maka kau bisa mengajarinya! Sekarang tinggalkan aku sendiri, Bruce. Aku perlu tidur."

Lalu dia ingat sesuatu. Dia menambahkan, "Aku tidak akan pulang besok. Temanku membawaku ke dokter dan kemudian kita akan berbelanja dan makan siang."

Aku bertanya, "Dokter? Apakah ada masalah?"

Dia menjawab, "Tidak. Aku menemui psikiater untuk mengatasi depresiku."

Aku menyusul tidur, dan ketika bangun keesokan harinya, Maddy sudah pergi. Aku mulai membuat sarapan dan beberapa saat kemudian, Kelly masuk ke dapur memakai kaus kebesaran, dan kuharap, dia masih mengenakan celana dalam di baliknya. Aku tidak tahu, karena kausnya turun sampai ke pahanya. Dia menyapa, "Pagi, Daddy."

"Selamat pagi, Kelly. Apakah kau mau telur?"

Dia duduk di meja untuk makan sementara aku minum kopi hitam pekat. Aku memberi tahunya bahwa ibunya pergi berbelanja dan akan pergi sepanjang hari. Kelly menghabiskan telurnya dan berkata dia akan mandi. Kemudian dia bertanya, "Apakah kita akan membicarakannya hari ini, Daddy?"

Aku mengatakan padanya kalau itu akan kami lakukan setelah dia mandi dan berpakaian. Kelly melompat gembira, kemudian aku masuk ke ruang tengah dan duduk di sofa. Beberapa menit kemudian, Kelly masuk masih mengenakan kaus kebesaran dan celana dalam. Dia berjalan mendekat dan duduk di pangkuanku. "Oke, Daddy, aku siap untuk pembicaraan kita."

Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa, jadi aku bertanya, "Apakah kau punya beberapa pertanyaan yang ingin kau tanyakan, atau apakah kau ingin aku yang mulai menjelaskan sesuatu?"

"Well, aku punya banyak pertanyaan, jadi kurasa aku bisa menanyakan beberapa hal padamu."

"Oke, Sayang, itu bagus. Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Hmm... aku tidak tahu apakah kau mengenal teman-temanku, tapi apakah kau pernah mengenal Riley dan Kissa?"

"Aku pernah mendengarmu menyebut mereka, tapi kurasa aku belum pernah bertemu mereka."

"Oh, oke. Well, mereka berdua berhubungan seks dengan pacar mereka. Mereka bilang aku bodoh karena aku tidak mau berhubungan seks dengan pacarku. Mereka bilang kalau aku tidak melakukannya, maka pacarku akan putus denganku dan mencari seseorang. Kemudian mereka bilang, setidaknya aku harus memberi pacarku blowjob. Daddy... aku tidak tahu bagaimana berhubungan seks atau bagaimana memberinya blowjob. Bisakah kau mengajarinya?"

Astaga! Itu hal terakhir yang kuharapkan untuk didengar. Aku mencoba mencari jawaban, tetapi tampaknya, aku terlalu lama hingga Kelly melingkarkan lengannya di leherku dan berkata, "Tolong, Daddy."

Aku mendesah dan bersikap sebijaksana mungkin agar dia tetap relaks. Aku berkata, "Kelly, sebelum kita memulai semua ini. Aku ingin memastikan kau memahami bagian-bagian tubuh pria dan wanita. Pria dan wanita sama-sama memiliki bagian tubuh yang penting untuk seks. Area di antara kakimu... kau menyebutnya apa?"

"Maksudmu... bagian pribadiku?"

"Seperti itukah caramu menyebutnya?"

Kelly tidak menjawab. Dia hanya tersipu dan menganggukkan kepalanya. Aku bertanya, "Pernahkah kau mendengar temanmu menyebutnya dengan nama lain?"

Sekali lagi, dia tersipu dan menganggukkan kepalanya. Sebelum aku bertanya seperti apa teman-temannya menyebutnya, Kelly menjawabnya lebih dulu, "Mereka selalu berbicara tentang vagina mereka, dan aku pernah mendengar Riley menyebutnya vagina kecilnya."

Aku menjawab, "Ya, begitulah kebanyakan orang menyebutnya, jadi beri tahu aku, apa yang kau sebut area di antara kedua kakimu?

Kelly tersipu lagi dan tergagap, "Mmm... vagina?"

Aku tersenyum untuk meyakinkannya dan bergumam, "Ya, itu benar. Mulai sekarang aku ingin kau menyebutnya seperti itu."

*****

Baca versi lengkap di KaryaKarsa!

Caranya? Klik di bio akun ini Ya!

D4DDYYY KU 21+ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang