BAB 8 that's friends

67 29 10
                                    

ANNYEONG CHINGUDEULL👋🏻👋🏻

BACK TO THE ALGERIO'S STORY

sebelum masuk ke cerita nya jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara vote dan komen..

biar apa? biarin?
enggak dong

biar cerita ini semakin ramai pembaca nya

biar cepet terbit menjadi NOVEL🤩🤩

kalo bisa biar sampe ke Gramedia sih

whislist ku selain ketemu Ji-Sung juga pengen peluk Algerio versi buku😋

oke oke daripada curhat mending langsung lanjut ke ceritanya aja

THANK YOU AND HAPPY READING ALL....

Keesokan harinya sekitar jam 22.17 Algerio masih saja merengek meminta untuk pulang. Seharian ini tingkah laku Algerio benar benar berubah 360°. Mulai dari bertanya tanya dengan suster yang sedang memeriksa, menyapa warga rumah sakit, mengganggu anak kecil yang sedang bermain di Playground sampai berinteraksi dengan makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Hal itu tentu saja membuat dokter semakin yakin bahwa kondisi kesehatan Algerio belum juga membaik, dokter menyarankan agar Algerio tinggal lebih lama lagi. Kemungkinan sekitar 1 minggu lagi katanya.

"Alge mau pulang," kini manik mata Algerio mulai menitikkan air mata. "Mah ayo pulang aja jangan di sini, Alge nggak mau disuntik." Ia mengayunkan kedua tangan mamanya layaknya anak kecil.

Mama Mila mengelus tangan Algerio yang terbalut selang infus itu dengan lembut. "Iya nanti kita pulang ya sayang, tapi Alge harus sembuh dulu, Alge harus sehat biar bisa sekolah lagi ya," ujar mama Mila beralih mengusap air mata Algerio yang sudah membanjiri pipinya.

Setelah perasaannya kembali tenang, Algerio kembali bertanya tentang apa yang sudah terjadi. Entah sudah berapa kali Algerio hari ini bertanya kepada orang yang di sekitarnya. Namun perilaku nya yang kembali seperti bayi itu tidak membuat mama Mila hilang kesabaran.

"Sebenarnya Alge kenapa sii kok ingatan Alge tiba tiba hilang?" tanya Algerio penasaran.

Syafira yang sedang sibuk memakai skincare pun ikut menanggapi pertanyaan Algerio. "Lo kemarin nggak denger apa kata pak dokter? Jangan inget masa lalu dulu, pikirin dulu kesehatan lo," tegur kak Fira dengan sedikit penekanan.

Algerio mengerutkan dahinya, tangannya yang menyentuh dagu nya itu seolah sedang berpikir keras. "Lo beneran kakak gue? Kok kita nggak mirip si," ujarnya tanpa rasa bersalah.

Syafira sontak membelalakkan matanya tak percaya. Ia bahkan kelepasan memencet eye cream nya yang akhirnya mengenai baju putih nya. "Fak kata gue mah, kalo saja lo nggak lagi sakit udah gue Jambak tu rambut kusut lo," cecarnya mengacung-acungkan jari tengah ke hadapan Algerio.

"Kalian ini sehari nggak berantem bisa meriang kayaknya. Fira juga, adiknya lagi sakit kamu malah ngajakin berantem," tegur mama Mila ikut geram melihat perilaku kedua anaknya yang tidak bisa akur sehari saja.

"Dia ngeselin mah," adu Syafira menatap Algerio kesal.

"Udah udah biarin adek kamu istirahat dulu," tutur mama Mila. Ia pun menyelimuti tubuh Algerio hingga bagian dada, dengan harapan anak bungsu nya itu bisa tertidur lelap.

Bukanya menurut untuk tidur dan mulai menutup mata, Algerio justru terlihat gelisah dan merasa tidak nyaman. Hal itu juga langsung disadari oleh mama Mila. "Kenapa sayang?" tanyanya mengusap surai rambut Algerio.

Algerio menatap mama nya nyalang dengan sorot mata penuh kekhawatiran. "Mah aku mau ke toilet. Tapi gimana cara aku turun dari kasur ini, kalo tangan aku aja dipasangin selang nggak guna begini," celoteh nya menarik narik selang itu, ia berusaha melepaskan selang infus itu dari tangan nya agar ia terbebas.

Selang infus itu sekarang seperti tidak ada harga dirinya. Di mata Algerio, itu hanya akan mengganggu aktivitas nya dalam bergerak, selain itu ia pikir tangan nya tidak ada masalah apapun yang terlihat serius, namun mengapa ia sampai harus dipasangi selang aneh seperti ini?

Walaupun sekarang tangannya sudah sedikit meneteskan darah namun Algerio tetap berusaha melepaskannya, sebelum akhirnya mama Mila menahan nya untuk tidak menarik narik nya lagi.

"Alge nggak gitu caranya nak. Selang infus itu nggak bisa dilepas secara paksa, kalau Alge mau keluar atau ke toilet tinggal pindahin aja ini nya," tutur mama Mila mulai memindahkan botol infus miliknya ke tiang infus beroda tiga itu.

Algerio mengamatinya dengan cermat. Lalu ia beranjak dari tempat tidurnya dengan sedikit bantuan mamanya, kini Algerio sudah sampai di depan pintu toilet. "Hati hati licin ya Al," ucap Mama Mila. Ia pun mengangguk dan mulai memasuki toilet dengan hati hati sambil berpegangan tembok atau benda lainnya agar dirinya tidak terpeleset.

Pandangan mama Mila kini beralih menatap sang putri sulungnya yang terlihat sudah berpakaian rapi serta sudah menggendong tas ransel hitam miliknya.

Sadar bahwa dirinya sedang diamati oleh mamanya, Syafira pun menghampiri Mamanya. "mah Fira pulang dulu ya, soalnya mau ngerjain makalah sama PPT yang belum selesai," pamit Syafira seraya menunduk untuk tangan mamanya.

Mama Mila menerima uluran tangan Syafira, tangan satunya yang terbebas itu ia usap lembut di bagian ubun ubun anak sulungnya. "Kamu hati hati ya di rumah. Kalo ada apa apa jangan lupa kabarin," pesan mama Mila. "Udah pamitan sama papa belum?" tanya mama Mila.

Syafira pun menganggukkan kepalanya pelan, senyum manisnya terbit membentuk lekukan lembut di pipi chubby nya. "Udah tadi. Pah Fira berangkat dulu ya," ujar nya, tangan nya ia lambai lambaikan ke atas tanda mengucapkan selamat tinggal. Pak Burhan hanya tersenyum dan mengacungkan kedua jempol nya.

"bye bye papah jangan kangen ya muach," sebelum Syafira pergi ia tak lupa melakukan flying kiss ke arah papanya. Melihat hal itu pak Burhan hanya bisa tersenyum lebar. Tangannya ia gunakan seolah sedang menangkap cinta dari sang putri lalu dimasukkan ke dalam hatinya. Betapa lucunya interaksi kedua orang ini.

Tak lama kemudian Algerio muncul dari belakang pintu kamar mandi. Dengan sifat keponya. "Dia mau kemana mah?" tanya Algerio. Pandangan nya mengarah ke Syafira yang sudah melenggang pergi ke luar kamar.

Mama Mila lagi lagi membalasnya dengan senyuman seraya membantu Algerio berjalan "kak Fira mau pulang dulu soalnya mau ngerjain tugas," jelas nya ketika Algerio sudah sampai di ranjang nya.

Algerio menganggukkan kepalanya paham. "Udah sekarang Alge tidur aja ya udah malem," perintah mama Mila langsung dituruti oleh Algerio. Ia mulai memposisikan dirinya untuk tidur, tangannya bergerak ingin mengambil selimut, namun dengan cepat mama Mila mengambilnya dan segera menyelimuti seluruh tubuh Algerio hingga bagian dada. Karena saking nyaman nya Algerio bahkan menggeliat seperti ulat yang berada di dalam kepompong.

"Mama papa nggak tidur?" tanya Algerio menatap kedua orang tuanya secara bergantian yang terlihat masih terjaga dan belum ada niatan untuk tidur sepertinya.

Pak Burhan yang semula sedang bermain handphone di sofa pun seketika berjalan mendekati brankar Algerio. "Kita tidur kok, tapi setelah Alge tidur. Jadi Alge nggak usah khawatir ya," jelas pak Burhan membelai lembut rambut putranya.

"Udah udah sekarang Alge tidur ya, jangan lupa berdoa," tutur sang mama, sebelum Algerio benar benar terlelap.

Disaat Algerio telah tertidur lelap, mama Mila dan pak Burhan justru duduk bersama di balkon rumah sakit sambil menikmati hembusan angin malam dan lampu lampu kota yang bercahaya yang nampak sepi karena waktu sudah menunjukan hampir tengah malam.

"Mah? Laper nggak??" tanya Burhan menatap sang istri yang sedang memandang kosong ke arah kota. Pertanyaan itu langsung dijawab dengan gelengan lembut oleh sang istri.

"Papah kalo laper itu ada mie instan di meja, makan aja," ucap mama Mila tanpa mengalihkan pandangannya dari hamparan kota Jakarta.

Sadar jika perasaan istrinya sedang tidak baik baik saja, Burhan pun menyenderkan kepala Mila ke pundak berotot nya. "Kenapa mah?" tanya nya lembut mengusap helaian rambut Mila.

Mila masih tetap diam. Matanya masih menatap kosong menerawang ke depan. "Pah kita gagal ya jadi orang tua? Aku gagal jagain Alge, aku merasa gagal jadi mama yang baik buat Alge, aku juga nggak bisa jadi tempat pulang buat Alge, sampai sampai Alge harus melewati ini semua," sesal Mila mulai meneteskan air matanya.

Melihat istrinya yang tengah dilanda kesedihan, Burhan pun langsung dengan sigap memeluk Mila hingga tangisnya perlahan mulai pecah. Ia sangat mengerti bagaimana perasaan sang ibu ketika mengetahui bahwa setengah ingatan anaknya telah hilang. Ingatan yang selama bertahun-tahun mereka bangun bersama yang dengan dipenuhi oleh canda tawa, kehangatan, serta kasih sayang yang tidak pernah kurang. Lenyap secara tiba-tiba.

"Nggak ada yang namanya orang tua gagal, terkadang orang tua juga melakukan kesalahan, tapi bukan berarti mereka gagal menjadi orang tua yang baik buat anaknya. Manusia hanya perlu memahami dan memperbaiki. Alge juga pasti maafin kok, dia pasti juga bangga banget punya mama yang hebat kayak kamu," terang Burhan yang berusaha menenangkan hati istrinya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Setelah banyak mengobrol bersama, mereka berdua memutuskan untuk masuk kembali ke dalam kamar rawat Algerio, dan bersiap untuk tidur. Sebelum benar benar tertidur mereka juga tak lupa untuk mencium singkat pipi Algerio dan mendoakan nya agar ingatannya perlahan bisa kembali seperti semula.

Inilah alasan mengapa banyak orang yang iri dengan kehidupan Algerio dan Syafira yang nyaris sempurna. Walaupun tidak bergelimpangan harta, namun keduanya tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ada banyak orang yang menyayangi mereka, memberikan perhatian lebih, dan selalu mendukung di setiap hal apapun itu.

Tak heran terkadang orang orang sampai berbuat nekat seperti sekarang, hanya karena mereka tidak suka melihat hidup Algerio atau Syafira yang nampak sempurna. Padahal yang namanya hidup, pasti ada saja cobaan yang menghampiri, tidak ada yang benar-benar sempurna di dunia ini. Karena kesempurnaan itu hanyalah milik tuhan yang maha esa.

Algerio Alexander [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang