Rem, Putar Balik, Jalan Lagi

29 5 2
                                    

"Sae, jangan buru-buru, ya. Mama dan Rin akan tetap sabar, gak peduli proses Sae akan sepanjang apa."

Kepalanya terantuk kaca, membuat Sae batal menjelajahi alam mimpi. Ia mengembuskan napas panjang, menoleh pada Kenyu yang duduk di kursi kemudi. "Maaf Ken, ngerepotin lu lagi," lirih Sae, nyaris menyerupai bisikan.

Seusai shalat tarawih, mereka memutuskan segera pulang ke desa, dengan mobil Kenyu yang dengan sukarela dipinjamkan. Kenyu juga yang menyetir, karena hanya dia yang bisa.

"Santai, kayak gak pernah ngerepotin gua aja lu," balas Kenyu setengah mengejek. Sae terkekeh singkat mendengarnya, memang benar, semenjak mengenal Kenyu, entah sudah berapa kali Sae merepotkan taruna berkacamata itu.

Kemudian, Sae menoleh perlahan ke kursi belakang, dan mendapati trio petualang sudah terlelap. Yoichi di tengah, dengan bahu terbebani kepala Rin dan Meguru, meski begitu ia tidak tampak terganggu, ketiganya benar-benar tertidur pulas. Wajar saja, hari ini mereka pasti lelah, bahkan Meguru yang kelebihan energi akhirnya tumbang juga. Kenyu melirik lewat kaca, lalu tersenyum tipis melihat ketiga pemuda itu. Seharian ini, Kenyulah yang membersamai mereka, berjalan dari satu tempat ke tempat lain.

Senyum tipis Kenyu berubah sendu saat netranya kembali fokus menatap jalanan. "Gua juga minta maaf, udah ngasih tahu Rin tanpa izin lu."

"Gak usah dipikirin, Ken. Malah, makasih banyak buat lu, karena gua gak yakin gua bisa ngejelasin semuanya ke Rin dengan bener," tukas Sae cepat, "makasih juga, karena lu udah nemenin mereka. Wah, gua gak tahu deh kalo mereka berkeliaran bertiga doang bakal gimana jadinya. Yang ada, nanti jadi nyariin mereka."

Meski baru mengenal trio itu hari ini, tetapi Kenyu menyetujui perkataan Sae. Rin, Yoichi, Meguru itu kombinasi maut, kalau sudah bertiga, entah hal ajaib apa yang akan mereka lakukan.

Setelahnya hening. Kenyu menyetir dalam diam, bukan karena ia tengah berusaha fokus, Kenyu punya pertanyaan dalam benak, tetapi ia ragu untuk bertanya.

"Ken, lu mau denger kenapa gua milih buat balik?" tanya Sae tiba-tiba.

"Mau." Kenyu menjawab cepat. Itu yang ingin ia tanyakan sejak tadi.

Usai mendengar jawaban mantap Kenyu, Sae mulai bercerita. Dimulai dari si sopir angkot, Aiku; lalu bocah sekolah dasar dari keluar kaya, Ikki; sampai Jyubei, teman masa kecilnya di desa. Kenyu mendengarkan dengan seksama, sesekali bertanya, setengahnya kaget karena ternyata Sae benar-benar pergi sejauh itu.

Yang pasti, kala Sae selesai bercerita, Kenyu tersenyum lega. "Gua gak jadi marah deh kalo gitu. Alhamdulillah lu kabur, karena lu jadi sadar sekarang."

"... Kalo pas kabur gua hilang, gimana?"

"Adek lu gua bawa pulang," sosor Kenyu, "bersyukur lu punya adek kayak Rin. Dia sekhawatir itu sama lu, sampe nangis kejer tadi. Pas lu bilang bakal balik ke desa, langsung diem. Sesayang itu dia sama lu, sebutuh itu sama kehadiran lu."

Dicecar begitu, Sae hanya meringis. "Tadi lu bilang gak jadi marah." Namun, mengabaikan itu, Sae kembali berkata, "Ken, tadi gua mimpi ketemu Mama, eh, bukan sih, lebih ke ... gua mimpi mengulang percakapan gua sama Mama, sebelum gua berangkat ke kota."

"Saat itu gua berapi-api banget, menjanjikan banyak hal hebat ke Mama. Gua juga bilang bakal membuktikan janji-janji gua secepatnya. Tapi Mama mengingatkan gua buat, jangan buru-buru, dan bahwa, baik Mama ataupun Rin, mereka gak keberatan buat nunggu gua, meski gua lama."

Kenyu mengangguk-angguk. "Lu memang harus banyak-banyak bersyukur karena hidup di lingkungan yang berisi orang-orang suportif." Kakinya menekan rem, lampu rambu lalu lintas menyala merah. Dari balik kacamata, Kenyu menatap Sae sambil tersenyum meyakinkan. "Dan jangan lupa kalau gua bakal selalu bantu lu."

𝗟𝗔𝗡𝗚𝗞𝗔𝗛 𝗛𝗜𝗗𝗨𝗣 𝗜𝗧𝗢𝗦𝗛𝗜 𝗦𝗔𝗘: 𝗠𝗘𝗡𝗖𝗔𝗥𝗜 𝗔𝗣𝗔?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang