Part 3: Bukan Coca-Cola

10 5 0
                                    

[Alexa, kelas sepuluh - 2024]

Alexa mengendap-endap dari pintu gerbang sekolah, berusaha menyusup lewat barisan paling belakang. Beberapa langkah lagi hampir berhasil masuk barisan, mendadak bahunya ditepuk dua kali dari belakang, membuat Alexa terpaksa berhenti sambil memejamkan mata.

Dengan takut-takut dia menoleh ke belakang dan terlihat seorang cowok yang sedang menatapnya tajam sambil bersedekap. Alexa mencoba tersenyum manis untuk mendapat kelonggaran. Cowok itu membalas senyumnya yang membuat Alexa lega, tapi sedetik kemudian matanya memelotot dan memberi isyarat agar Alexa segera berbaris di depan dengan tangannya.

"Kak, saya baru telat satu menit," protes Alexa yang merasa kesalahannya nggak terlalu besar dan serius.

"Jangankan satu menit, satu detik pun tetap saja terlambat. Silakan baris di depan atau cari sekolah lain!"

Alexa mengerucutkan bibirnya dan terpaksa melangkah ke depan sambil menggerutu nggak jelas, bergabung dengan dua murid cowok yang juga sedang dihukum. Alexa malu dihukum depan ratusan murid yang dandanannya sungguh kacau seperti dirinya. Kedua rambut panjangnya dikuncir dua layaknya Shizuka, pipi merah merona seperti Chibi Maruko-Chan, dan lipstick merah melewati garis bibir seperti Makibao.

Tiba-tiba cowok galak itu menghampiri dan berkacak pinggang di depan mereka bertiga. "Keterlaluan! Baru hari pertama sudah terlambat. Keenakan libur panjangnya? Setelah acara penyambutan selesai, siap-siap terima hukuman!" Sehabis berkata seperti itu, cowok itu pergi menuju barisan para kakak kelas yang sudah mulai berkumpul.

Alexa mendengkus melihat gaya cowok itu. Dih, nyebelin banget! Kalau bukan karena lagi MOS, udah gue ladenin tadi. Kemudian dia melihat Raka naik ke atas podium dengan megafon di tangannya. Itu, kan, si Raka! Njir, yang kayak gini kok bisa masuk OSIS?

"Mohon tenang semuanya! Acara MOS akan segera kita mulai!" serunya yang sanggup membuat suara berisik perlahan mereda. "Oke, terima kasih kerja samanya. Sebelum acara MOS dimulai, kita sambut Ketua OSIS ganteng kita untuk membuka acara. Silakan, Kak Jovan!"

Mendengar nama Jovan, Alexa pun fokus ke arah cowok bertubuh atletis yang sedang melangkah maju dari barisan para kakak pembina dan mengambil alih megafon dari Raka. Jantung Alexa berdegup kencang melihat cowok itu tersenyum.

Ah, Jovan. Akhirnya bisa satu sekolahan juga. Alexa diam-diam tersenyum. Dia ingat sekali bagaimana dengan nekatnya dia berterima kasih pada cowok itu di Instagram. Meski hanya dibalas pendek dan nggak pernah berkomunikasi lagi, cowok itu masih sesekali melihat story-nya. Entah benar-benar melihat atau hanya sekadar lewat, tapi cukup membuat Alexa merasa bahagia.

"Selamat pagi semuanya!" sapa Jovan yang dibalas sapaan yang sama oleh peserta MOS. "Perkenalkan, nama saya Jovan Verlandino, Ketua OSIS Cakra Buana. Untuk masuk ke Cakra Buana pastinya nggak mudah, ya. Ada tes, wawancara, dan kalianlah yang terpilih. Saya ucapkan selamat untuk kalian. Selama tiga hari ke depan, kalian wajib mengikuti Masa Orientasi Siswa atau MOS. Tenang saja, nggak akan ada kekerasan, tapi kita akan bersenang-senang semua."

Mendengar hal itu, seluruh peserta bertepuk tangan gembira mendengarnya. Tadinya mereka takut MOS akan diisi dengan hal-hal sadis yang sangat ditakuti banyak calon murid baru.

"Tanpa berlama-lama, MOS pertama hari ini resmi dimulai! Saya serahkan kembali pada ketua acara kita, Kak Raka."

Tepuk tangan riuh terdengar hingga sebuah suara cempreng kembali terdengar dari megafon. "Tenang! Santai! Nanti semua dapat tanda tangan gue."

"Huuu!"

"Eits, hati-hati! Nasib kalian di tangan kami semua," ancamnya yang hanya dibalas tawa. "Oke, gue nggak bakal sekaku ketua OSIS kita. Jadi, santai aja, asal tetap sopan."

Koala PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang