prolog.

12 0 0
                                    


Saat itu cuaca mendung, tidak ada matahari yang seharusnya memancarkan sinar cahayanya. Padahal waktu masih menunjukkan pukul sepuluh siang. Namun suasana seakan mendukung perasaan kelabu pemilik mata berwarna hazel tersebut. Tampak seorang gadis memakai baju floral cantik, sangat kontras dan mencolok untuk ukuran seseorang yang datang ke makam. Dia membawa satu buket bunga matahari yang konon melambangkan kesetiaan. Langkahnya gontai namun pasti, dia menuju ke salah satu sudut halaman lapang, dan berhenti tepat di bawah pohon kamboja kuning. Tepat di bawah pohon itu, ada sebuah makam yang masih terlihat baru, karena mungkin sering dirawat dan dikunjungi. Sang gadis terduduk, tampak luruh air matanya, menetes sedikit demi sedikit, kemudian bertambah deras. Terisak tangisnya pecah. Sambil mengelus nisan di depannya, dia berkata "Hai, maaf baru mengunjungimu. Apa kabar matahariku? Aku Rindu." 

Perjalanan ArunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang