awal perjalanan.

11 0 0
                                    

Kalian tahu tidak? Rasanya jadi anak tengah perempuan yang selalu merasa sendirian. Bukannya keluargaku tidak harmonis ya, justru aku sangat bersyukur keluargaku lengkap dan kami saling menyayangi satu sama lain. Namun, entah mengapa disaat orang tuaku yang saat ini sangat fokus pada adikku, dan kakakku yang sudah memiliki kehidupannya sendiri, aku merasa kesepian. Ditambah beban kedua orang tua yang menuntutku untuk sukses dan berhasil, agar aku bisa menjadi contoh bagi adik perempuan bungsuku. Maka disinilah aku.

Aku seorang gadis, yang sedang mencari peruntungan dalam perantauan. Berusaha mengejar impiannya sendiri. Sejak kecil, fokusku untuk menjadi sempurna, rasa-rasanya 21 tahun aku hidup aku tidak pernah mencoba fase "nakal" seperti remaja pada umumnya. Aku dedikasikan seluruh hidupku untuk belajar, mengejar prestasi yang nanti ujung harapannya adalah bisa mendapatkan pekerjaan dengan upah besar sehingga bisa membalas budi kedua orang tuaku serta memenuhi kewajibanku untuk menyekolahkan adik sampai sarjana. Satu hal yang sangat aku syukuri, untungnya orang tuaku yang cukup strict memperbolehkan aku untuk merantau, belajar di kota jauh untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi di kampus impianku. Ya, itupun tentunya membutuhkan proses yang panjang untuk mereka bisa memberikan restu.

Tapi tak apa semua itu proses. Satu hal yang pasti aku bersyukur melalui itu semua. Karena memang aku yakin, kunci hidup adalah ikhlas. Apa yang kita mau belum tentu kita miliki, di atas doa kita, ada ketentuan Tuhan yang mengatur semuanya. Dan mungkin, caraku membujuk Tuhan untuk memudahkan jalanku adalah dengan doa kedua orang tuaku. Oleh sebab itu, restu mereka sangat penting. Namun disini mimpiku juga sangat penting bagiku. Maka untuk mencari jalan tengahnya, seorang anak harus pandai mengkomunikasikan apa yang dia inginkan kepada orang tuanya. Jelaskan maksud dan tujuanmu, mengapa kamu memilih pilihan itu, maka niscaya seperti batu yang selalu ditetesi air, pasti ada celah untuk hati orang tua bisa luluh dan mengerti keinginan anaknya. Dan teori itu bukan hanya sekedar teori, aku sudah melaksanakannya, kudapatkan restu itu setelah 3 tahun membujuk mereka. Ya, benar sejak aku baru masuk ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat itu aku sudah tahu jelas apa yang aku mau. Karena kesempurnaan yang selalu ingin aku kejar itu, aku cukup pandai membuat rencana. Dan ternyata itu kebiasaan yang cukup baik, karena dengan tujuan yang jelas dan rencana yang matang, aku bisa memenangkan argumentasi dan memberikan pemahaman yang baik kepada kedua orangtuaku.

Namun, cerita ini bukan tentang bagaimana aku sukses masuk PTN impianku, bukan juga tips jitu membujuk orang tua. Tapi cerita ini akan jauh dari kehidupanku yang membosankan sebelumnya. Bagaimana pertemuan dengan seseorang bisa mengubah 180 derajat perspektif ku dalam memandang hidup. Seseorang yang mengajarkanku untuk lebih santai dan menghargai setiap waktu dengan cara yang berbeda. 

Perjalanan ArunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang